Thursday, September 17, 2009

TEAM TEACHING AKOMODIR DARI LESSON STUDY PADA PEMENUHAN BEBAN KERJA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MAKNA

Oleh; Abdul Zakaria, S.Pd.

I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang


Bagaimana kabar hari ini?...baik bu! jawab siswa kelas VIII.4 serentak.
Jalanan poros Makassar – Pare sementara pembangunan/perbaikan, banyak tanah timbunan diangkut lalu ditumpahkan ke badan jalan….debu-debu beterbangan sampai puluhan meter dari jalan raya… bagaimana jika udara berdebu ini terhirup oleh alat pernapasan kita?…
batuk bu!…, sesak bu!,.. sakit pernapasan bu!..... tentunya jawaban pertama dan kedua mengena tapi jawaban ketiga jangan diabaikan.
Baik…. siswaku sekalian, kita telah mengalami apa yang disebutkan tadi; sesak, batuk dan mungkin ada yang sampai sakit segala'… karena udara yang penuh dengan debu. Untuk itu kami (Team) akan membahas materi dengan Tema "Pernapasan dan Proses Pernapasan". Pertama Ibu akan menuntun kalian untuk membahas tentang organ tubuh untuk pernapasan, dan selanjutnya dilengkapi oleh Bapak guru yang nantinya akan membahas tentang proses pernapasan (inspirasi – ekspirasi) yang erat hubungannya dengan tekanan.
Pada materi terdahulu kita telah membahas tentang…..
Demikian sepenggal pragmen pembelajaran team teching dalam bentuk mikro teaching yang berlangsung selama ± 20 menit yang diadakan MGMP IPA kecamatan Barru sebagai uji coba implementasi penyajian IPA terpadu di SMP/MTs. Pembelajaran 12 menit pertama membahas tentang organ pernapasan dengan melanjutkan pembicaraan pada saat awal appersepsi sehingga pikiran siswa tetap focus pada apa yang mereka alami. Menit berikut membahas tentang pengaruh tekana udara, sifat gas, difusi/osmosis gas pada proses keluar – masuknya (inspirasi – ekspirasi) udara dari lingkungan ke paru- paru. Waktunya memang singkat yaitu hanya ± 20 tapi apa yang dipelajari dari pembelajaran saat itu ? jawabnnya tentu tidak cukup dibahas hanya dalam 20 menit dan bahkan dapat lebih panjang untuk pembahasannya.

B. Masalah
1. Apa yang dapat diperoleh dari team teaching?
2. Bagaimana mengatasi kelemahan team teaching
3. Mengapa team teaching masih sulit mendapatkan tempat sebagai solusi pemenuhan beban kerja 24 jam sebelum Permen No. 39 tahun 2009 disahkan?
4. Team Teaching akomodir dari Lesson Study.


II. TEAM TEACHING AKOMODIR DARI LESSON STUDY PADA PEMENUHAN BEBAN KERJA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MAKNA


A. MANFAAT TEAM TEACHING

Dari pengalaman penulis tentang pada simulasi implementasi team teaching guna menghadapi pembelajaran terpadu di SMP/MTs. Sebelum membahas tentang pembelajaran team teaching pada mata pelajaran terpadu, maka perlu dikemukakan bahwa siswa SMP/MTs berumur sekitar 12 – 15 tahun, artinya pada umur ini anak sebagai individu masih berpikir konkrik atau maksimal peralihan dari berpikir konkrik ke berpikir abstrak. Siswa masih mengalami kesulitan mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan parsial dari pembelajar dan bahan ajar untuk membentuk suatu konsep.
Pembelajaran akan terasa bermakna jika siswa akan membahas konsep di kelas mengenai apa yang pernah dan sedang dialaminya. Motivasi dan minat belajar siswa akan terbangun jika apa yang dipelajari mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata mereka, sehingga menyita perhatian, meningkatkatkan rasa percaya diri dan siswa merasa puas setelah mengikuti pembelajaran sebagaimana menurut Keller bahwa motivasi dan minat belajar siswa dapat dilihat dari 4 (empat) kondisi yaitu; perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan. Untuk itu kolaborasi dua guru atau lebih membahas suatu konsep akan jauh lebih bermakna ditinjau dari berbagai disiplin ilmu. Bukankah segala fenomena sehari-hari adalah suatu ramuan integrasi berbagai disiplin ilmu?, siswa butuh penjelasan yang demikian itu!
Dari contoh pembelajaran dengan konsep Pernapasan dan Proses Pernapasan" di atas, siswa akan merasakan bahwa apa yang dipelajari merupakan kebutuhan dan itu sudah cukup untuk membangun relevansi dan perhatian dengan sendirinya kondisi percaya diri dan kepuasan akan menyusul. Sehingga beberapa kelebihan pembelajaran Team Teaching yaitu:

  1. menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa
  2. memikirkan pembelajaran duaorang akan lebih matang disbanding satu orang guru
  3. menerapkan juklak BNSP tentang KTSP bahwa pembelajaran IPA dan IPS adalah terpadu.
  4. menumbuhkan sikap kooperatif antar guru mata pelajaran.
  5. berbagai proses aktivitas pembelajaran akan lebih teramati dengan satu kolabor dan satu guru pembelajar.
  6. memeriksa hasil belajar akan lebih efektif. Dan mungkin masih banyak lagi tetapi belum tercover di sini (mohon tambahan dari pembaca yang sudah berteam teaching).

B. KELEMAHAN TEAM TEACHING

Dari sekian banyak kelebihan masih banyak kekurangan yang mungkin muncul dalam implementasi team teaching:

  1. kecenderungan membahas berdasarkan kontes gurunya dan mungkin aspek keterpaduan IPA akan sedikit sehingga diperlukan simulasi untuk konsep tertentu.
  2. perlu pengaturanan waktu tampil sebagai pembelajar dan kolabor yang ketat.
  3. perlu diantisipasi ketidak hadiran salah satu anggota tim.

C. ALASAN KERAGUAN TERHADAP TEAM TEACHING


Beberapa komentar akademisi baik sebagai assessor maupun sebagai dosen berkomentar sebagai berikut:


  1. Team teaching masih belum diakui sebagai salah satu solusi pemenuhan beban kerja 24 jam demikian yang ditegaskan salah satu assessor sertifikasi guru, pada seminar yang diadakan oleh LP3M di kabupaten Barru bulan Maret 2009.
  2. Senada dengan itu ketua PSG UNM Makassar dalam jawaban rubric Publik di Tribun pada tanggal 19 Juli 2009 "team teaching tidak terakomodasi dalam pemenuhan beban kerja 24 jam"
  3. Dalam debat dalam diskusi mahasiswa PPs UNM di awal kuliah kekhususan Manajemen Pendidikan bahwa Team Teaching tidak diakui sebagai pemenuhan beban kerja 24 jam.

Opini-opini ini sangat beralasan dengan kehawatiran:

  1. guru pembelajar saja yang datang dan kolabor menyerahkan seluruh proses pembelajaran padanya.
  2. team teaching dapat dilaksanakan tetapi perhitungan jamnya cukup 2 jam yaitu pada guru pembelajar saja.

Seiring dengan perjalanan waktu, dan saya rasa pihak akademisi juga pasti tahu tentang hal ini, bahwa team teaching dapat dianggap sebagai salah satu solusi pemenuhan beban kerja 24 jam sesuai Permen No. 39 tahun 2009 Pasal 5 ayat (1) bagian e. Tidak terbantahkan lagi dengan dasar ini team teaching mempunyai dasar kuat untuk diimplementasikan dengan ketentuan tersirat bahwa setiap anggota Tim diperhitungkan jam mengajarnya.
Dr. Salam seorang pakar dan dosen PPs UNM dalam forum ilmiah Pelatihan Karya Ilmiah Guru Gol.IV di Hotel Grand Palace tanggal 6 – 9 Mei 2009 menegaskan bahwa suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tanpa kolabor maka PTK itu tidak dipandang atau kasarnya tidak sah sebagai PTK. Begitu pentingnya kolabor dalam mendata proses aktivitas belajar dan pembelajaran (perangkat dan guru). Jika demikian kolabor sama pentingnya, sama peranannya dengan guru pembelajar/peneliti/guru model. Jika berangkat dari ketegasan ini maka dapat dipandang bahwa kolabor dalam team teaching sama penting/peranannya dengan guru pembelajar/model dengan demikian aktivitas, waktunya layak mendapat ekuivalensi jam tatap muka.

D. TEAM TEACHING AKOMODIR DARI LESSON STUDY

Pembelajaran team teaching harus berdasar pada rencana pengembangan pembelajaran team teaching (RPP TT). RPP ini berbeda dengan RPP biasa dari segi materiks, dan kajian. Dalam proses penyusunan RPP ini, kolaborasi antara guru pengasuh sub mata pelajaran/aspek/bidang kajian yang diampu sangat dibutuhkan. Setelah analisis kurikulum dan materi selanjutnya matriks keterhubungan bidang kajian mengantar planner menyusun tema. strategi pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu, yaitu tahapan 1) perencanaan (meliputi pemetaan Kompetensi Dasar, pemilihan topik, penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam indikator, penyusunan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran), 2) pelaksanaan pembelajaran (meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir serta tindak lanjut), dan 3) penilaian.


Lesson Study (or kenkyu jugyo) is a teaching improvement process that has origins in Japanese
elementary education, where it is a widespread professional development practice. Working in a small group, teachers collaborate with one another, meeting to discuss learning goals, to plan an actual classroom lesson (called a "research lesson"), to observe how it works in practice, and then to revise and report on the results so that other teachers can benefit from it.
Lesson study telah dikenal sebagai suatu proses pembelajaran yang bahan ajarnya adalah pembelajaran itu sendiri. Singkatnya lesson study adalah belajar dari pembelajaran. Kegiatan ini berpola dari apa yang kita
1) rencanakan bersama (PLAN), 2) akan kita lakukan dan apa yang kita lihat/observasi bersama (DO) dan 3) refleksi apa yang kita observasi (See).
Lesson study the Reel teacher professional forum, hal ini berdasar dari kolaborasi dari berbagai kelompok guru baik kelompok mata pelajaran yang sama maupun lintas kelompok mata pelajaran. Lesson study diimplementasikan dapat berbasis sekolah (LSBS) yaitu guru-guru yang ada di suatu sekolah, basis ini merupakan basis tersempit kolaborasinya tetapi bisa saja yang terbanyak pesertanya karena semua guru pada sekolah tersebut dapat terlibat atau berhak terlibat. Kelompok dari beberapa sekolah merupakan basis dengan jangkauan kolaboratif yang lebih luas, dan basis berikut adalah LSMGMP artinya mata pelajaran tertentu sepakat berkolaborasi mengadakan lesson study yang diikuti oleh semua guru/sebagian guru anggota MGMP tersebut.
Team teaching dan lesson study berinti pada kolaborasi guru untuk planning bersama, pelaksanaan pembelajaran. Bagian mendasar yang berbeda adalah team teaching semua tim selain kolabor pengamatan, tim juga terlibat dalam prlaksanaan pembelajaran di kelas sampai penilaian proses sedangkan Lesson study tim kolabor kosentrasi pada pengamat dan di akhir kegiatan melaksanakan refleksi pembelajaran bersama. Aktivitas pembelajaran hari itu akan didokumenkan untuk tinjauan pembelajaran selanjutnya di tempat lain atau waktu yang akan dating. Banyak hal yang dapat disamakan antara kolaborasi pada kedua kegiatan ini, namun intinya bahwa kedua kegiatan kolaborasi ini memerlukan waktu yang patut diperhitungkan ekuivalensinya dalam beban kerja 24 jam tatap muka. Tatap muka tidak mensakralkan jumlah siswa (seperti BK) tetapi berbasis pada kelas (berapapun jumlah siswa dalam kelas itu),tatap muka tidak gugur jika pembelajaran jika dilaksanakan apa adanya (bahkan tas atau map bapak/ibu gurupun dapat melaksanakan kegiatan tatap muka dengan siswa) tentunya kejadian seperti itu tidak kita inginkan sekarang ini. Untuk itu patut dipertimbangkan hal-hal berikut:
Team teaching:


  1. seorang guru bersama tim planning dari jam 14.30 sampai 17.30.
  2. team melaksanakan pembelajaran bergantian sesuai kesepakatan, sementara anggota tim sebagai observer proses pembelajaran selama 2 jam pelajaran, dan
  3. semua tim melaksanakan penilaian dan memeriksan masing-masing ketercapaian kompetensi bidang kajiannya.
  4. tim mengadakan diskusi/Tanya jawab untuk saling mengisi.

Kesimpulan guru A membutuhkan guru B dan sebaliknya, sehingga tatap muka guru A adalah tatap muka guru B juga.

Lesson Study:

  1. group lesson study mengadakan planning dari jam 08.00 sampai jam 12.30, planning ini dilanjutkan pada waktu berikut dari jam 08.00 sampai jam 12.30 termasuk simulasi total waktu yang terpakai 6 - 10 jam.
  2. guru model mengimplementasikan planning dan di observasi oleh: pengawas, kepala sekolah, 20 orang guru, undangan (kepala dinas, LPTK/LPMP, orang tua siswa) dan lain-lain selama 2 jam pelajaran.
  3. semua observer akan merefleksi pembelajaran bersama hari itu selama 4 sampai 5 jam.

Kesimpulan semua mempelajaran/mengkaji implementasi planning pembelajaran hari itu. Hasil kajian ini akan menjadi acuan pada berbagai pihak untuk kebijakan, untuk diterapkan pada waktu dan tempat sesuai pertimbangan pembelajar. Waktu yang digunakan untuk Lesson Study sekitar 10 - 17 jam.

Terlepas dari fakta yang ada di sekitar kita, yang jelas kontes yang lain dapat saja menggugurkan sebagian tulisan ini terutama pengakuan ekuivalensi dan jumlah jam ekuivalen yang diekuivalenkan tatap muka pada kegiatan Lesson Study. Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan Permen No. 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas sangat diharapkan mengakomodir kegiatan ini karena kegiatan ini sementara digodok untuk diimplementasikan secara regional (SULSELBAR) dan mungkin juga sementara dirancang secara nasional. Mari menunggu...!!


III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berbagai pendapat telah didengar, dicatat dalam berbagai pertemuan ilmiah. Sangat tertinggal jika kita membiarkan terlewatkan karena perubahan akan terus berlanjut. Team Teaching telah mempunyai dua dasar hukum yaitu juklak BNSP tentang implementasi team teaching untuk IPA dan IPS terpadu dan Permen No. 39 tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Dosen, sementara untuk mementahkannya baru berupa opini pribadi, mari ke lapangan, bukankah setiap komentar membutuhkan data yang valid dan realibel? Lebih bijak jika kita pelajari secara seksama sekolah piloting implementasi pembelajaran terpadu tentunya yang menerapkan secara utuh pembelajaran ini.

B. SARAN-SARAN

Setiap peraturan akan ditutup dengan kemungkinan akan diperbaiki kemudian. Kondisi lapangan yang memandang dari segi potensi dan tantangan perlu terakomodasi lagi. Pihak penentu kebijakan perlu mengakomodir berbagai kegiatan pembelajaran yang memerlukan waktu lebih demi peningkatan professional, pedagogik, kepribadian, dan sosial dalam bentuk lesson study. Dari uraian di atas maka penulis menyusun saran-saran sebagai berikut:

  • Team Teaching telah berdasar kuat dan team teaching mengakomodir Lesson Study sehingga lesson study patut untuk menjadi bagian dari pasal 5 ayat (1) yang tentunya ekuivalensi lebih besar jam tatap mukanya.
  • Kegiatan serupa seperti 1) Case study, 2) pengurus MGMP (non fasilitator/guru inti) belum mendapat kekuatan hokum.
  • Komponen sekolah yang tidak kalah pentingnya dan melaksanakan tugas yang tidak kalah menyita waktu di SMP/MTs adalah urusan-urusan yaitu urusan kurikulum, urusan kesiswaan, urusana sarana prasarana, urusana kesiswaan (kalau di SMA Wakil kepala sekolah). Ironis jika urusan yang mengatur pembimbing ekstrakorikuler yang diekuivalenkan tatap mukanya sementara yang mengatur/memfasilitasi tidak mendapat ekuivalen tatap muka.
  • Komponen yang bertenaga untuk meluncurkan produk yaitu wali kelas tidak mendapat bagian dalam pasal 5 ayat (1).
  • Pengelola ruangan tertentu untuk keperluan moving kelas.


No comments :

Post a Comment

Tabe' dibutuhkan Komentar yang konstruktif ......;;...