Friday, August 27, 2010

Draft Proposal Penelitian

DATA INTAKE SISWA DALAM KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

A. Latar Belakang

Penilaian proses pembelajaran telah mengarahkan pembelajar untuk mengkuantitatifkan hasil berupa angka-angka. Angka-angka ini kemudian akan dianalisis untuk menghasilkan suatu criteria tuntas atau belum tuntas/remedial. Justifikasi ini berdasar dari patokan yang telah disusun dan disepakati oleh guru dalam musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dalam satu satuan pendidikan. Hasil musyawarah akan diperkuat dan resmi diberlakukan setelah ditandatangani oleh kepala sekolah, komite sekolah dan diketahui oleh kepala dinas pendidikan kabupaten untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang demikian telah menjadi warna pengembangan sekolah sekarang. Namun kenyataannya, membuat kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran tidaklah semudah mengukur produktivitas dan kualitas pada bidang pekerjaan lain. Pembelajaran melibatkan unsur siswa dengan segala karakteristiknya, mulai dari latar belakang keluarga, lingkungan, ekonomi, kemampuan, motivasi, dan sebagainya. Selain itu perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah melalui sebuah proses pembelajaran juga tidak nampak dan sulit diukur, terutama pada dimensi nilai dan sikap.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada dasarnya merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mempuanyai ciri; 1) berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented), 2) berbasis pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertuang pada Standar Isi, 3) bertolak dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL), 4) Memperhatikan pengembangan kurikulum berdiversirikasi, 5) mengembangkan kompetensi secara utuh dan menyeluruh (holistic), 6) menerapkan prinsip ketuntasan belajaran (mastery learning).

Berdasarkan ciri-ciri tersebut khususnya pada point 6), penilaian yang dilakukan dengan penilaian acuan patokan (criteria referenced) dengan asumsi dasarnya adalah,

1. Bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda

2. Kriteria harus ditetapkan terlebih dahulu, dan

3. Hasil evaluasi tersebut adalah tuntas dan tidak tuntas/ lulus dan tidak lulus.

Penetapan KKM ini biasanya dilakukan di awal tahun dengan data dan analisis dari proses pembelajaran tahun sebelumnya dan beberapa indikator lainnya. Sehingga setiap sekolah memiliki tingkat KKM yang berbeda tergantung situasi dan, kondisi dan kemampuan sekolah masing-masing. Sehingga dalam penetapan KKM ini setiap sekolah diharuskan melakukan penetapan melalui rambu-rambu atau aturan yang baku sehingga walaupun tingkat KKM berbeda, namun proses dan standar penetapannya tetap sama atau baku. Beberapa rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam membuat Kriteria Ketuntasan Minimal adalah sebagai berikut:
1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran

2. KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah
3. Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0 – 100
4. Nilai ketuntasan belajar maksimal adalah 100
5. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah nilai ketuntasan belajar maksimal
6. Nilai KKM harus dicantumkan dalam LHBS

Ketuntasan belajar dapat diartikan sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik dalam menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

Penetapan KKM ini dibuat sebagai indikator minimal bagi siswa dalam mengasai suatu indikator pembelajaran. KKM ini Pula yang akan menentukan apakah seorang siswa dinilai layak untuk bisa meneruskan pembelajarann ke tingkat berikutnya. KKM juga bisa dijadikan indikator kualitas pembelajaran disuatu sekolah, karena dengan KKM yang tinggi maka diharapkan akan ”memaksa” guru maupun sekolah untuk melakukan berbagai usaha untuk mencapai KKM tersebut. KKM pun akan berdampak pada kualitas lulusan suatu sekolah karena dengan KKM yang tinggi maka pemahaman siswa terhadap suatu siswa juga mengalami peningkatan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan ujian akhir, baik ujian sekolah maupun ujian negara.

Kriteria Ketuntasan Minimal dibentuk dari tiga komponen utama yaitu: 1) Kompleksitas materi, 2) Daya dukung sekolah, dan 3) Intake siswa.

1. Kompleksitas: data kompleksitas banyak diperoleh dari kompetensi guru dan materi bahan ajar. Kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.  Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut: 

a. guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik;

b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi;

c. guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang  diajarkan;

d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;

e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;

f. peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan;

g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;

h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar. 

2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan

a. Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran;

b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah. 

3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan

Penetapan intake di kelas VII dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan  peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas VIII dan IX berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.

Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian kompetensi.

Sebagai tolok ukur nilai KKM merupakan angka keramat yang harus dicapai dalam penerapan mastery learning atau dijustis sebagai peserta didik yang harus membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai kompetensi (tinggal kelas/mengulang). Di dalam forum MGMP tentunya terjadi diskusi yang seru pada kompleksitas dan identifikasi daya dukung, tetapi pada saat mengisi matriks pada kolom intake siswa akan timbul masalah yang krusial yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. mata pelajaran terdiri dari beberapa Standar Kompetensi (SK), dan di dalam (SK) terdapat beberapa Kompetensi Dasar (KD). Dalam satu Standar Kompetensi terdapat beberapa indicator. Setiap indicator tercantum ketiga komponen KKM yaitu komplesitas, daya dukung, dan intake siswa. Jika intake siswa kelas VII adalah 80 yang diperoleh dari hasil tes seleksi masuk SMP + nilai ulangan akhir di SD, maka semua indicator pada semua kompetensi dasar (KD) akan bernilai 80.

2.` hasil survey guru di kabupaten Barru hingga tanggal 8 oktober, menentukan intake siswa berdasarkan perkiraan.

3. hasil diskusi dengan beberapa guru pada forum Penerapan Model Pembelajaran Efektif (MPE) tanggal 3 – 6 Juli 2009, sebagian guru menetapkan intake siswa dengan perkiraan dan sebagian tes ulang.

B. ANALISIS MASALAH

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah angka yang harus dapat dipertanggungjawabkan, di lain sisi cara mendapatkannya susah untuk dipertanggungjawabkan.
a. Akibat yang ditimbulkan :

1. Ada nilai yang sulit untuk diukur yaitu nilai keberhasilan proses belajar.

2. Peserta didik diharuskan mencapai kompetensi yang ditentukan tanpa mempertimbangkan pengetahuan awal mereka.

3. Guru tidak bertanggung jawab dan sportif mengukur keberhasilan belajar siswanya.

4. Guru hanya berpatokan pada angka – angka yang diinginkan/disepakati tanpa menganalisis data reel yang sebenarnya, sehingga tentunya keputusan yang timbul tentunya menjadi bias.

b. Sumber masalah:

1. Tim Pengembang KTSP kabupaten kurang membimbing penentuan KKM

2. Pengawas SMP/SMA kabupaten masih memerlukan waktu banyak untuk mendiskusikan penentuan KKM sementara mereka sibuk dengan supervise guru dan sekolah.

3. Manajemen kepala sekolah untuk mengimplementasikan KTSP masih membutuhkan Tim pendamping pelaksanaan KTSP dari Dinas/LPMP, sementara masalah KTSP dianggap masalah yang tidak up to date lagi (sejak tahun 2006).

c. Penyelesaian :

1. Tim pengembang tetap konsisten membiaskan hasil Bintek KTSP 2009 dalam berbagai forum ilmiah daerah.

2. Pengawas tetap harus memantau dan menggali sumber terbentuknya KTSP tiap sekolah terutama dokumen I, dan tidak hanya konsetrasi pada dokumen II saja.

3. Kepala sekolah perlu merangkul berbagai nara sumber untuk pembimbingan disekolahnya.

4. Komponen intake siswa perlu diperoleh dengan cara yang dapat dibertanggungjawabkan, misalanya mengadakan tes ulang pada awal tahun ajaran (=hasil diskusi pada forum MPE).

5. setiap kompetensi dasar yang akan dipelajari pada kelas VII di wakili minimal 2 nomor instrument soal, soalnya yang erat kaitannya dengan pelajaran pada kelas saat Sekolah Dasar. Dengan demikian setiap KD intakenya dapat berbeda KD yang lainnya atau indikator-indikator dalam KD dapat berbeda (diskusi informal dengan Dewan Pendidikan Kabupaten Barru).

6. siswa yang di tes tidak semua tetapi sampel dari tiap jenjang kelas/mata pelajaran (diskusi informal dengan pengawas provinsi bulan Juli 2009).

7. Perencanaan untuk mengadakan Tes Akademik Umum (TAU) untuk semua peserta didik kelas VII dengan sampel 60% dari populasi siswa kelas VII.

Wednesday, August 25, 2010

Implementasi Forum Lesson Study di SMP Negeri 1 Barru Kabupaten Barru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memperhatikan anak didik dewasa ini diberbagai sekolah di daerah (terutama SMP di kabupaten Barru) kita akan mendapatkan suatu fenomena yang kurang sehat yang sudah menjadi bentukan dari beberapa dekade manajemen pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah terbiasa dengan kondisi diam memperhatikan-guru menjelaskan, ekspresi komunikasi tidak terbangun, otak siswa dicuci dengan berbagai standar-standar kompetensi yang harus diukur ketuntasannya berupa angka-angka, siswa akan terbiasa dengan menghapal fakta-fakta, konsep dan kurang mnggeneralisasikan konsep tersebut.

Pembelajaran menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang akan diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi tersebut. Dengan demikian guru harus dapat menerapkan inovasi-inovasi baru dalam pendidikan khususnya inovasi pembelajaran di kelas sebagaimana yang telah direkomendasikan para pakar pendidikan agar dapat memenuhi tuntutan kurikulum. Kolaborasi antar pembelajar merupakan satu wahana positif untuk mengarah kompetensi ini. Salah satu bentuk kolaborasi guna meningkatkan kompetensi guru adalah forum Lesson Study.

1. Lesson Study

Lesson study di kabupaten Barru terlaksana berkat kerjasama antara pihak pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan pihak Japan International Cooperation Agency (JICA) suatu kerjasama pemerintah Indonesia-Jepang dalam bentuk kegiatan Prima Pendidikan yang mengcover tiga kabupaten yaitu kabupaten Jeneponto, kabupaten Barru, dan kabupaten Wajo dan 50% dari kecamatan pada kabupaten target akan dibina. Pada siklus kedua (tahun kedua) prima pendidikan membutuhkan satu dari empat kecamatan binaan di kabupaten Barru yang mendapatkan kesempatan mengimplementasikan lesson study, sehingga seleksi ketat proposal tidak terhindarkan dan dari hasil seleksi tersebut, kecamatan Barru dan SMP Negeri 1 Barru yang terpilih sebagai kontestan dan berhak mengimplementasikan lesson study berupa forum Lesson Study berbasis MGMP/LSMGMP (kecamatan) dan forum lesson study berbasis sekolah (LSBS) untuk tingka t sekolah. Calon fasilitator kecamatan mengadakan study banding di kabupaten Pasuruan pada bulan Desember 2008 untuk menyaksikan langsung implementasi lesson study pada beberapa SMP di kabupaten Pasuruan. Dasar dari terpilihnya kabupaten Pasuruan sebagai daerah tujuan tidak terlepas dari status kabupaten ini sebagai piloting serta keberhasilannya dalam mengimplementasikan lesson study yang sudah berjalan selama empat tahun.

2. Media Pembelajaran sebagai Bahan Ajar

Kendala yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa tersebut menuntut guru pandai-pandai dan inovatif dalam mencari strategi belajar yang cocok diterapkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa. Kemampuan menerapkan metode yang baik dan dapat memilih jenis metode dan media yang cocok untuk materi yang disajikan adalah jenis kemampuan yang perlu dimiliki oleh guru. Pertanyaannya bagaimana jika guru ingin menyampaikan suatu konsep tapi media pendukung tidak tersedia di sekolah? Atau memang belum ada di mana-mana?, kreativitas guru adalah jawabannya. Kemampuan ini merupakan kunci yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan materi yang diberikan oleh guru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diangkat suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pemanfaatn media rangka hewan untuk open kelas mata pelajaran biologi

2) Apa pembelajaran yang dapat dipetik oleh guru setelah mengimplementasikan lesson study di kabupaten Barru.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Mendeskripsikan pemanfaatn media rangka hewan untuk open kelas mata pelajaran biologi

2) Mengetahui pembelajaran yang diperoleh setelah terlibat dalam forum lesson study

2. Manfaat

1.Siswa : Siswa lebih aktif dan termotivasi sehingga senang belajar biologi dan dapat memperoleh pengalaman belajar.

2. Guru : Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran dan media pembelajaran.

3. Kepala Sekolah : Untuk menjadi dasar dalam mengambil keputusan/kebijakan terutama pada proses pembelajran di sekolah

4. Peneliti : Penelitian ini menjadi pertimbangan untuk meneliti masalah-masalah yang berkaitan dengan minat dan model pembelajaran.

D. Definisi Operasional:

1. Lesson study; Lesson study atau kaji pembelajaran telah dikenal sebagai suatu proses pembelajaran yang bahan ajarnya adalah pembelajaran itu sendiri atau belajar dari pembelajaran.

2. Rangka Hewan: susunan tulang hewan hasil rakitan sehingga terkonstruksi seperti aslinya/hidup.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Lesson Study

Lesson Study (or kenkyu jugyo) is a teaching improvement process that has origins in Japanese elementary education, where it is a widespread professional development practice. Working in a small group, teachers collaborate with one another, meeting to discuss learning goals, to plan an actual classroom lesson (called a "research lesson"), to observe how it works in practice, and then to revise and report on the results so that other teachers can benefit from it. Lesson study telah dikenal sebagai suatu proses pembelajaran yang bahan ajarnya adalah pembelajaran itu sendiri. Singkatnya lesson study adalah belajar dari pembelajaran. Kegiatan ini berpola dari apa yang kita 1) rencanakan bersama (PLANNING), 2) akan kita lakukan dan apa yang kita lihat/observasi bersama (DO) dan 3) refleksi apa yang kita observasi (See). Lesson study the Reel teacher professional forum, hal ini berdasar dari kolaborasi dari berbagai kelompok guru baik kelompok mata pelajaran yang sama maupun lintas kelompok mata pelajaran.

B. Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm 1977 dalam (Akhmad Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1. Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran

Jenis Media

1

2

3

4

5

6

Gambar Diam

S

T

S

S

R

R

Gambar Hidup

S

T

T

T

S

S

Televisi

S

S

T

S

R

S

Obyek Tiga Dimensi

R

T

R

R

R

R

Rekaman Audio

S

R

R

S

R

S

Programmed Instruction

S

S

S

T

R

S

Demonstrasi

R

S

R

T

S

S

Buku teks tercetak

S

R

S

S

R

S

Keterangan : R = Rendah S = Sedang T= Tinggi

1 = Belajar Informasi faktual, 2 = Belajar pengenalan visual, 3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan, 4 = Prosedur belajar, 5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik, 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat mengamati pergerakan suatu mahluk hidup yang membutuhkan waktu yang sangat besar dibanding waktu yang tersedia, maka digunakanlah film yang dipercepat atau media tiga dimensi yang dimniaturkan untuk pengamatan langsung diluar jam pelajaran. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Proses pembelajaran sebagai inti keseluruhan proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan bentuk interaksi antar berbagai sumberdaya pembelajaran yang melahirkan suatu perubahan perilaku bagi peserta didik. Melalui pembelajaran inilah tercipta suatu kondisi interaktif antara berbagai komponen system pembelajaran yang melahirkan suatu perubahan perilaku bagi peserta didik. Melalui pembelajaran inilah tercipta suatu kondisi interaktif antar berbagai komponen system pembelajaran. Komponen itu me;iputi; peserta didik, pendidik(guru), materi maupun sarana pembelajaran (buku, media, meubel dll). Pada berbagai kajian empiris, dikemukakan bahwa keseluruhan komponen tersebut berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap efektivitas pembelajaran, baik dari prosesnya maupun hasil-hasilnya.

Media pembelajaran sebagai salah satu jenis sarana pembelajaran memiliki fungsi ganda, yakni disamping sebagai alat Bantu pembelajaran juga sebagai sumber belajar. Sesuai dengan fungsinya itu, maka seyogyanya pemanfaatannya dalam proses pembelajaran harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik yang melekat pada media pembelajaran itu sendiri.

C. Rangka Hewan sebagai Media Pembelajaran

Rangka hewan dideskripsikan sebagai susunan tulang hewan yang dirakit kembali sebagaimana waktu hewan tersebut hidup yang bertujuan untuk pengamatan:

a. Berbagai bentuk tulang hewan vertebrata

b. Mengamati letak tulang hewan,

c. Mengamati model dan adaptasi tulang pada hewan.

1. Pembuatan Alat Peraga Rangka Hewan

a. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain; tulang hewan (ayam, kucing, anjing) yang sebelumnya sudah dikubur 3 minggu atau tulang yang dipisahkan dari daging jika hewannya tidak dikubur (ayam). Seperangkat alat-alat masak, bor listrik, papan pijakan, kawat, karton manila, alat skop, kompor, 2 unit statif, air secukupnya, baskom, sabun batangan, pernis netral , lem keramik.

b. Cara Pembuatan

1) Persiapan

Rangka hewan yang dikubur tiga minggu sebelumnya digali kembali, pastikan alat berat tidak merusak salah satu tulang. Tercecernya potongan tulang sekecil apapun akan berakibat fatal pada proses penyusunan rangka, untuk menghidari tercecernya potongan kecil tulang, bangkai hewan dilapisi kantong plastik di dasar lubang kuburnya.

Prarekit Tengkorak anjing yang baru digali.

Gambar 1. Proses penggalian tulang hewan

 

Potongan tulang pipa dipisahkan dengan potongan tulang pendek dan dimasak dengan air sabun batangan. Proses ini berlangsung sampai 3-4 jam, jika tulang belum bersih dari sisa-sisa otot, tambahkan air + sabun batangan dan tunggu sampai 1-2 jam lagi. Setelah dianggap bersih tulang-tulang diangkat dan dianginkan sambil tetap dibersihkan secara fisik. Perlakuan yang sama terjadi pula pada tulang-tulang pendek dan pipih.

2) Penyusunan

Bagian tulang yang pertama disusun adalah susunan ruas tulang belakang, karena rangkaian tulang ini harus disesuaikan dengan lokasi leher, punggung, pinggang, kelangkang dan ekor. Rangkaian dihubungkan dengan kawat pada lubang sumsum. Pada bagian tengkorak kawat dilipat sedemikian rupa sehingga kawat tersangkut pada rongga tempat otak.

Rkt dgn siswa

Gambar 2 & 3. Proses penyusunan rangka hewan

Persendian dihubungkan dengan cara dibor dan dihubungkan dengan potongan kawat, sebelum kawat dipasang pada setiap lubang bor ditetesi lem keramik.

3) Penyelesaian

Rangka hewan yang semula ditopang statif diletakkan pada papan yang sudah dialasi karton manila lengkap dengan keterangkan gambarnya. Jika rangka sudah berdiri tegak maka selanjutnya adalah penyemprotan dengan pernis netral agar lebih mengkilap dan lebih awet dari serangga/bakteri.

Peny.1

Gambar 4. Penyelesaian rangka Kucing

Peny.2

Gambar 5. Penyelesaian rangka Ayam

Peny.3

Gambar 6. Penyelesaian rangka Anjing

2. Penggunaan Alat Peraga Rangka Hewan

Alat peraga rangka hewan pada dugunakan untuk mendukung materi mata pelajaran IPA khususnya Biologi. Kompetensi dasar sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB III

OPEN KELAS DENGAN MEDIA RANGKA HEWAN

Jika anda mengetahui beberapa bunga tetapi belum menciumnya, maka anda belum mengenal bunga. Demikian kata pepatah, sebelum memfasilitasi rekan-rekan guru untuk berlesson study, fasilitator dulu sebagai piloting guru model. Hal ini untuk member jam terbang pada fasilitator, memberikan taktik dan trik yang dapat memotivasi rekan-rekannya untuk open kelas. Workshop fasilitator dilaksanakan segera setelah kembali dari daerah piloting lesson study yaitu kabupaten Pasuruan.

1. Plan

Planning lesson study pada hari kamis tanggal 7 januari 2009, pada kegiatan salah satu fasilitator harus sebagai guru model. Kegiatan selanjutnya adalah:

a) menentukan kelas lesson study, b) menyusun lembar observasi, c) membuat label/nomor siswa, d) menentukan denah siswa, e) penyusunan bahan ajar, f) penentuan media belajar, g) menentukan metode pembelajaran, h) observasi ruangan, i) melengkapi RPP (LKS).

Pada tanggal 10 Januari hari sabtu semua perangkat di faximile ke JICA untuk di translate guna keperluan tenaga ahli.

2. Do (Open Kelas)

DSCN1326

Open kelas dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2009 jam 08.10 di laboratorium IPA Biologi. Ruangan Laboratorium ini terdapat 10 meja panjang dan 38 kursi kayu. Meja panjang yang terpakai siswa sesuai dengan jumlah kelompok yaitu 8 buah (2 meja depan dipakai untuk meletakkan sarana belajar lainnya). Media belajarnya berupa 3 buah rakitan rangka hewan yaitu rangka ayam, rangka kucing, rangka anjing serta dua buah model rangka manusia dari droping departemen pendidikan nasional. Semua rangka hewan diletakkan pada meja tinggi yang membatasi meja panjang. Kelas VIII.2 yang terpilih mempunyai 35 orang siswa dan konsep yang dibahas adalah SISTEM GERAK, rincian sebagai berikut:

a) pembelajaran dibuka dengan salam

b) guru mengechek kehadiran siswa, memeriksa kelompok, menata label siswa agar jelas terlihat oleh observer, menetralkan keadaan agar siswa tidak canggung pada observer.

c) guru memberi pengantar pembelajaran tentang aktivitas hidup misalnya aktivitas sebelum ke sekolah. Semua aktivitas ini menandakan bahwa ciri mahluk hidup, beberapa siswa dipancing untuk menyebutkan ciri-ciri lain mahluk hidup.

d) berangkat dari ciri yang disebutkan siswa guru mencoba membawa pikiran siswa ke salah satu ciri mahluk hidup yaitu bergerak. Indikator pembelajaran hari itu adalah (1) Membandingkan macam-macam organ penyusun sistem gerak pada manusia dan hewan vertebrata, (2) Mengelompokkan tulang berdasarkan bentuk, dan letaknya di dalam tubuh.

e) guru model memotivasi siswa agar hakikat bekerja dan belajar kelompok diperhatikan (jangan bekerja sendiri-sendiri) dan meneriakkan yel-yel. Guru berteriak “biologi…!” dijawab serentak oleh siswa “belajar hidup…!”, “biologi…!” teriak guru model dijawab oleh siswa “system gerak….”.

f) siswa bekerja dengan dituntun lembar kegiatan siswa (LKS) yang sudah dimiliki siswa, tiap kelompok mengivestigasi rangka yang menjadi tugasnya. Siswa mengisi LKS sesuai yang diamati karena tiap media diamati oleh dua kelompok, maka media tiga dimensi ini dapat diamati dari berbagai arah.

g) beberapa siswa kelompok V dan VI kesulitan menentukan tulang pendek pada ayam, kelompok I dan II mengamati model rangka manusia pada 10 menit pertama tidak mengalami kesulitan berarti.

h) tiap sepuluh menit siswa akan berputar untuk mengamati media berikut, sehingga dibutuhkan waktu sekitar 40-45 menit untuk pengamatan.

i) selesai mengamati, siswa menjawab beberapa soal dari LKS kemudia mengelaborasi hasil kegiatannya pada whiteboard.

j) guru model memberi penguatan dan menyimpulkan pembelajaran dan member tugas pada siswa untuk keperluan pembelajaran selanjutnya.

BAB IV

REFLEKSI OPEN KELAS DENGAN MEDIA RANGKA HEWAN

Reflksi

A. Rerfleksi Open Kelas dengan Media Rangka Hewan

Refleksi dari hasil observasi open kelas segera dilaksanakan setelah pembelajaran selesai, rinciannya sebagai berikut:

Hari/Tanggal : Selasa, 13 Januari 2009

Waktu : pukul 10.50 – selesai

Tempat : Aula SMPN 1 Barru

Moderator :Amirullah Abdullah, S.Pd. (kepala SMPN 1 Barru)

Peserta/observer:

1. kandidat fasilitator lesson study kecamatan Balusu, kecamatan Mallusetasi, kecamatan S. Riaja

2. Pengawas SMP/SMA kabupaten Barru

3. anggota Dewan Pendidikan kabupaten Barru merangkap konsultan lapangan Prima Pendidikan

4. Kepala-kepala sekolah se SMP di kabupaten Barru

5. Tim ahli dari JICA.

I. Acara dibuka oleh Moderator dengan ucapan Basmalah

II. Perkenalan Peserta Workshop dipandu oleh moderator

III. Moderator mengajak semua peserta untuk member uplause pada guru model dan mempersilahkan mengutarakan kesannya sebagai guru model.

Guru Model:

- ada tantangan/hambatan pembelajaran pada hari-hari pertama setelah libur,

- berusaha mengendalikan perhatian siswa yang kadang memperhatikan observer karena sesuatu yang baru telah terjadi.

- Tujuan pembelajaran kita hari ini adalah:

  1. Menyebutkan alat gerak pada manusia.
  2. Menyebutkan macam-macam tulang berdasar bentuknya pada manusia dan hewan vetebrata.
  3. mengelompokkan tulang berdasarkan letaknya
  4. Menyebutkan 2 macam tulang bersdasarkan sifatnya

Ada kendala untuk menjawab LKS karena pengembangan dari materi dan tujuan pembelajaran terutama bentuk tulang pipa betis ayam dengan manusia, karena posisi betis berbeda. Siswa masih menganggap bahwa bagian kaki ayam yang bersisik adalah betis yang seharusnya tulang telapak kaki (ayam berdiri dengan menggunakan jari-jari kaki).

- membiasakan siswa dengan atribut/label yang digantung dileher

- siswa kelihatannya takut/segan menyentuh media

Moderator: Guru model tampil dengan prima/maksimal pada hari ini.

Refleksi :

1. Dahliah, S.Pd. (Fasilitator LSBS SMPN 1 Barru)

- tertarik dengan arahan guru model yang telah membelajarkan siswa dan disukung media yang tersedia,

- kelompok II pada awal pembelajaran, sangat berhati-hati sehingga kelihatan segan menyentuh media,

- siswa telah belajar materi yang diajarkan

2. Zainal Abidin, S.Pd. (Fasilitator LSMGMP IPS Kec. Barru)

- guru model tampil dengan baik, siswa dari kelompok II (no.6=Faisal) tidak memperhatikan topic materi.

3. Hj. Junaiah, S.Pd. (Fasilitator LSMGMP IPA Kec. Barru)

- Topik pembelajaran semua sudah disajikan, tetapi siswa no.3 (Muh. Farid) hamper tidak pernah melihat ke media yang disediakan.

- No. 27 (Musrifana Muhiddin) tidak memperhatikan media tetapi hanya menulis terus.

4. Supriyanto, S.Pd. (Fasilitator LSBS SMPN 1 Barru)

- siswa belajar aktif secara umum, namun no. 7 (Faturrahman) kadang-kadang melamun/menerawang, No.6 (Faisal B.) tertawa, menjatuhkan pulpen.

5. Lukman Z., S.Pd. (Kepala SMPN 1 Balusu)

- Tujuan pembelajaran 1-3 berjalan dengan baik karena guru model tampil baik, masih ada siswa yang belum siap pada kelompok VI no. 26 tidak belajar dengan baik/tidak perhatikan pelajaran.

6. Fatimah Abu, S.Pd. (Kandidat Fasilitator TPK Balusu)

- guru model tampil sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermutu bagus,namun siswa no 7 (Faturrahman) kurang bersemangat, kurang berinteraksi dengan tim kelompoknya.

7. Sarwan, S.Pd. (Kandidat Fasilitator TPK Mallusetasi)

- kelompok II tidak memperhatikan pelajaran, kelompok VI ada siswa yang pintar, interaksi kelompok ini baik, siswa saling bertanya jawab.

8. Suharmin, S.Pd., M.Pd. (Kandidat Fasilitator TPK Mallusetasi)

- siswa belajar aktif dengan cara sendiri-sendiri/spesifik, Cuma ada yang cepat ada yang lambat.

9. Zainal Abidin, S.Pd.

- secara umum pembelajaran kelihatan bagus, hanya sebagian yang tidak aktif itupun hanya saat-saat tertentu, No. 31 kelompok VII tidak mengikuti dengan baik pelajaran pada awal pembelajaran, namun kelihatannya anak tersebut cerdas karena pada kegiatan inti, aktif membimbing temannya.

10. Abdul Zakaria (Guru Model)

- inilah hakekat lesson study, hal-hal yang tidak sempat saya perhatikan dapat teramati oleh observer, segala masukan dari observer sangat berarti untuk perbaikan pembelajaran ini lebih lanjut.

11. Zainal Abidin, S.Pd.

- media sangat menarik, tapi siswa no.4 kelompok II kurang memperhatikan media tersebut serta interaksi antar siswa kurang. Tidak terjalin interaksi antar kelompok terlihat pada presentasi siswa, tidak ada kelompok lain yang menanggapi presentasi tersebut. Pada umumnya kelompok lain sudah terjalin interaksi dalam kelompok (selain kelompok II)

12. Supriyanto, S.Pd.

- siswa no.7 kelompok II tidak pernah berinteraksi dengan teman lain walau kadang main tapi tetap aktif, pada kelompok V tidak ada interaksi siswa dengan siswa, reward/penghargaan tidak tampak jelas karena tidak ada evaluasi.

13. Hj. Junaiah, S.Pd.

- No. 12 terpisah dari kerja kelompok, seakan-akan membentuk kelompok lain, kelompok V aktif mengamati, kerja LKS tapi tidak interaksi dengan teman kelompok.

14. Dahliah, S.Pd.

- beberapa saat saya focus pada kelompok II dan didapati siswa no 6 bekerja dengan meniru.

15. Dra. Maryuni (guru Bimbingan Konseling=BK)

- rekan-rekan banyak menyoroti siswa no.6, anak tersebut cerdas ≈ hiper aktif. Siswa no.7 juga pintar type anak tersebut memang pendiam, jadi interaksi dengan teman kurang karena tidak banyak bersosialisasi.

16. Moderator: mendukung data dan membenarkan tanggapan guru BK.

17. Zainal Abidin, S.Pd.

- kecerdasan anak yang bersangkutan dapat dimanfaatkan untuk membimbing teman-temannya (tutor sebaya)

18. Bakri, S.Pd. (Kandidat Fasilitator TPK Balusu)

- siswa no.7 kurang akatif

19. Lukman Z., S.Pd.

- siswa no.6 langsung kerja LKS, tidak cari di media dan hanya berinteraksi dengan LKS (materi) tetapi tidak berinteraksi dengan media.

- siswa banyak disoroti hari ini yaitu; no.6,7, dan 26 merupakan PR bagi guru-guru SMPN 1 Barru.

20. Usman, S.Pd., M.Pd (Kandidat Fasilitator TPK S. Riaja)

- pada jam 10.15 saya berada pada kelompok VI dan mengamati pula kelompok VII, siswa nomor 24 tidak berinteraksi dengan teman kelompok,

- semua sibuk dengan LKS masing-masing, sebaiknya 1 LKS untuk setiap kelompok.

21. H. Darman, S.Pd. (Kepala SMPN 2 Barru)

- usul agar membahas lembar observasi nomor 4 sampai dengan 11 mengingat waktu dan tentunya ada tanggapan dari tim ahli Jica.

22. Drs. Umar M., MM. (Pengawas SMP/SMA Kabupaten Barru)

- siswa no.16 pasif (diam) walaupun teman-temannya aktif, untuk nomor 14 lain lagi masalahnya yaitu kepala rapat dengan tangan pada saat menulis,

- pada pree tes, ada siswa yang sebenarnya mampu menjawab tapi tidak diberi tenggang waktu untuk menjawab hingga tercetus ungkapan nada ‘kesal’.

23. Dra. Maryuni

- siswa yang bertingkah kikuk, mungkin merasa tersoroti oleh banyak orang.

24. Abdul Zakaria, S.Pd.

- kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya dalam kelompok sudah diberikan, namun siswa membiarkan diri terlambat. Untuk kelompok yang terpecah (seakan-akan terbentuk kelompok kecil) akan dipertimbangkan jumlah anggota dalam kelompok misalnya 3 orang dalam satu kelompok.

25. Zainal Abidin, S.Pd.

- siswa no.21 sangat baik menyampaikan presentasi hasil kelompok,

- sebaiknya presentasi kelompok disampaikan di depan kelas agar siswa tidak usah menengok ke belakang dan dapat berinteraksi dengan kelompok lain, siswa kurang memperhatikan media (unsure kontekstual) dan hanya aktif dengan LKS,

- poin 11 lembar observasi; guru model telah tampil dengan bagus, pembelajaran menggunakan media interaktif dan komunikatif.

26. Hj. Junaiah, S.Pd.

- interaksi siswa dengan guru bagus, siswa dengan media bagus (walau masih ada yang belum maksimal), siswa diam belum tentu menghayal tetapi kadang berfikir/mengingat-ingat penjelasan. Manfaat yang dipetik dari pembelajaran kita hari ini adalah; menyadari bahwa membelajarkan siswa harus menempuh berbagai teknik pembelajaran.

27. Suharmin, S.Pd., M.Pd.

- kelompok 5 tidak memperhatikan media (ini PR untuk kita semua)

- siswa no.26 melamun à berfikir, kesulitan untuk membahasakan apa yang harus ditulisnya, dipelajari, menyadari pembelajaran yang baik tetap ada kekurangan, tidak pembelajaran yang sempurna

28. Bakri, S.Pd.

- pengurangan LKS menjadi 1 tiap kelompok jika kelompoknya kecil (3 orang), kita telah banyak memperoleh pelajaran dari pak Zakaria (guru model kita hari ini.

29. Lukman Z., S.Pd.

- interaksi siswa, media, guru kedengarannya mudah tapi kenyataannnya sulit, interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan media sangat sulit di lakukan dalam Laboratorium terlebih dengan banyak macam media (campuran).

30. Hj. Seniarti, S.Pd. (Kandidat Fasilitator TPK Balusu)

- interaksi siswa dengan media kurang, disebabkan perhatian siswa terpecah

- ada session guru model memotong pembicaraan siswa, sebaiknya siswa dibiarkan dulu selesai bicara,

- untuk lebih mengaktifkan siswa, sebaiknya siswa diminta langsung menunjuk pada media sebagai jawaban pertanyaan,

- saya pribadi mengagumi keterampilan guru model yang tampil maksimal walau baru saja masuk sekolah setelah libur.

31. H. Darman, S.Pd.

- Harapan agar pak Zakaria (guru model) untuk mengulang peristiwa 12 tahun yang lalu untuk merakit rangka hewan terjadi juga pada guru-guru biologi yang lain, agar medianya menjadi lebih banyak.

32. H. Abdullah Rahim, BA. (sesepuh SMPN 1 Barru, Ketua PGRI, Peng. Dewan Pendidikan, kons. lapangan Prima Pendidikan Kab. Barru)

- pembelajaran kita hari ini sangat memuaskan, karena bukan pak Zakaria kalau tidak maksimal, untuk itu saya ingin melemparkan pertanyaan kepada ananda pak Zakaria untuk kita simak bersama:

1. apakah pak Zakaria mengajar atau membelajarkan

2. apakah tujuan belajar tadi,

3. apakah siswa yang aktif atau guru yang aktif,

4. penampilan guru yang menarik atau bahan ajarnya

5. apakah guru membangkitkan motivasi belajar siswa,

6. apakah RPP (alangkah-langkah pembelajaran) konsisten

7. apakah terjadi evaluasi proses untuk melihat hasil.

33. Abdul zakaria, S.Pd. (guru model)

- sesuai dengan planning bersama kolabor, saya berusaha untuk membelajarkan siswa, dan untuk memotivasi siswa menggunakan waktu 10 menit dan ini lebih lama dari biasanya karena awal masuk sekolah setelah libur,

- untuk memfokuskan perhatian siswa, lebel (A,B, ….) pada media dan keterangan pada media belajar akan menjadi prioritas pembelajaran selanjutnya,

- perlunya menanamkan sikap pada siswa untuk mau belajar karena keinginan dalam diri siswa karena tidak ada yang dapat belajar untuk kepentingan orang lain,

- mewakili rekan-rekan saya berusaha untuk selalu mengaktifkan dengan usaha maksimal dan menampilkan bahan ajar yang menarik dan bukan gurunya yang menarik perhatian siswa karena guru bukan sesuatu yang akan dipelajari.

- siswa dimotivasi dengan merelevansi dengan kehidupan nyata guna membangun pembelajaran bermakna dan kalau perlu teriakkan yel-yel untuk membangkitkan semangat dan perhatian,

- implementasi RPP berusaha diimplementasikan secara konsisten, di sisi lain di dalam Laboratorium banyak aturan yang perlu diperhatikan siswa,

- jika ada yang belum tampak sesuai keinginan kita semua, itulah potert pembelajaran kita, tidak ada pembelajaran yang sempurna.

34. Yoshi Tanaka dan alih bahasa Nitasari dan kawan-kawan (Tim ahli JICA)

- mengucapkan banyak terima kasih atas komentar-komentar observer, demikian pula pada ucapan terima kasih atas kerja keras guru model dan kolabornya yang hari ini sepertinya mengalami banyak tekanan,

- hari ini adalah training kedua, training pertama pada saat di Pasuruan dan perlu diluruskan refleksi kita yang utama 1) “you didn’t critized the model teacher, 2) satu hal yang harus diingat dalam refleksi ini, kebanyakan komentar observer pada sikap/tingka laku siswa dan bukan pada pembelajaran siswa, 3) seharusnya pembicaraan focus pada:

a) apakah siswa mengerti topic yang dibawakan atau tidak, kalau tidak apa masalahnya,

b) kalau tidak ada interaksi, memang belum ada

- komentar; analisa kebiasaan pembelajaran kita hari ini dan bukan pada “pembelajaran siswa itu sendiri”

- di Jepan pernah terjadi hal serupa yaitu membahas secara detail kebiasaan siswa tapi itu bukan lesson study.

- ingat selalu bahwa, fokuslah “apakah siswa mengerti pembelajaran atau tidak”,

- refleksi selanjutnya diharapkan lebih terarah dan komentar selanjutnya didiskusikan dari point 1 sampai 11 secara keseluruhan (menyeluruh) tidak terpisah-pisah.

35. Zainal Abidin, S.Pd.

- apakah boleh merefleksi latar belakang peserta didik?

36. Yoshi (JICA)

- yang terpenting, apa yang kita “amati”, adapun latar belakangnya bias merupakan alasan mengapa siswa itu demikian.

- dalam refleksi; harus membuat komentar secara keseluruhan dan tidak disekat 3 sampai 4 poin, sehingga observer sepertinya 3 kali berbicara untuk sampai pada 11 pion/item lembar observasi. Perlu diingat bahwa dalam berkomentar harus selalu berdasar fakta, bukan opini. Lembar observasi menjadi bukti apa yang diamati jika belum ada alat dokumen lainnya.

- tidak perlu mengungkap satu persatu apa yang ditulis dalam lembar observasi tapi membuat kesimpulan secara keseluruhan apa yang diamati.

37. Zainal Abidin, S.Pd.

- tolong dijelaskan teknis lesson study agar arah lesson study lebih terarah ke depan.

38. H. Abdullah Rahim, BA.

- masalah dalam kegiatan ini yang perlu segera dipecahkan adalah mengatasi kelas kosong/tidak belajar karena gurunya tergabung dalam kegiatan lesson study.

39. Yoshi (JICA)

- setiap sekolah mempunyai cara sendiri untuk mengatasi masalah kelas atau siswa tidak belajar karena gurunya mengikuti kegiatan lesson study, pada kondisi khusus dapat melaksanakan lesson study open kelas pada sore hari,

- sekarang mari kita ke proses pembelajaran kita hari ini, setidaknya ada 3 hal yang perlu disoroti:

1) selama awal pembelajaran seluruh siswa antar ras mengikuti pembelajaran tapi pada akhir pembelajaran kurang konsentrasi, kita perhatikan tayangan atau dokumen elektronik.

Mengapa hal ini bias terjdi?

2) interaksi para siswa dan interaksi antara group dengan group lain kurang bagus, mengapa/apa masalahnya?

3. hal yang perlu disoroti mengenai pembelejaran hari ini; a) awal konstrasi tapi akhir tidak konsetrasi, b) setelah 20 menit berlangsung kebanyak belum mengisi LKS, mungkin masa observasi terlalu lama.

- apakah interaksi sudah berarti mengerti dengan baik atau tidak?,

- mungkin dengan mengobservasi, mungkin bias mengerti dengan baik maka tidak perlu ada interaksi antar siswa,

- apakah jika siswa tidak punya interaksi, pelajaran tetap bisa berhasil?

- pengalaman pribadi; jika masa observasi cukup, maka interaksi tidak terlalu dibutuhkan,

- tujuan pembelajaran dalam RPP (2 dan 3) bukan tujuan utama, yang menjadi tujuan utama dalam konsep ini adalah tujuan 4, 5.

- waktu pembelajaran yang hanya 80 menit cukup sempit untuk banyak tujuan pembelajaran, jadi lakukan aktivitas yang penting-penting saja tidak perlu terlalu banyak (sederhana).

40. Supriyanto, S.Pd.

- apakah perlu memberi evaluasi setiap selesai pembelajaran.

41. Yoshi Tanaka

- evaluasi tidak terlalu penting untuk setiap pembelajaran sebab dengan memperhatikan body lingua (gerak-gerik, mimic, interaksi) maka guru akan tahu apakah mengerti pelajaran atau tidak (membuat skor tiadk terlalu penting, memerlukan waktu lama).

- mengecek benar-salah pekerjaan (LKS) siswa untuk member informasi mengapa salah, di mana kesalahannya?

- tujuan pembelajaran terlalu banyak, biasanya 2 dan paling banyak 3 tujuan pembelajaran.

42. Moderator; mengajak para hadirin untuk sekali lagi member up louce untuk guru model kita hari ini, dan sekalian up louce untuk semua atas kegiatan yang telah dilaksanakan. Setelah mengucapkan terima kasih pada semua pihak, moderator mempersilahkan bapak Drs. Sereng untuk membacakan do’a.

B. REFLEKSI TRAINING FASILITATOR LESSON STUDY

Sebelum fasilitator open kelas, diadakan pelatihan fasilitator selama 2 jam. Kegiataan berlangsung selama 4 kali dalam kurun waktu 4 bulan yaitu Januari sampai April. Materi yang dibahas pada pelatihan selain sharing dari dosen-dosen yang berpengalaman dari UNIMA (Malang) yang tidak kalah penting adalah merefleksi segala aktivitas fasilitator dan kandidat fasilitator pada kegiatan lesson study sebelumnya.

a. Beberapa contoh isi materi pelatihan lesson study pada pelatihan fasilitator sebagai berikut:

1. DO (open kelas)

Masih ada beberapa masalah pada saat do:

- para observer tidak menaruh konsentrasi perhatian mereka terhadap pembelajaran siswa; pada awal pembelajaran dan pertengahan hingga akhir pembelajaran,

- observer merasa lelah; bertumpu di bangku, bersandar di tembok, duduk di kursi siswa.

- observer mengganggu siswa pada saat siswa belajar; mengobrol, mengambil buku pelajaran dari siswa, membantu siswa dalam kerja kelompok.

2. See (Refleksi)

Masih ada masalah pada saat see:

- ada observer tidak memberikan komentar mereka

- komentar dibuat hal demi hal berdasarkan poin-poin yang ada dalam lembar observasi, lebih bagus summery dari pengamatan sekalian diungkap,

- komentar tidak berupa analisa pembelajaran, namun kadang prilaku siswa atau pernyataan fakta tanpa analisa lebih lanjut,

- observer sering mengkritik guru model tanpa alas an yang jelas,

- observer sering member saran tanpa bukti yang jelas.

b. contoh-contoh kritikan dan saran:

- “guru tidak boleh memotong pembicaraan siswa pada saat mereka meakukan presentase”.

- “guru tidak menjelaskan prosedur dengan jelas”.

- “guru menuliskan tujuan pembelajaran dengan tulisan yang terlalu kecil di papan tulis, sehingga sulit dibaca”.

- “guru seharusnya menggunakan materi yang lebih nyata selama pembelajaran”.

- “guru seharusnya memberikan LKS untuk setiap siswa, bukan hanya satu LKS perkelompok atau sebaliknya”.

- “pada saat pembentukan kelompok, guru seharusnya mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa”.

c. Cara Mengobservasi Pembelajaran

- pada saat memasuki ruang kelas, perhatikanlah seluruh wajah dan prilaku siswa secara seksama.

- carilah satu atau dua orang siswa yang mennjadi pusat perhatian anda,

- berdirilah di tempat di mana anda dapat mengobservasi mereka lebih jelas,

- berfokuslah pada prilaku pembelajaran mereka untuk sesaat,

- jika mereka dapat belajar dengan baik, carilah siswa lain yang dapat anda perhatikan,

- pada saat siswa mulai kehilangan konsentrasinya, pikirkan mengenai alasannya karena proses pengajaran mungkin mengalami masalah,

- simaklah dengan seksama apa yang siswa perbincangkan pada saat mereka mengerjakan tugas kelompok,

- simaklah dengan seksama, apa yang sedang siswa lakukan atau tulis selama mereka mengerjakan tugas kelompok,

- jika mereka tidak bekerja dengan benar, pikirkan kembali tujuan pembelajaran dan tujuan guru. Mungkin ada masalah pada instruksi guru, mungkin ada masalah pada RPP.

d. Cara Merefleksi Pembelajaran

1) Guru Model: jelaskan tujuan pembelajaran, jelaskan hal-hal utama yang telah diberikan/usaha terbaik dalam pembelajaran. Menyebutkan apa yang berlangsung dengan baik dan apa yang sulit dalam pengajaran. Tidak berbincang-bincang selama refleksi, cukup dengarkan dengan seksama komentar-komentar dari observer.

2) Moderator: jangan memberikan komentar, jangan berbicara terlalu banyak, berikan kesempatan bagi seluruh observer untuk memberikan komentarnya. Moderator cukup berkata “silahkan, observer berikutnya”, dan komentar tadi bukan pembelajaran hari ini. Anda dapat mengungkapkannya kemudian. Saat ini silahkan berkomentar tentang pembelajaran hari ini dan berfokuslah pada pembelajaran siswa”.

3) Observer: berfokus pada proses pembelajaran dan tingkat pemahaman mereka,menjelaskan tentang tingkat pemahaman siswa berdasarkan fakta yang diobservasi. Komentar seharusnya merupakan hal yang dapat menjadi tips bagi guru model untuk meningkatkan pembelajarannya.

Contoh yang buruk: (1) “interaksi di dalam kelompok sudah baik, namun interaksi antar kelompok belum cukup”. (2) “siswa no.6 tidak berkomunikasi dengan siswa lainnya”. (3) “siswa no.26 memiliki motivasi yang rendah”. (4) interaksi antara siswa dengan materi belum cukup baik. Sehingga, guru harus meningkatkan materinya”.

Contoh yang baik: (1) “siswa nampaknya belum mengerti dengan baik apa yang harus dilakukan pada awal kerja kelompok, karena saya piker, intruksi yang diberikan guru belum cukup jelas”. (2) “dua orang di kelompok 5 tidak dapat berpartisipasi dalam pembelajaran, karena hanya ada satu LKS perkelompok dan LKS ini dikuasai oleh dua anggota kelompok yang lain”.

4) Lembar Observasi : lembar observasi hendaknya berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang tertuju pada kegiatan siswa dan sedikit untuk guru model. Contoh (1) apakah siswa memahami topic pembelajaran?. (2) siswa mana yang tidak dapat belajar dalam pembelajaran hari ini?. (3) mengapa anda piker siswa tersebut tidak dapat belajar dalam pembelajaran? (4) dengan tujuan untuk memfasilitasi pembelajaran siswa, cara dan alat apa yang diusahakan oleh guru model? Apakah hal tersebut berhasil?

e. Kecenderungan yang Patut Dijaga Agar tidak Terjadi

1) Komentar berdasarkan fakta: “siswa no.XX kehilangan kosentrasi, tidak aktif, hanya menyalin jawaban, tidak tertarik dengan pembelajaran di dalam kelas, dan lain-lain”. Komentar seperti ini tidak lengkap, penambahan mengapa demikian? Bagaimana memperbaikinya? Sangat ditunggu.

2) “Siswa yang tidak baik, bukan saya”: siswa no.XX memiliki perilaku yang tidak baik dan masalah pribadi, dan siswa ini tidak aktif di kelas manapun (komentar semacam ini merupakan pendapat yang tidak professional. Perlu diketahui bahwa guru merupakan satu-satunya pedoman bagi siswa untuk belajar, jika guru terus-menerus melaksanakan pembelajaran yang membosankan dan tidak mengubahnya, maka sangatlah lazim jika memiliki siswa yang “tidak baik” semacam itu. Olehnya itu pikirkan apa yang dapat anda dan rekan anda lakukan di dalam/di luar kelas?

3) Tujuan pembelajaran dan pembelajaran siswa dianggap sama: tujuan pembelajaran siswa dapat menafsirkan table. Jika sudah dapat menafsirkan apa yang terjadi selanjutnya?. Pembelajaran ini dilaksanakan terlalu langsung kepada tujuan pembelajaran dan berakhir dengan hasil seperti ini.

4) Siswa belajar identik siswa menghapal, tujuan pembelajaran dan pembelajaran siswa dianggap sama, kuis untuk siswa?. apa yang dipelajari/dipahami tidakkah guru membuat “pembelajaran” menjadi sekedar menghapal/sekedar menjelaskan/sekedar memberikan jawaban yang tepat?. Hal-hal tersebut hanyalah sub-produk (hasil sampingan) dari pembelajaran. lalu, apa hasil utama dari pembelajaran?

5) Bukanlah hal yang baik jika siswa menyalin jawaban dalam kerja kelompok: saat ini pencarian jawaban yang tepat dan langsung jadi dari buku teks bersama-sama, hanya siswa yang pintar yang bias melakukannya, sementara yang lain hanya siap menyalin dan tertinggal di belakang.

6) Open kelas yang tidak dilaksanakan sesuai rencana merupakan hal yang buruk.

Untuk membuat ringkasan (summary) tentang kegiatan dan pencapaian kelompok lesson study serta membuat rekaman/laporan agar dapat dimanfaatkan di kemudian hari, sekolah mengumpulkan RPP research lesson yang telah dibuat sepanjang tahun, data serta catatan hasil observasi, sampel-sampel pekerjaan siswa, catatan hasil diskusi, dan refleksi mengenai kegiatan lesson study untuk dijadikan sebagai laporan akhir. Rekaman ini menjadi resources yang penting bagi para guru untuk memperbaiki praktik pembelajaran mereka di kemudian hari. Di Jepang sekolah-sekolah membuat laporan lesson study semacam ini yang kemudian disimpan di sekolah, di dewan pendidikan dan pusat-pusat pendidikan. Laporan-laporan ini seringkali dibagi-bagikan ketika ada penyelenggaraan lesson study open house dan dihadiahkan kepada tamu-tamu penting yang berkunjung ke sekolah. Di Jepang, guru-guru menerbitkan banyak buku studi kasus tentang lesson study, yang juga tersedia di toko-toko buku besar (Mikoto Yoshita dalam Muklas).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tulisan ini merupakan narasi dari pelaksanaan Lesson Study di kecamatan Barru kabupaten Barru berbasis MGMP (LSMGMP) yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pemanfaatan media rangka hewan untuk open kelas mata pelajaran biologi sangat merangsang minat interaksi siswa pada umumnya, kebermaknaan yang menjadi tantangan bagi siswa untuk mempelajarinya. Namun efisiensi dan efektifitas media tidak selalu berfungsi maksimal untuk setiap siswa.

2) Pembelajaran yang diperoleh setelah terlibat dalam forum lesson study yaitu 1) rekan guru masih banyak yang berkomentar sesuai opini, belum pada fakta, 2) komentar yang dikeluarkan dan merupakan masalah pembelajaran belum dianalisa mengapa masalah itu muncul, 3) sangat sedikit observer member solusi pada susatu permasalah pembelajaran. mungkin ini terjadi karena open kelas ini baru pertama kalinya di kabupaten Barru.

B. Saran-Saran

Lesson study telah menggeser paradigm beberapa rekan bahwa buka siswa yang bodoh, kita mungkin yang belum maksimal membelajarkan. Berbagai analisa pembelajaran telah membuka wawasan rekan guru tentang masalah pembelajaran. untuk itu penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1) setiap sekolah melaksanakan lesson study minimal satu kali sebulan open kelas.

2) lesson study dengan tiga tahapannya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya lumaya, tapi inilah inservis training yang termurah.

3) lesson study terakomodir dalam pelaksanan beban kerja 24 jam sebagaimana team teaching pada Permen No. 39 Tahun 2009.

 

FOTO KEGITAN OPEN KELAS DENGAN MEDIA RANGKA HEWAN

Open Kelas

OPEN KELAS DENGAN MEDIA RANGKA HEWAN

 

FOTO KEGITAN REFLEKSI LESSON STUDY

Alur LS

TIM JICA, DEWAN PENDIDIKAN, PENGAWAS, OBSERVER MENGADAKAN REFLEKSI

Daftar Pustaka / Rujukan

1. Depdiknas. Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.Materi Pelatihan Terintergrasi SAINS, 2004

2. Lesson Study\duniaguru_com - Lesson Study Biologi di SMAN 9 Bandung.htm

3. Norimichi Toyomane.2009.Makalah Training Fasilitator Lesson Study.(tidak diterbitkan).

4. Zakaria.2009. Beban Kerja tantangan Lesson Study.Zakaria71.blogspot.com.htm

Tuesday, August 24, 2010

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Berbagai model tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang diperkenalkan oleh berbagai pihak, baik dari puskur, para widyaswara, fasilitator, pengawas sekolah.
Berikut saya mencoba mempublikasikan slide dalam bentuk power point sosialisasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari puskur...semoga rekan para edukator dapat saling sharing dalam pelaksanaannya...Learnig to do....RPP-01_Puskur

Sunday, August 22, 2010

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

Sebenarnya Rencana Program Pembelajaran jika didiskusikan dengan rekan tim dalam forum Lesson Study penulis lebih senang menyebutnya SKENARIO PEMBELAJARAN, tentunya penulis mempunyai dasar yaitu:

1. Perangkat yang disusun dalam forum adalah teks yang akan diperankan oleh pemeran (guru dan siswa) hal ini seiring dengan fungsi scenario dengan pemeran (sinetron misalnya)

2. Guru (dan kolbaor-tim pada forum lesson study) menyusun sesuatu yang harus dilaksanakan lengkap dengan alat yang dibutuhkan, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan scenario film yang ingin agar tujuan penulis scenario sampai pada penonton, menyampaikan pesan/maksud ini membutuhkan suatu peristiwa dalam hal pengalaman belajar pada siswa.

3. Guru harus mengetahui betul tujuan yang ingin dicapai pada proses ini, istilahnya guru sudah harus sampai pada tujuan terlebih dahulu sebelum memerankan segala strateginya pada hari/waktu H. Bukankah ini merupakan scenario?

4. Guru yang tergabung dalam forum Lesson study berplanning dengan berorientasi pada tujuan pembelajaran. "apa yang harus dilakukan, alat pembelajaran apa yang harus dilibatkan, dan bagaimana langkah-langkah pembelajaran agar tujuan ini tercapai??? Tentunya disusunlah suatu scenario.

5. masih banyak lagi yang mendasari tetapi focus tulisan ini adalah ingin menampilkan salah satu contoh RPP (berdasarkan PP No.19 dan Permen No.41 tentang perangkat belajar ini sebutannya adalah RPP).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Sekolah : SMP NEG. 1 BARRU

Kelas : VIII (Delapan)

Mata Pelajaran : IPA BIOLOGI

Waktu : 2 X 40 menit

Standar Kompetensi;

2. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.

Kompetensi Dasar;

2.3. Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Indikator:

  1. Menuliskan urutan organ penyusun sistem pernapasan pada manusia.
  2. Membandingkan udara inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan.

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat:

  1. Menjelaskan pengertian pernapasan (respirasi).
  2. Menyebutkan alat-alat pernapasan pada manusia.
  3. Mengidentifikasi jenis gas yang dihembuskan pada proses ekspirasi

B. Materi Pembelajaran

Sistem Pernapasan (terlampir)

C. Metode Pembelajaran

1. Model : - Cooperative Learning type Team Assisted Individuality (TAI)

2. Metode : - Diskusi kelompok

- Eksperimen

- Observasi

- Ceramah

D. Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA

a. Kegiatan Pendahuluan

  • Apersepsi dan Motivasi:

    - sistem gerak, system pencernaan dan kegunaan zat makanan.

    - Apa yang suasana jika kita berada di ruangan yang terbatas dan tertutup?

    - Apa yang kita keluarkan sewaktu bernapas?

  • Prasyarat pengetahuan:

    - Gas yang dihirup pada saat bernapas?

  • Pra eksperimen:

    - Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.

b. Kegiatan Inti

  • Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
  • Guru menjelaskan model pembelajaran TAI, siswa mencatat langkah-langkah yang perlu.
  • Masing-masing siswa menentukan assistennya.
  • Anggota kelompok yang bertindak sebagai assiten duduk di depan rekannya untuk membimbing anggota kelompoknya
  • Semua kelompok mengadakan pembuktian udara pernapasan sesuai LKS
  • Siswa belajar dan bekerja kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai/ assisten, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi,
  • Setelah semua assisten selesai membimbing kelompoknya, masing-masing membuat rangkuman dibimbing guru.

c. Kegiatan Penutup

  • Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
  • Siswa mengerjakan soal sebanyak materi pokok atau tujuan pembelajaran.
  • Guru memberikan tugas rumah berupa persiapan materi berikut.

E. Sumber Belajar

a. Buku IPA Biologi Jl.2 (Esis) halaman 99-118 dan penuntun belajar 1- 8

b. Chart/video sistem pernapasan

c. Alat dan bahan praktikum sesuai LKS (LKS terlampir)

F. Penilaian Hasil Belajar

a. Teknik Penilaian:

- Tes tertulis

- Observasi

- Penugasan

b. Bentuk Penilaian:

- Tes uraian

- Lembar observasi (terlampir)

- Tugas rumah (TT)

c. Instrumen Penilaian:

1. Alat pernapasan manusia tediri dari beberapa organ pernapasan. Tuliskan secara berurut 6 (enam) alat pernapasan pada manusia!

2. Udara yang dihembuskan dapat didetksi jenis gasnya.

a. Tuliskan 4 alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuktikannya

b. Tuliskan 4 langkah kerja dalam kegiatan tersebut

c. Tuliskan hasil pengamatanmu

d. Jelaskan kesimpulan hasil kegiatan tersebut!

- Tugas rumah

Buatlah sebuah artikel mading berwarna tentang flu burung dengan 3 orang teman kalian. Jelaskan selengkap-lengkapnya tentang penyakit tersebut, mulai:

- sejarah flu burung - apa penyebabnya

- gejalanya

- cara mengatasinya

Kalian dapat membuat artikel tersebut dalam poster berukuran 50 cm x 40 cm kemudian disajikan semenarik mungkin. Kalian dapat mempresentasikan artikel tersebut kemudian menempelnya di mading kelas atau mading sekolah.

.......................................................................Barru, 17 Januari 2010.

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 1 Barru .................Guru IPA Biologi



Amirullah Abdullah, S.Pd......................Abdul Zakaria, S.Pd.

NIP. 19520414 197603 1 009..............NIP.19710315 199412 1 002


Lampiran 1......LKS

SISTEM PERNAPASAN

MATA PELAJARAN : IPA

SEMESTER : GENAP

STANDAR KOMPETENSI : 2.
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

KOMPETENSI DASAR : 2.3 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

INDIKATOR : - 2.3 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

TUJUAN PEMBELAJARAN: - Membuktikan udara yang dihembuskan pada ekspirasi

Pernapasan; perombakan sari-sari makanan oleh oksigen untuk mendapatkan energy. Alat pernapasan ini berbeda pada berbagai tingkatan mahluk hidup. Udara pernapasan inspirasi dan ekspirasi presentasenya berbeda.

Alat/Bahan

Alat : - gelas air mineral 2 buah

- pipet 2 buah

- botol semprot (atau sejenisnya)

- cermin

Bahan: - serbuk kapur secukupnya

- Air secukupya

  1. Cara Kerja 1 :
    1. Larutkan serbuk kapur 2 jam sebelum dibutuhkan.
    2. Pisahkan air kapur yang sudah bening dengan endapannya.
    3. Isilah masing-masing gelas A dan B dengan air kapur bening
    4. Gelas A tiup dengan udara pernapasan dan gelas B dihembuskan udara dari botol
    5. Amati perubahan pada masing-masing air pada gelas A dan B.

    Cara Kerja 2 :

    1. Hembuskan udara pernapasanmu pada cermin
    2. Amati perubahan yang terjadi pada cermin.
  2. Hasil Pengamatan:

  1. Kesimpulan :

    1. Bagaiamana keadaan air sebelum dihembuskan udara pada masing-masing gelas?.....................

    2. Bagaimana keadaan air setelah dihembuskan udara pada masing-masing gelas? .................................

    3. Bagaimana keadaan cermin setelah dihembuskan udara pernapasan.......................... .................................

  2. Penilaian :
    1. a. Adakah perbedaan keadaan air antara gelas A dan B setelah dihembuskan udara?

      b. Jelaskan mengapa terjadi keadaan tersebut!

      2. a. Adakah perubahan pada cermin setelah dihembuskan udara pernapasan?..............................

      b. Jelaskan! ...............................


Lampiran 2 .............LO

OBSERVASI UNJUK KERJA SISWA KELAS VIII.5

HARI/TANGGAL : Rabu/ 20 Januari 2010

Kompetensi Dasar : 2.3 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

Tujuan Pembelajaran : - Membuktikan udara yang dihembuskan pada ekspirasi

NILAI KELOMPOK


Lampiran 3.......Pedoman Penskoran

PEDOMAN PENSKORAN RPP SISTEM GERAK

KELAS / SEMESTER : VIII / 2

TOPIK/MATERI : Udara Pernapasan


NO. SOAL

SOAL/ KUNCI

SKOR

1.

Tuliskan secara berurut 6 (enam) alat pernapasan pada manusia!

Kunci :

- Hidung

- Pangkal tenggorok

- Batang tenggorok

- Cabang batang tenggorok

- Anak cabang batang tenggorok

- Paru-paru

Berurut……………………



1

1

1

1

1

1

+2


JUMLAH SKOR Max.

8


2.

Udara yang dihembuskan dapat didetksi jenis gasnya.

a. Tuliskan 4 alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuktikannya

b. Tuliskan 4 langkah kerja dalam kegiatan tersebut

c. Tuliskan hasil pengamatanmu

d. Jelaskan kesimpulan hasil kegiatan tersebut!

Kunci :

a. Alat/bahan

  1. Gelas air mineral
  2. Pipet
  3. Serbuk kapur
  4. Botol semprot
  5. Air

b. langkah kerja

  1. Larutkan serbuk kapur 2 jam sebelum dibutuhkan.
  2. Pisahkan air kapur yang sudah bening dengan endapannya.
  3. Isilah masing-masing gelas A dan B dengan air kapur bening
  4. Gelas A tiup dengan udara pernapasan dan gelas B dihembuskan udara dari botol
  5. Amati perubahan pada masing-masing air pada gelas A dan B.

c. Hasil pengamatan

- Botol A Keruh, Botol B teta bening

d. Kesimpula

- Air pada botol A keruh karena adanya gas CO2 dari dalam tubuh dan Air pada botol B tetap bening karena tidak ada gas CO2 dari dalam botol semprot.





1

1

1

1


1

1

1


1


2


2


JUMLAH

12

................................................Barru, 17 Februari 2009
................................................Guru mata Pelajaran






.................................................Abdul Zakaria, S.Pd.
.................................................NIP. 19710315 199412 1 002

SEBENARNYA KITA YANG BUTUH TANTANGAN

Inspirasi kadang muncul pada suatu momen tertentu, namun hal itu akan lewat begitu saja jika kita tidak dapat menjaringnya.

Mari kita simak dua pengalaman mengajar dua orang guru besar dengan penulis berikut:

Seorang Guru Besar.."setelah sekolah tinggi2...prospeknya nanti jadi apa?
Aku: jadi Wali kelas…."

Guru Besar "Ha..ha…ha"

Aku dan Rekan "Jadi Kepsek Prof.,...Jadi Pengawas Prof., Jadi Kadis...Prof."
Guru Besar menanggapi "Itu Masih Rendah....."
Aku dan Rekan "Oooooh...Jadi Bupati kalau Begitu.....Prof."
Guru Besar mengiyakan "Nah! Begitu, capailah sesuatu yang bagi orang lain sulit dicapai..itu baru jadi orang besar.........."

SUATU WAKTU.......yang lain...............(dengan Guru besar yang lain)
Guru Besar "Kalian semua bersusah-susah qliah sekarang ini untuk apa??
Aku & rekan: Jadi Kepsek,...Prof.
Guru Besar "Rendah sekali........."
Aku & rekan "Jadi Pengawas........Prof." Jadi Kadis...Prof."
Guru Besar "Rendah sekali........."
.................MAU JADI BUPATI..Prof.!!!!
Guru Besar "Rendah sekali........."
..................Jadi Gubernur Prof.
Guru Besar "Rendah sekali........."
Aku dan rekan "#@%$#@$%???????????
Guru Besar "seyogyanya kalian ke sini untuk qliah adalah untuk menuntut Ilmu, karena Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu" Artinya jika kalian bersekolah tinggi dengan maksud2 tadi itu masih sangat rendah....apa yang lebih tinggi dari kata tinggi ukuran Allah?
Aku dan rekan terdiammmmmm dan membenarkan pernyataan itu. Semoga My brother in any where tetap semangat dalam mencapai Kata Tinggi tadi. Ukuran Tinggi yang dicapai mungkin sangat kulitatif tapi dapat diukur yaitu SETINGGI TANTANGAN YANG DITEMPUH.....
INGAT ....Orang Besar akan lahir dari tantangan yang besar, dan ORANG YANG TINGGI DERAJATNYA AKAN MUNCUL DARI TANTANGAN TINGGI...
OK, Friend_Brother...Success for your...always..

Sunday, June 6, 2010

Laporan Hasil Penelitian



KARYA TULIS

1. ABSTRAK

Abstrak merupakan iktisar penelitian yang secara jelas dan lengkap menguraikan keseluruhan tulisan. Nama penulis tanpa gelar dan tahun dilanjutkan dengan judul tulisan. Misalnya;

Abdul Zakaria.2008. Model Pembelajaran Team Assisted Individualy (TAI) Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Biologi Pada Kelas VIII.4 di SMP Negeri 1 Barru Kabupaten Barru.

Abstrak biasanya terdiri dari bebrapa alinea; alinea pertama berisi latar belakang permasalahan dan tujuan. Alinea kedua berisi metode penelitian yang membahas tentang prosedur dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dan atau informasi yang didapatkan dari tempat penelitian. Alinea ketiga adalah hasil penelitian termasuk pembahasannya. Penulisan abstrak menggunakan spasi tunggal dan halaman abstrak di letakkan sebelum daftar isi pada laporan hasil penelitian.

2. BAGIAN UTAMA/INTI

a. Pendahuluan

1. Latar belakang masalah, pada latar belakang ini digambarkan mengenai:

a) Pentingnya penelitian itu dilakukan,

b) Kekuatan hukum (peraturan),

c) Kekuatan ilmiah (teori, hasil penelitian sbeblumnya, jurnal/makalah), data (depdiknas, BPS, Deptan, dan lain-lain)

d) Hindari penulisan definisi di ruang ini (ditahan dulu untuk ruang kajian teori)

e) Fenomena lapangan (gejala); kondisi fisik lingkungan, kondisi social ekonomi

Pada aspek a), b), c), d), e) selalu dimunculkan variable/focus penelitian agar pada perumusan masalah muncul variable/focus tidak terasa jump.

Gaya berpikir dalam menguraikan latar belakang masalah secara divergen dari hal-hal umum ke khusus secara piramida terbalik sebagai berikut;

2. Rumusan masalah yang menguraikan secara jelas, lugas, dan terpokus mengenai masalah yang diteliti/ditulis. Masalah penelitian dapat diperoleh:

a) Memperhatikan kesenjangan antara ‘harapan’ dengan ‘kenyataan’ yang terjadi,

b) Peneliti ingin menemukan sesuatu dengan 1) uji coba laboratorium, 2) uji coba lapangan,

c) Peneliti ingin memperoleh informasi.

Sumber-sumber inspirasi untuk meramu rumusan masalah;

a) Membaca buku teks, laporan penelitian, makalah ilmiah, jurnal ilmiah, dan lain-lain,

b) Forum ilmiah; symposium, seminar, pelatihan, diskusi ilmiah,

c) Pengamatan langsung; di laboratorium, di lapangan.

d) Dan lainnya; menyimak tayangan TV, siaran radio, diskusi informal.

3. Tujuan penelitian, tujuan penelitian harus relevan dengan masalah yang ditulis/diteliti.

4. Kegunaan penelitian, kegunaan penelitian ini sering mengecoh para penulis/peneliti pemula karena beberapa strukutur penulisan karya tulis menampilkannya sebagai manfaat penelitian sehingga susah membedakan ruangan ‘tujuan penelitian’ dengan ruangan manfaat penelitian’. Kegunaan penelitian yang biasa dikenal dengan manfaat penelitian menjelaskan manfaat temuan secara teoritis/praktis untuk siapa…yaa sesuai ruang lingkup dan kepentingan penelitian. Misalnya, seorang guru meneliti tentunya ruang lingkupnya adalah materi, siswa, rekan-rekannya, kepala sekolah, kepala dinas setempat. Manfaat penelitian diuraikan manfaat untuk masing-masing ruang lingkup tersebut.

5. Keterbatasan penelitian, ruangan ini memerlukan keterbukaan dari peneliti/ penulis mengungkap aspek-aspek keterbatasannya misalnya keterbatasan cakupan yang diteliti, keterbatasan waktu, metode yang dipilih dan lain-lain.

b. Kajian teori/Kajian pustaka/tinjauan pustaka

Peneliti/penulis membuat sintesis-sintesis sendiri dari teori-teori yang erat kaitannya dengan kata-kata kunci masalah penelitian atau kata-kata kunci pertanyaan penelitian (beberapa penulia member batasan yang berbeda antara masalah penelitian dengan pertanyaan penelitian). Kutipan-kutipan ini penting agar konsep penulis mendapatkan legitimasi antar kata kunci, terutama variable atau focus penelitian.

Pada latar belakang erat kaitannya dengan kutipan-kutipan sebagai dasar legalitas untuk itu perlu diperhatikan bagaimana hubungan antara fenomena yang akan ditulis, kutipan tulisan para penulis lain terdahulu dengan tulisan yang akan dibuat oleh peneliti dapat dipertimbangkan dasar berikut;

Latar belakang………………*)

……………………………………………………. Pengertian

……………………………………………………. Kutipan

……………………………………………………. Kutipan

Olah piker peneliti/penulis untuk mengiring ke variable/focus penelitian

……………………………………………………. Pengertian

……………………………………………………. Kutipan

……………………………………………………. Kutipan

Olah pikir peneliti/penulis untuk mengiring ke variable/focus penelitian

Secara garis besar, ada dua jenis kutipan, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Berikut dikemukakan secara ringkas cara menuliskan kedua jenis kutipan tersebut.

1. Penulisan kutipan langsung.

Kutipan langsung kurang dari 40 kata atau tidak lebih dari tiga baris, ditulis sebagai bagian terpadu dalam teks dengan diberi tanda kutip (“....”) dan nomor halaman dari sumber kutipan harus disebutkan. Nama pengarang dapat ditulis secara terpadu dalam teks (lihat contoh pertama di bawah), atau ditulis menjadi satu dengan tahun publikasi dan nomor halaman yang ditulis dalam kurung (seperti contoh kedua). Perhatikan contoh berikut:

a. Soebronto (l990) menyimpulkan ”ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (h. 123).

b. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto, 1990, h. 123).

Kutipan yang berisi lebih dari 40 kata atau lebih tiga baris ditulis secara terpisah dari teks, tanpa tanda kutip, dan diketik lima ketukan dari garis tepi kiri dengan spasi tunggal. Nomor halaman juga harus ditulis dan diketik di bagian akhir kutipan dengan diapit tanda kurung.

2. Penulisan kutipan tidak langsung

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang ditulis dalam bahasa penulis sendiri, tanpa mengubah makna sumber acuan. Kutipan seperti ini ditulis terpadu dengan teks dan tidak perlu diberi tanda kutip. Nama pengarang dapat disebut terpadu dalam teks, atau disebut dalam kurung bersama tahun penerbitnya. Nomor halaman tidak perlu disebutkan. Contoh:

a. Hasil penelitian Soebronto (1990) menunjukkan bahwa kemajuan belajar siswa di sekolah turut dipengauhi oleh faktor sosial ekonomi keluarganya.

b. Hasil penelitian menunjukkan, faktor sosial ekonomi memiliki hubungan yang erat dengan kemajuan belajar yang dicapai siswa (Soebronto, 1990).

Disimpulkan bahwa kutipan langsung, segalanya dipindahkan, sedikit rapat, berhalaman, bahasa asli dari penulis yang dikutip. Kuitipan tidak langsung, intisarinya saja yang ditulis artinya ada perpaduan dengan olah konsep dengan penulis.

Berasal dari kejian-kajian ini penulis/peneliti akan menyusun kerangka pikir sebagai alur pikirannya, apa, siapa mengapa, di mana, dan seterusnya antar variable/focus dianggap sebagai suatu masalah/pertanyaan masalah. Tulisan di atas (…..*)) dapat menjadi patokan hubungan antara berbagai teori/defenisi, kutipan-kutipan, dan olah pikir penulis/peneliti. Untuk itu, produk akhir tiap alinea selalu muncul konsep penulis/peneliti sebagai produk yang terlegitimasi dari kutipan-kutipan dari penulis/penenliti terdahulu yang dirujuk.

c. Hipotesis penelitian (jika diperlukan); hipo= bawah, tesatesis pernyataan sehingga hipotesa adalah pernyataan yang lemah (belum terbukti, sehingga mau dibuktikan supaya pernyataan ini menjadi kuat). Hipotesa sebagai pernyataan berdasar dari berbagai pernyataan yang dikutip pada kajian pustaka dan dihubungkan dengan fenomena yang ada di lapangan (yang melatar belakangi penelitian) sehingga je;as tergambar adanya gap antara “harapan” teori secara dengan “kenyataan” yang terjadi (dassein dengan dassolen). Atau hipotesa juga dapat berupa pernyataan yang dapat terjadi dengan adanya suatu perlakuan (belum terjadi) dan pernyataan ini didukung secara teori.

Tidak semua penelitian mempunyai hipotesis sehingga penelitian ini memerlukan pertanyaan penelitian yang jelas dan lugas berdasarkan kajian teori sebagai pengarah penelitian. Bagi peneliti eksploratif yang tidak ada rumusan hipotesis, dikemukakan “daftar Belanja” yakni daftar jenis data yang dikumpulkan.

d. Metode penelitian; pada bab ini peneliti menggambarkan proses yang dikerjakan sehingga data temuan terkumpul demikian pula cara menganalisis dan menafsirkannya. Tiap disiplin ilmu memiliki cara tetapi secara umum garis besarnya sebagai berikut:

Jenis desain penelitian,

Definisi operasional, artinya setiap variableyang akan diukur/diamati atau kata kunci didefinisikan secara jelas.

Sampel harus dijelaskan mulai dari cara menarikan, batasan generalisasinya. Pada penelitian tertentu digunakan istilah sasaran dan responden untuk menggambarkan data yang akan ditelusuri dan dari mana data tersebut diperoleh.

Instrument dan teknik pengumpulan data, semua alat ukur yang digunakan dan cara pengumpulan data, validasi dan reabilitasinya. Alat yang digunakan dapat berupa dokumentasi dan alat-alat pengumpul data disertakan pada laporan penelitian walaupun diletakkan sebagai halaman lampiran.

e. Hasil penelitian dan pembahasan

1) Penulisan hasil penelitian

Sebelum menulis hasil penelitian dipaparkan hendaknya ditampilkan dulu profil lembaga, wilayah tempat pengambilan data. Hal ini dapat dimengerti berhubung karena data diperoleh mempunyai karakteristik tersendiri. Misalnya meneliti tentang kinerja guru di suatu sekolah, maka profil sekolah itu yang dipaparkan pertama pada hasil penelitian. Selanjutnya penulis/peneliti memaparkan tentang focus masalah yang diteliti dan indicator-indikatornya. Data dari indicator-indikator inilah yang selanjutnya merupakan “nadi” penelitian sebab setelah diungkap datanya akan dilanjutkan dengan pembahasan yang merupakan trade mark penelitian tersebut.

Penulisan hasil penelitian pada dasarnya menggambarkan hasil penelitian berupa data “secara apa adanya”. Hasil penelitian dapat disertai table, grafik, foto, atau bentuk lain digunakan untuk menyajikan data lebih jelas dan lebih ringkas daripada kata-kata. Table, grafik, foto, atau bentuk lain yang disusun dengan baik ini dapat memberikan gambaran data secara jelas, lugas dan lebih dimengerti tetapi ringkas mengenai data.

Data mentah yang membangun grafik, table dapat dilampirkan karena data itu hanya sebagai penguat yang melegalisir hasil penelitian di lain sisi yang akan dibahas adalah grafik, atau table tersebut dan bukan data-data mentah yang membangun grafik, table tersebut.

Hal berbeda pada data yang diperoleh dengan teknik wawancara, data berupa hasil wawancara ditulis pada tubuh tulisan. Isi wawancara berupa data pernyataan dari responden merupakan inti pembicaraan yang akan dibahas merupakan alasan utama pentingnya isi wawancara ditampilkan pada tubuh tulisan.

2) Pembahasan hasil penelitian

Pembahasan merupakan analisis dan penafsiran peneliti terhadap ‘temuan’ dengan mengacu pada teori yang relevan yang disajikan pada kajian pustaka. Setelah memaparkan data temuan pada hasil penelitian, peneliti harus melakukan penafsiran dan pemaknaan terhadap semua data hasil penelitian yang diperoleh tersebut. Pada bagian ini, hipotesis penelitian (jika ada) diuji dan ditafsirkan maknanya secara konseptual. Dalam membahas hasil penelitian, peneliti tidak hanya menjawab permasalahan yang diajukan tetapi juga harus memberikan penafsiran yang menjelaskan “apa dan bagaimana” hasil-hasil penelitian itu terjadi. Pembahasan berupa penjelasan teoritik, baik secara kualitatif, kuantitatif atau secara statistic. Dengan demikian ada benarnya jika diklaim bahwa pembahasan hasil penelitian merupakan “nadinya” dari sebuah penelitian.

Setelah hasil penelitian itu ditafsirkan dalam hubungannya dengan hipotesis (atau pertanyaan) penelitian. Selanjutnya dibicarakan pula implikasi dan penerapan hasil penyelidikan itu. Penafsiran, implikasi dan penerapan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Penafsiran hasil penelitian; barangkali bagian ini adalah bagian laporan yang paling sulit, tetapi juga paling berharga. Penafsiran peneliti terhadap hasil penelitian itu akan menghubungkan hasil-hasil tersebut dengan teori dan penelitian lain di bidang itu serta dengan prosedur penelitiannya.

Implikasi hasil penelitian; di bagian ini hendaknya dibicarakan sumbangan hasil penyelidikan itu bagi pengetahuan yang lebih luas di bidang itu. Di sini peneliti menerangkan bagaimana hasil-hasil tersebut mungkin akan dapat mengubah teori yang bersangkutan dan menunjukkan perlunya diadakan penelitian selanjutnya.

Penerapan. Suatu pernyataan mengenai penerapan hasil penelitian tersebut akan membantu pembaca laporan mengetahui sejauh mana hasil-hasil tersebut dapat diterapkan di dalam praktek.

Untuk lebih memperjelas tentang topik ini, berikut ditampilkan contoh Penulisan Hasil Penelitian dan Pembahasan mengenai “Analisi Manajemen kepala sekolah pada SMP Negeri ….(case study):

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Profil sekolah

B. Masalah penelitian

1. Aspek perencanaan (misalnya diadakan wawancara) hasil wawancara dimasukkan didalam body tulisan)

Hasil wawancara guru A sebagai berikut:

…………………………………………………………….

……………………………………………………………

……………………………………………………………

Hasil wawancara guru B sebagai berikut:

…………………………………………………………….

……………………………………………………………

……………………………………………………………

C. Pelaksanaan

D. Monitoring

E. Evaluasi

F. Pembahasan

1. Perencanaan kepsek

Dalam penelitian ini perencanaan kepsek ditemukan ternyata kepala sekolah melakukan perencanaan dengan baik. Namun beberapa aspek yang perlu ditingkatkan. Hasil penelitian ini dari kondisi lapanganà kepala sekolah selalu melakukan pengarahan-pengarahan, tempat audiens refresentatif, ada snack)à justifikasi dengan teori: “temuan ini didukung oleh teori A yang menyatakan bahwa “………………………..” dan teori B yang menyatakan bahwa “ perencanaan membutuhkan audiens”

2. Pelaksanaan Manajemen

· Dalam penelitian ini Pelaksanaan Manajemen kepsek ditemukan ternyata; kepala sekolah melakukan Pelaksanaan Manajemen kurang maksimal. Namun beberapa aspek sudah memenuhi sesuai dengan perencanaan. Faktanya adalah ………..à justifikasi ini sesuai dengan teori si A, dan didukung oleh teori si B.

3. Monitoring Pelaksanaan Manajemen kepala sekolah ….dan seterusnya…

f. Simpulan dan saran, kesimpulan biasanya jawaban dari rumusan masalah, pernyataan yang berhubungan dengan status pernyataan hasil penelitian. Status pernyataan penelitian sudah terdeteksi apakah pernyataan lemah tadi gugur (karena lemah) atau sebaliknya menjadi kuat. Kesimpulan terbentuk dari hasil pembahasan.

Saran merupakan rekomenadsi seorang peneliti berdasarkan hasil temuannya, dari hasil temuannya ini maka konsep dapat dituangkan kepada pihak terkait langsung. Jika buka pada pihak terkait langsung maka saran itu tidak dapat respon. Pastikan sarannya sebatas konsep, jangan berupa program.

3. Bagian akhir

a. Daftar pustaka

untuk menulis daftar pustaka dapat dilihat pada bagian lain tulisan yang berjudul METODE PRAKTIS PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

b. Lampiran

lampiran berisi segala instrument, dokumen, bukti-bukti yang melegalisir penelitian, data mentah, hasi pengolahan data, rumus-rumus yang digunakan, tabel nilai F, nilai T dan lain sebagainya. Setiap lampiran diberi nomor urut dengan m,enggunakan angka arab yang diikuti titik dan nama lampiran. Hal ini penting untuk menyusunan daftar lampiran (kalau ada).



Rujukan


  • Ardi Muhammad.2009.Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Disajikan pada Kuliah rutin Mahasiswa Pascasarjana Kekhususan Manajemen Pendidikan Kelas A1.Makassar:PPs UNM
  • Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.2009.Padoman Penulisan Tesis dan Disertasi.Makassar.UNM
  • Zakaria.2009."Metode Praktis Penulisan Karya Ilmiah".Online.(http.zakaria71.blogspot.com.doc).Diakses 3 Juni 2010.