Saturday, December 26, 2009

Kata-kata Operasional Indikator

DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK MENYUSUN INDIKATOR .

Ranah Kognitif, memiliki enam aspek antara lain : ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

a) Ingatan, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: menyebutkan, menggambarkan, mendefinisikan, memberi ciri, menyusun daftar, mengingat kembali, memproduksi.

b) Pemahaman, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: mengubah, menjelaskan, mengikhtisarkan, menyusun kembali, menafsirkan, membedakan, memperkirakan, memperluas, menyimpulkan, menganulir.

c) Penerapan, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: memperhitungkan, mendemonstrasikan, mengubah struktur, mengembangkan, menerapkan, menggunakan, menemukan, menyiapkan, memproduksi, menghubungkan, meramalkan, menangani.

d) Analisis, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: membedakan dan mendiskriminasikan, mendiagramkan, memilih, memisahkan, membagi-bagikan, mengilustrasikan, mengklasifikasikan.

e) Sintesis, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: mengatagorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.

f) Evaluasi, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: menyimpulkan, mengkritik, mendukung, menerangkan, mengikhtisarkan, membandingkan, mempertentangkan, membenarkan, mendiskriminasikan, menghubungkan, meringkaskan.

Ranah Afektif, memiliki lima aspek anatara lain yaitu : penerimaan, memberi respon, penilaian, pengorganisasian, dan karakteristik.

a) Penerimaan, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: bertanya, menggambarkan, mengikuti, memberi, menyelenggarakan, mengidentifikasi, menempatkan, menanamkan, memilih, menggunakan.

b) Memberi Respon, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: menjawab, menaati, menyetujui, membantu, menceritakan, melaksanakan, mempersembahkan, menuliskan, menunjukkan.

c) Penilaian, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: menggambarkan, menerangkan, mengikuti, mengajak, bergabung, memohon, melapor, bekerja.

d) Pengorganisasian, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator RPP adalah: mematuhi, mengatur, menggabungkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, menggembangkan.

e) Karakteristik, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: mengorganisasi, menyintesiskan, mempergunakan, mendengarkan, melaksanakan, mempraktekan, memohon, menanyakan, merevisi, memecahkan masalah, menelaah kembali kebenaran sesuatu.

Ranah Psikomotor, memiliki lima aspek yaitu: peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan.

a) Peniruan, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: merakit, membersihkan, mengubah, membetulkan, mengencangkan, mengikuti, memegang, memanipulasi, menempatkan, memukul.

b) Manipulasi, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: merakit, membangun, melapisi, mengebor, menguatkan, menggurinda, memalu, memperbaiki, mengampelas, menggergaji.

c) Ketetapan, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: sama dengan manipulasi, tetapi dengan kontrol yang lebih dari kesalahan lebih sedikit.

d) Artikulasi, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: memeriksa skala, mengalami, mengidentifikasi, menempatlan, memanipulasi, menjahit, menajamkan, membungkus, menulis.

e) Pengalamiahan, kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam indikator RPP adalah: merakit, mendemonstrasikan, menampilkan, menjalankan, membangun, mengarang.

DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK MENYUSUN INDIKATOR

Daftar Kata Kerja Operasional untuk Ranah Kognitif

Daftar Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif

Daftar Kata Kerja Operasional untuk Ranah Psikomotor

JENIS TES YANG DAPAT DITERAPKAN DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA

Hasil penilaian dalam pembelajaran Bahasa meliputi (1) aspek penilaian, (2) cara melakukan penilaian, dan (3) pelaporan hasil penilaian. Aspek penilaiannya berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Penilaian yang digunakan adalah penilaian sebenarnya (authentic assessment) yaitu penilaian berbasis kelas. Sesuai dengan prinsip authentic assessment kompetensi siswa dapat diukur dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Alat penilaian otentik meliputi (1) hasil karya berupa karya seni, laporan, gambar, bagan, tulisan, dan benda, (2) penugasan berupa proyek/kegiatan dan laporan, (3) unjuk kerja berupa presentasi atau penampilan siswa, (4) tes tertulis berupa ulangan harian dan ulangan semester, serta (5) kumpulan hasil kerja siswa (portopolio) berupa karya siswa meliputi laporan, gambar, peta, dan tabel-tabel.

Hal-hal yang harus diperlukan dalam penilaian :

a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaiaan kompetensi

b. Penilaian menggunakan acuan, kriteria ; yaitu berdasarkan apa yang bias dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjuatan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetenpsi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

d. Hasil penelitian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi peserta didik yang pencapaiaan kompetensi di bawah criteria ketuntasan dan porogram pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kritera ketuntasan.

e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk / hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

Thursday, October 1, 2009

Tropisme dalam Gelas Air Mineral meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.6 SMP Negeri 1 Barru

Menyambut permintaan beberap rekan-rekan tentang contoh PTK, berikut saya tampilkan salah satu Penelitian Tindakan Kelas yang belum lama ini kami laksanakan. Tidak ada karya yang sempurna, karena kita ini pada hakekatnya tidak sempurna. Ironis khan..!? jika pembuatnya tidak sempurna, kemudian buatannya sempurna???..

Besar harapan penulis kiranya dapat bermanfaat sebagai perbandingan/rujukan bagi rekan-rekan, tapi masukan konstruktif sangat dibutuhkan dari momen ini..SELAMAT BERKARYA (Learning to do …….)

Abstrak

Abdul Zakaria.2009.Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Tropisme dalam Gelas Air Mineral meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.6 SMP Negeri 1 Barru”.
Tujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas unjuk kerja siswa kelas VIII.6 dengan media pembelajaran teropisme dalam gelas air mineral pada mata pelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 1 Barru tahun pelajaran 2008-2009. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini 1) Siswa lebih aktif dan termotivasi sehingga senang belajar IPA Biologi dan dapat memperoleh pengalaman belajar, 2) menambah wawasan guru tentang strategi pembelajaran, 3) menjadi dasar dalam mengambil keputusan/kebijakan terutama pada pertimbangan revisi KTSP dan proses pembelajaran di sekolah, dan 4) menjadi pertimbangan untuk meneliti masalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas belajar dan media pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendapatkan informasi efek dari penggunaan media tropisme dalam gelas air mineral pada pembelajaran IPA Biologi. Data aktivitas siswa terutama difokuskan pada interaksi, kesimpulan, dan elaborasi hasil kerja. Penelitian dilaksanakan di kelas secara alamiah melalui dua tahapan siklus penelitian tindakan. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Barru Kabupaten Barru dengan jumlah 38 orang yang terdiri dari 21 laki-laki dan 17 perempuan. Siklus pertama dilaksanakan selama dua kali pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan juga selama dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data adalah (1) observasi unjuk kerja siswa selama pembelajaran, (2) observasi implementasi pembelajaran oleh guru peneliti.
Gambaran siklus pertama; siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar terobservasi sehingga dilakukan tindakan dengan memberi penjelasan tentang pembelajaran memakai media tropisme dalam gelas air mineral yang berisikan bibit tumbuhan dalam gelas air mineral kemasan. Di lain pihak guru sebagai peneliti dalam PTK ini juga belum maksimal dalam mengimplementasikan lembar observasi dan media pembelajaran, hal ini terlihat dengan hasil observasi kinerja guru yang hanya mencapai rata-rata skor 40 atau 71,4% dari skor ideal 56. Pada siklus kedua siswa dan guru sudah mulai memahami implementasi pembelajaran dengan media, dan observasi berjalan sesuai hasil refleksi. Pada perbaikan beberapa tindakan (1) penekanan pada pentingnya mendapatkan informasi dari media, (2) kerja sama antar siswa dan kelompok yang mempunyai tugas investigasi yang sejenis. Kinerja guru peneliti mencapai rata-rata skor 44 atau 78,6%. Unjuk kerja siswa pada siklus pertama hanya mencapai skor rata-rata kelas 72,43 dan pada siklus kedua berhasil mencapai skor 76,6. Dari data ini disimpulkan bahwa Media belajar tropisme dalam gelas air mineral meningkatkan aktivitas unjuk kerja siswa.
Kata kunci: unjuk kerja, aktivitas belajar, tropisme dalam gelas air mineral.

BAB I

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Prestasi akademik siswa di kabupaten Barru cukup memprihatinkan, suatu ketukan bagi semua elemen yang terlibat langsung maupun pemerhati lainnya untuk menyoroti kondisi proses pembelajaran di kelas. Elemen yang sempat terdeteksi untuk sementara ini adalah:

1. Kondisi Pembelajaran Siswa

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengubah pengalaman atau perilaku seseorang yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak bisa menjadi bisa. Untuk mencapai hal tersbut diperlukan adanya proses dan aktivitas siswa. Dari pandangan tersubut muncullah pendekatan Keterampilan Proses dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Guru bukan lagi sebagai pelaksana pengajaran tetapi cendrung ke aktivitas membelajarkan siswa. Fasilitator merupakan status yang diemban oleh guru yang trend sekarang ini.
Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya meyenangkan dan berpusat pada siswa. Siswa antusias mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat, bersorak merayakan keberhasilan mereka, bertukar informasi dan saling memberikan semangat. Dan tujuan akhir dari semua proses itu adalah penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan.

Namun kenyataan sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan masalah yang dihadapi siswa SMP Negeri 1 Barru, khususnya untuk mata pelajaran IPA Biologi pada siswa kelas VIII.6. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep yang kurang dan dengan sendirinya menyeret ketuntasan belajar mereka ke angka kurang dari 50%. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar.

Sebenarnya guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar siswa lebih aktif, diantaranya: pengamatan objek langsung, diskusi kelompok mengerjakan LKS , menggunakan media yang ada di sekolah, dan mengunakan metode tanya-jawab. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan gairah dan aktivitas secara maksimal pada kelas ini.

Jika kondisi yang seperti ini tanpa solusi alternatif pemecahan masalah, maka guru tetap sebagai sumber informasi satu-satunya di kelas, tidak ada tukar informasi, penguasaan konsep dan kinerja ilmiah siswa tetap rendah, dan pembelajaran IPA Biologi jadi membosankan.

2. Kondisi Kurikulum

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan kewenangan pada satuan pendidikan untuk menyusun sendiri kurikulum yang diberlakukan pada satuan pendidikan tersebut selama berlandaskan pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Untuk implementasi KTSP ini beberapa sekolah menerapkan kurikulum sesuai dengan contoh yang diedarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Silabus IPA Biologi pada berbagai buku panduan yang diterbitkan oleh Depdiknas baik silabus dari BSNP maupun KTSP edisi lengkap 2007 masih banyak digunakan secara utuh tanpa memperhatiakan kekhasan dan karakteristik daerah, sekolah, dan siswa. Idealnya buku tersebut hanya sebagai referens untuk menyusun KTSP masing-masing satuan pendidikan.

Kompetensi yang bertemakan tumbuhan pada kelas VIII SMP pada contoh silabus yang beredar dalam buku KTSP terdiri atas 2 (dua) Standar Kompetensi dengan 4 (empat) Kompetensi Dasar. SMP Negeri 1 menyusun kurikulumnya dengan mengalokasikan IPA Biologi 2 jam tatap muka/minggu selama 2 semester seperti tertera pada table berikut.

Semester

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Ganjil

1.Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup

Pertumbuhan dan Perkembangan

Genap

2. Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan

2.1 Mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan

Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan

2.2.Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau

Fotosintesis

2.3.Mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan

Gerak Tumbuhan

Tabel 1. Kompetensi yang bertemakan Tumbuhan teradapat pada semester yang berbeda pada Kurikulum SMP Negeri 1 Barru tahun pelajaran 2007/2008.

3. Bahan Ajar

They are the information, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in the teaching material.( Anonim dalam Web-site) atau Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Agar proses pembelajaran berjalan terarah, terfokus dan lancar, pada setiap akan mengajar perlu dibuat perencanaan yang matang. Perencanaan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai atau masalah apa yang akan dipecahkan dan bagimana cara memecahkannya. Upayakan pembahasan tidak dimonopoli oleh guru, lakukan secara interaktif antara guru dan siswa, pendapat siswa (feetback) diperlukan untuk menjawab hal tersebut menurut pengetahuan dan penghalaman mereka.

Kerjasama guru dan siswa atau antara siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah harus disiapkan pada saat membuat rencana pembelajaran. Siswa perlu dilatih untuk belajar bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Kendala yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa tersebut menuntut guru pandai-pandai dan inovatif dalam mencari strategi belajar yang cocok diterapkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa. Kemampuan menerapkan metode yang baik dan dapat memilih jenis metode dan media yang cocok untuk materi yang disajikan adalah jenis kemampuan yang perlu dimiliki oleh guru. Pertanyaannya bagaimana jika guru ingin menyampaikan suatu konsep tapi media pendukung tidak tersedia di sekolah? Atau memang belum ada di mana-mana?, krativitas guru adalah jawabannya. Kemampuan ini merupakan kunci yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan materi yang diberikan oleh guru. Metode mengajar dalam proses belajar-mengajar merupakan faktor penentu yang sangat penting dalam usaha pencapaian prestasi bagi siswa. Seorang guru hendaknya memiliki keterampilan dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan materi IPA.

Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA Biologi adalah inovasi pengadaan media belajar "TROPISME DALAM GELAS AIR MINERAL" melalui pengajaran dan pemodelan tumbuhan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap konsep bertema tumbuhan.

Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti makna belajar, manfaat belajar, status pembelajaran, dan proses pencapaiannya. Siswa sadar bahwa hal yang dipelajarinya berguna untuk kehidupannya dan dapat secara ilmiah dibuktikan dan terjadi dalam dunia nyata mereka. Dengan demikian, mereka mempromosikan diri sendiri yang memerlukan sesuatu bekal untuk hidupnya. Mereka mempelajari hal yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Salah satu tugas utama guru dalam pembelajaran adalah membantu siswa mencapai tujuan pembelajarannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan metode, media dan pendekatan daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk membangun sesuatu yang baru bagi anggota kelas/siswa. Pengetahuan dan keterampilan datang dari konsep yang dikatakan oleh guru.

Motivasi untuk mempelajari konsep tumbuhan pada mata pelajaran IPA Biologi adalah hal yang sangat mutlak diperlukan, untuk itu variasi media, metode penyajian merupakan suatu ramuan tersendiri yang harus dikeseimbangkan. Guna mengetahui efektifitas dan perbaikan yang diperlukan penggunaan media yang penulis buat, maka diadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul Tropisme dalam Gelas Air Mineral meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII.6 SMP Negeri 1 Barru.

2. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah selalu menantang dan akan terus demikian pada ruang lingkup sistem pendidikan, karena begitu kompleksnya sistem ini. Sebagai pemerhati, keterlibatan kita untuk untuk mencari dan memecahkan masalah sangat dibutuhkan. Dari hasil situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah;

  1. Rendahnya aktivitas siswa dalam menerima materi pembelajaran di kelas yang selanjutnya akan berdampak pada kurangnya motivasi siswa untuk mempelajari setiap mata pelajaran.
  2. Masih terbatasnya bahan ajar termasuk media belajar dari berbagai proyek dan pemerintah.
  3. Dana BOS hanya memberi sebagian kecil andil untuk pengadaan media.
  4. Rendahnya kualitas pembelajaran.

3. Perumusan Masalah

Serangkaian uraian masalah yang begitu komplit pada manajemen hingga proses pembelajaran yang tertera di atas, maka penulis membatasi hanya pada proses efektivitas penggunaan media tropisme dalam gelas air mineral sebagai berikut; Apakah media tropisme dalam gelas air mineral dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi pada kelas VIII.6 di SMP Negeri 1 Barru?

4. Cara Memecahkan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu metode pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. Dengan media belajar ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk menignkatkan aktivitasnya untuk belajar IPA Biologi khususnya yang bertema tumbuhan di sekolah.

5. Tujuan Penelitian

Setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral adalah:

  • Untuk mengetahui peningkatan aktivitas unjuk kerja siswa kelas VIII.6 dengan media pembelajaran teropisme dalam gelas air mineral pada mata pelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 1 Barru tahun ajaran 2008-2009.

6. Manfaat Penelitian

1. Siswa : Siswa lebih aktif dan termotivasi sehingga senang belajar IPA Biologi dan dapat memperoleh pengalaman belajar.

2. Guru : Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran.

3. Sekolah : Untuk menjadi dasar dalam mengambil keputusan/kebijakan terutama pada pertimbangan revisi KTSP dan proses pembelajaran di sekolah

4. Peneliti : Penelitian ini menjadi pertimbangan untuk meneliti masalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas belajar dan media pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN

A. Aktivitas Belajar pada Pembelajaran

Salah satu tugas seorang guru adalah sebagai fasilitator, memfasilitasi segala yang diperlukan untuk kelancaran pembelajran agar siswa aktif untuk belajar. Dengan demikian seorang guru perlu mengetahui bagaimana cara mengaktifkan siswa untuk belajar yaitu dengan cara menciptakan kondisi yang merangsang, menantang daya pikir dan cipta si pembelajar sehingga ia aktif dalam merespon pelajaran. Menurut para ahli psikologi belajar ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk mengaktifkan siswa belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : Motivasi, Latar dan konteks, Keterarahan atau Fokus, Hubungan sosial atau sosialisasi, Perbedaan perorangan, Belajar sambil Bekerja, Prinsip menemukan, memecahkan, masalah.

Tumbuhkan minat maka selanjutkan tinggal diarahkan pembelejaran itu. Minat merupakan suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto Agus : 1981). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami; Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan.

Perubahan prilakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan ( Hamalik Pemar : 2001 ), Seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi proses perubahan tingkah laku, kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan (Ali 1987:1).

Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Suasana/kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran Model word square.

B. Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar menurut Badudu Zain (1996:19) dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar dapat pula diartikan sebagai bagian dari pendidikan yang merupakan suatu usaha untuk mendapatkan kepandaian dan merupakan suatu proses kegiatan yang mengaitkan banyak faktor. Menurut Slameto 1991:35 (dalam Lutfiana) bahwa: "belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri".

Ali (1987:1) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi proses perubahan tingkah laku, kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh kepandaian, keahlian atau ilmu yang dilakukan oleh seorang individu secara terus menerus dalam kehidupannya untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku.

Berbicara tentang strategi pembelajaran, maka kita harus kembali pada landasan/falsafah atau pandangan-pandangan yang mendasar tentang pembelajaran dan materi yang akan kita ajarkan untuk menemukan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengubah pengalaman atau perilaku seseorang yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak bisa menjadi bisa. Untuk mencapai hal tersbut diperlukan adanya proses dan aktivitas siswa. Dari pandangan tersubut muncullah pendekatan Keterampilan Proses dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Dari pandangan pertama muncul pendekatan komunikatif, pandangan kedua memunculkan pendekatan integratif, dan pandangan ketiga mengajukan pendekatan struktural bagi pembelajaran Bahasa Daerah.

C. Media Pembelajaran Tumbuhan dalam Gelas Air Mineral

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti "Perantara" atau "Pengantar" yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm 1977 dalam (Akhmad Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Selanjutnya Brown, 1973(dalam Akhmad Sudrajat, 2008) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya :

  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1. Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran

Jenis Media

1

2

3

4

5

6

Gambar Diam

S

T

S

S

R

R

Gambar Hidup

S

T

T

T

S

S

Televisi

S

S

T

S

R

S

Obyek Tiga Dimensi

R

T

R

R

R

R

Rekaman Audio

S

R

R

S

R

S

Programmed Instruction

S

S

S

T

R

S

Demonstrasi

R

S

R

T

S

S

Buku teks tercetak

S

R

S

S

R

S

Keterangan :

R = Rendah S = Sedang T= Tinggi

1 = Belajar Informasi faktual

2 = Belajar pengenalan visual

3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan

4 = Prosedur belajar

5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik

6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat mengamati pergerakan suatu mahluk hidup yang membutuhkan waktu yang sangat besar dibanding waktu yang tersedia, maka digunakanlah film yang dipercepat atau media tiga dimensi yang dimniaturkan untuk pengamatan langsung diluar jam pelajaran. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Proses pembelajaran sebagai inti keseluruhan proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan bentuk interaksi antar berbagai sumberdaya pembelajaran yang melahirkan suatu perubahan perilaku bagi peserta didik. Melalui pembelajaran inilah tercipta suatu kondisi interaktif antara berbagai komponen system pembelajaran yang melahirkan suatu perubahan perilaku bagi peserta didik. Melalui pembelajaran inilah tercipta suatu kondisi interaktif antar berbagai komponen system pembelajaran. Komponen itu me;iputi; peserta didik, pendidik(guru), materi maupun sarana pembelajaran (buku, media, meubel dll). Pada berbagai kajian empiris, dikemukakan bahwa keseluruhan komponen tersebut berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap efektivitas pembelajaran, baik dari prosesnya maupun hasil-hasilnya.

Media pembelajaran sebagai salah satu jenis sarana pembelajaran memiliki fungsi ganda, yakni disamping sebagai alat Bantu pembelajaran juga sebagai sumber belajar. Sesuai dengan fungsinya itu, maka seyogyanya pemanfaatannya dalam proses pembelajaran harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik yang melekat pada media pembelajaran itu sendiri.

D. IPA Biologi yang bertemakan Tumbuhan

Mata paelajaran IPA Biologi yang bertemakan Tumbuhan pada kelas VIII di SMP Negeri 1 Barru yang teralokasi dua semester membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan, struktur dan fungsi alat tubuh tumbuhan, Fotosintesis, dan gerak pada tumbuhan. Ada tiga diantara empat kompetensi yang memerlukan media "Tumbuhan dalam Gelas Air Mineral" yaitu:

  1. pertumbuhan dan perkembangan
  2. Fotosintesis
  3. gerak pada tumbuhan

Khusus untuk kompetensi struktur dan fungsi alat tubuh tumbuhan media ini hanya sebagai pelengkap.

E. Tumbuhan dalam Gelas Air Mineral

Tumbuhan dalam gelas air mineral secara sederhana dideskripsikan sebagai kecambah tumbuhan yang ditumbuhkan di dalam gelas air mineral yang bertujuan untuk pengamatan:

  1. gerak autonom, gerak tropisme (Fototropisme, geotropisme positif/negative, hidrotropisme)
  2. pertumbuhan dan berkembangan pada tumbuhan
  3. kebutuhan energy matahari untuk proses fotosintesis.

1. Cara pembuatan Media Tumbuhan dalam Gelas Air Mineral

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

a. Alat:

- Gunting

- kawat

- pembakar spritus

b. Bahan:

- 2 buah gelas Air Mineral bekas

- 1 buah kemasan teh gelas bekas

- kecambah kacang hijau secukupnya

- serbuk pakis

- kapas

Cara Kerja:

- siapkan 2 buah gelas gelas air mineral bekas dan satu buah the gelas bekas.

- satu buah gelas air mineral bekas dilobangi dengan kawat panas hingga 10-15 lobang yang tersebar.

- media serbuk pakis diletakkan di dasar gelas yang berlobang-lobang.

- letakkan kapas basah di atas media serbuk pakis untuk bantalan kecambah

- gunting ± 5 Cm bagian atas teh gelas

- masukkan pada media gelas yang telah terisi kecambah secara terbalik sehingga terbentuk posisi saling membelakangi yang berfungsi dasar penyeimbang.

-

3. Cara Penggunaan Media Tumbuhan dalam Gelas Air Mineral

Kompetensi dasar 1.1. tentang pertumbuhan dan perkembangan memerlukan persiapan pra tatap muka; guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti tertera di atas. Selanjutnya setelah pembelajaran siswa dilatih untuk membuat media yang sama agar mengamati sendiri di rumah sebagai tugas terstruktur. Agar fungsi media dapat mengcover beberapa kompetensi maka diberikan perlakuan sebagai berikut:

1) hipokotil (bakal akar) kecambah diarahkan ke atas

2) perlakuan kelompok I gelasnya di tempat bersinar

3) perlakuan kelompok II gelasnya di tempat gelap

4) perlakuan kelompok III kapas dalam gelasnya selalu dibasahi tiap 2 hari

5) perlakuan kelompok IV kapas dalam gelasnya dibasahi jika tanamannya sudah layu.

Siswa selalu mengamati indikator-indikator tertentu sesuai petunjuk LKS misalnya: (1) pergerakan akar, (2) warna daun, (3) panjang batang, (4) kondisi makanan cadangan dan lai-lain. Akhir pengamatan media dibawah ke sekolah sebagai bukti fisik laporan pengamatan.

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian dan siklus PTK sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas VII.6 SMP Negeri 1 Barru tahun pelajaran 2008/2009 yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman No. 12 Kec. Barru, Kabupaten Barru Jumlah siswa 38 orang yang terdiri dari 21 laki-laki dan 17 perempuan, dengan latar belakang sosial ekonomi yang heterogen.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2008/2009, yaitu bulan Juli sampai bulan September 2008. Penentuan waktu dan kelas penelitian mengacu pada kelender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas.

3. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan 2 (dua) siklus dan tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar dalam mengikuti mata pelajaran IPA Biologi melalui pembelajaran dengan menggunakan media tanaman dalam gelas air mineral.

B. Persiapan Penelitian

Berbagai langkah persiapan dibuat sebelum PTK dilaksanakan untuk memberi perlakuan pada PTK:

1. Menyesuaikan kompetensi yang ingin diamati dengan mereviuw KTSP SMP Negeri 1 Barru mata pelajaran IPA Biologi tahun pelajaran 2008/2009 sebagai berikut:

KD. 1.1. Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup

KD. 3.3. Mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan

Kompetensi dasar 3.3. yang tahun sebelumnya disajikan pada semester genap, untuk tahun pelajaran 2008/2009 disajikan pada semester ganjil.

2. Membuat instrument; (1) Media pembelajaran; (2) Lembar Pengamatan aktivitas unjuk kerja;. Dalam persiapan juga disusun daftar nama siswa yang berprilaku negative selama pembelajaran berlangsung.

C. Subyek Penelitian

Subyek PTK ini adalah siswa kelas VIII.6 yang terdiri dari 21 laki-laki dan 17 perempuan.

D. Sumber Data

Beberapa sumber data peneliti dalam penelitian ini yaitu; siswa, guru, dan kolaborator.

1. Siswa

Siswa sebagai subyek penelitian untuk mendapatkan akumulasi aktivitas unjuk kerja dalam pembelajaran.

2. Guru

Guru sebagai peneliti akan memperoleh data unjuk kerja siswa/aktivitas siswa dan kehadiran siswa. Implementasi pembelajaran dengan menggunakan media.

3. Kolaborator

Kolaborator akan mendapatkan data tentang implementasi pembelajaran dengan menggunakan media tumbuhan dalam gelas air mineral, aktivitas unjuk kerja siswa dan membantu dalam reflkesi.

E. Tekhnik dan Alat Pengumpulan Data

1. Tekhnik

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas unjuk kerja dan analisis ketuntasan ulangan harian.

a. Observasi; observasi aktivitas unjuk kerja; data tentang aktivitas unjuk kerja siswa selanjutnya akan dikonversi secara kuantitatif untuk diklasifikasi baik, cukup/sedang dan kurang.

b. Kolaborator; hasil observasi kolaborator sangat penting untuk dipertemuan dengan berbagai hasil observasi peneliti guna meningkatkan validitas aktivitas siswa dan implementasi pembelajaran dengan menggunakan media tumbuhan dalam gelas air mineral.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini meliputi lembar observasi, dan hasil diskusi dengan kolaborator.

a. Observasi: menggunakan lembar observasi unjuk kerja siswa.

b. Kolaborator: menggunakan lembar observasi unjuk kerja (1) siswa/aktivitas siswa dan (2) lembar observasi peneliti.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja penelitian tindakan ini selain siswa adalah guru, karena guru merupakan inspirator, fasilitator pembelajaran untuk menunjang keberhasilan kinerja siswa.

1. Siswa

a. Observasi: keaktifan unjuk kerja siswa berupa: interaksi, kesimpulan, dan elaborasi dan

b. aktivitas siswa dalam pembelajaran baik yang negative maupun yang positif.

2. Guru

a. Dokumentasi

b. Observasi: hasil observasi

G. Analisis Data

Setiap pertemuan akan menghasilkan data observasi dan dikumpulkan pada setiap siklus untuk dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tekhnik rata-rata dan prosentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

1. Aktivitas unjuk kerja siswa

a. Aktivitas unjuk kerja siswa dalam pembelajaran Bahasa Daerah dengan menganalisa tingkat keaktifan siswa tersebut dalam pembelajaran dari segi:

1) Interaksi dengan media,

2) Hasil kerja,

3) Elaborasi/Presentasi.

1) Aktivitas siswa dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Interaksi/koperatif; keputusan instrumen interaksi dapat diamati dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan berikut:

- memperhatikan media

- memperoleh data dari media,

- berinteraksi aktif dengan anggota kelompok.

b) Kesimpulan; keputusan instrumen kesimpulan/hasil kerja dapat diamati dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan berikut:

- merupakan hasil kerja yang dinyatakan jelas,

- merupakan hasil pengamatan untuk memperoleh pemahaman materi,

c) Elaborasi; keputusan instrumen elaborasi dapat diamati dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan berikut:

- secara tepat mengerjakan konsep berupa data pengamatan,

- konsep yang ditulis sesuai antara hasil kerja dan tujuan,

- kualitas sosial seperti kecepatan volume, artikulasi dan antusiasme dengan baik untuk menjawab pertanyaan kelompok lain.

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan model analisis oleh Miles dan Huberman, yakni: .

Untuk analisis data kualitatif, digunakan teknik kategori skala lima. Adapun kategorisasi dari hasil analisis deskriptif yang berdasarkan pengkategorian data oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan skala 5 (Depdikbud, 1993). Kategorisasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Skor

Kategori

0 – 34

Sangat Rendah

35 – 54

Rendah

55 – 74

Sedang

75 – 84

Tinggi

85 – 100

Sangat Tinggi

Data kategori disesuaikan dengan KTSP SMP Negeri 1 Barru

b. Aktivitas negative siswa; khusus aktivitas negative siswa akan diobservasi pada lembar observasi tersendiri, data ini kemudian dikategorikan dalam klasisfikasi tinggi, sedang dan rendah.

H. Prosedur Penelitian

Siklus I

Setiap siklus penelitian ini terdiri dari Perencanaan (Planning), pelaksanaan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflekting).

1. Perencanaan (Planning)

Tahap ini membicarakan atau mendiskusikan dengan guru sejenis dan kolaborator di lingkungan SMP Negeri 1 Barru .

a) mendiskusi tentang aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Daerah terutama kelas yang berkondisi seperti kelas VIII.6

b) mengidentifikasi materi pelajaran IPA Biologi yang akan diajarkan selama penelitian berlangsung

c) menyiapkan lembar observasi untuk mengumpulkan data aktivitas siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media yang diterapkan

d) menelaah program semester dan program tahunan untuk mengatur sedemikian rupa sehingga kompetensi dasar (KD) dapat terkolerasi dengan model pembelajaran yang diajarkan selama 3 kali pertemuan tiap siklus.

f) menyampaikan kepada siswa untuk ikut serta menyiapkan segala sesuatunya untuk proses pembelajaran.

1) Persiapan Perangkat

Perangkat pembelajaran disesuaikan dengan tindakan yang akan diimplementasikan

2) Persiapan Bahan Ajar

Bahan ajar berupa (1) summury materi, (2) media Tropisme dalam Gelas Air Mineral dipersiapkan dengan partisipasi siswa beberapa hari sebelumnya.

3) Persiapan Instrumen

Instrumen yang dipersiapkan adalah;

(a) lembar observasi,

(b) lembar unjuk kerja siswa dan aktivitas perorangan,

(c) Media pembelajaran

4) Persiapan observer

Observer dalam kegiatan ini adalah rekan/kolega dari unit kerja yang sama. Observer ini akan mengisi lemabar obsrvasi tentang tindakan pembelajar, proses pembelajaran dan pelajar.

2. Pelaksanaan (Action)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dimatangkan dalam perncanaan tindakan sebelumnya. Implementasi pembelajaran di kelas tergambar sebagai berikut:

1. guru memberikan pembelajaran sesuai Rencana Program Pembelajaran (RPP), setelah kegiatan pendahuluan berupa appersepsi dan motivasi guru sebagai peneliti mengantar siswa ke inti pembelajaran.

2. Pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral diimplementasikan pada semua siswa.

Langkah-langkah tindakan pada pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral:

a. Guru sebagai peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran.

b. guru sebagai peneliti menjelaskan investigasi tiap kelompok pada media Tropisme dalam Gelas Air Mineral, siswa menyimak atau menulis langkah-langkah penting.

c. guru sebagai peneliti membantu siswa untuk mengatur tempat, waktu dan menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran.

d. tujuan yang diinvestigasi kelompok I sama dengan tujuan yang diinvestigasi kelompok VI, kelompok II=V, kelompok III=VII, dan kelompok IV=VIII.

d. guru sebagai peneliti memberi kesempatan tiap kelompok untuk menginvestigasi apa yang menjadi tujuan LKS kelompok tersebut.

e. guru sebagai peneliti mengamati kerja siswa dalam berinteraksi dengan media, membangun konsep, dan mengelaborasikannya baik dibacakan maupun menuliskan hasil pengamatan dari media Tropisme dalam Gelas Air Mineral pada white board.

f. guru sebagai peneliti pada pertemuan pertama memberi pengamatan serius pada kelompok "blok pertama" yaitu kelompok I – IV (kelompok V – VIII diamati oleh kolabor) dan sebaliknya untuk pertemuan kedua.

g. pada akhir siklus pertama, siswa diberi penilaian berupa ulangan harian selama 30 menit.

h. tiap pertemuan kolabor peneliti dengan setia dan mengikuti dengan seksama untuk membantu pengamatan proses pembelajaran.

3. Pengamatan (Observasi)

a. Situasi kegiatan pembelajaran

b. Aktivitas unjuk kerja siswa

c. Aktivitas proses pembelajaran siswa

4. Reflesi (Reflecting)

Penelitian tindakan ini berhasil apabila beberapa syarat sebagai berikut:

a. sebagian besar siswa (70% dari siswa) berinteraksi dalam unjuk kerja siswa.

b. sebagian besar siswa (75% dari siswa) dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran).

c. lebih dari 80% siswa tidak beraktivitas negatif.

Siklus II

Sebagaimana siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1. Perencanaan

Tim peneliti (guru dan kolaborator sebagai observer) membuat/merevisi rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2. Pelaksanaan (Acting)

Guru mengimplementasikan pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

3. Pengamatan (Observation)

Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap unjuk kerja dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral.

4. Refleksi (Reflecting)

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII.6 pada SMP Negeri 1 Barru.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Rancangan Media

Tumbuhan dalam gelas air mineral secara sederhana dideskripsikan sebagai kecambah tumbuhan yang ditumbuhkan di dalam gelas air mineral yang bertujuan untuk pengamatan:

  1. gerak autonom, gerak tropisme (Fototropisme, geotropisme positif/negative, hidrotropisme)
  2. pertumbuhan dan berkembangan pada tumbuhan
  3. kebutuhan energy matahari untuk proses fotosintesis.

1. Cara pembuatan Media Tumbuhan dalam Gelas Air Mineral

Alat dan bahan yang dibutuhkan:

a. Alat:

- Gunting

- kawat

- pembakar spritus

b. Bahan:

- 2 buah gelas Air Mineral bekas

- 1 buah kemasan teh gelas bekas

- kecambah kacang hijau secukupnya

- serbuk pakis

- kapas

Cara Kerja:

- siapkan 2 buah gelas gelas air mineral bekas dan satu buah the gelas bekas.

- satu buah gelas air mineral bekas dilobangi dengan kawat panas hingga 10-15 lobang yang tersebar.

- media serbuk pakis diletakkan di dasar gelas yang berlobang-lobang.

- letakkan kapas basah di atas media serbuk pakis untuk bantalan kecambah

- gunting ± 5 Cm bagian atas teh gelas

- masukkan pada media gelas yang telah terisi kecambah secara terbalik sehingga terbentuk posisi saling membelakangi yang berfungsi dasar penyeimbang.

3. Cara Penggunaan Media Tumbuhan dalam Gelas Air Mineral

Kompetensi dasar 1.1. tentang pertumbuhan dan perkembangan memerlukan persiapan pra tatap muka; guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti tertera di atas. Selanjutnya setelah pembelajaran siswa dilatih untuk membuat media yang sama agar mengamati sendiri di rumah sebagai tugas terstruktur. Agar fungsi media dapat mengcover beberapa kompetensi maka diberikan perlakuan sebagai berikut:

1) hipokotil (bakal akar) kecambah diarahkan ke atas

2) perlakuan kelompok I gelasnya di tempat bersinar

3) perlakuan kelompok II gelasnya di tempat gelap

4) perlakuan kelompok III kapas dalam gelasnya selalu dibasahi tiap 2 hari

5) perlakuan kelompok IV kapas dalam gelasnya dibasahi jika tanamannya sudah layu.

Siswa selalu mengamati indikator-indikator tertentu sesuai petunjuk LKS misalnya: (1) pergerakan akar, (2) warna daun, (3) panjang batang, (4) kondisi makanan cadangan dan lai-lain. Akhir pengamatan media dibawah ke sekolah sebagai bukti fisik laporan pengamatan.

B. Hasil Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral ini tidak asing lagi bagi siswa SMP Negeri 1 Barru, karena suadah pernah diterapkan sebelumnya walaupun tiap tahun ada penyempurnaan desain dan fungsi media.

Pengolaan dan pembahasan hasil penelitian ini hanya sebatas hasil analisis hasil observasi dalam bentuk kuantitatif dari; (1) hasil observasi pembelajaran dari observer dan peneliti dan (2) hasil belajar siswa yang dianalisis. Hasil obesrvasi secara kusntitatif di sini adalah gambaran tingkat keterlaksanaan elemen yang diamati dalam bentuk anka-angka untuk menghasilkan suatu pernyataan.

Data yang diperoleh dari lembar observasi dari observer dan hasil belajar siswa dianalisis per item sebagai berikut:

Siklus I (pertama)

Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi serta replainning.

1. Perencanaan

a. tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disajikan selama penelitan.

b. membuat RPP yang menggunakan media pembelajaran

c. membuat media pembelajaran dan mengimbaskan mdel media pada siswa 3 hari sebelum pelaksanaan pembelajaran.

d. membuat lembar observasi (LO)

e. membuat instrumen LKS yang digunakan dalam siklus Penelitian

2. Pelaksanaan (Acting)

Awal siklus pertama pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan rencana, hal ini dimungkinkan;

a. sebagian siswa masih terbebani oleh keadaan sebagai pembelajar yang diamati oleh guru dan observer.

b. sebagian siswa masih terlalu berhati-hati atau ragu untuk memegang bibit pada media buatannya yang biasanya rawan dari kerusakan/patah.

c. sebagian siswa masih beradaptasi, sebagian masih pada penyakitnya klasiknya yaitu menggambar/coret-coret di bukunya, keluar kelas tanpa izin.

Menghadapi fenomena yang kurang menguntungkan ini peneliti melakukan upaya sebagai berikut:

a. peneliti dengan intensif mengarahkan perhatian siswa untuk berlatih dengan Tropisme dalam Gelas Air Mineral dan memecahkan masalah yang diberikan.

b. peneliti menegaskan bahwa segala aktivitas siswa akan dipantau untuk dipertimbangkan dalam predikat siswa berunjuk kerja dan beraktivitas terbaik.

c. peneliti mengangkat media Tropisme dalam Gelas Air Mineral
dan memberi kesempatan pada beberapa siswa untuk menyebut hasil investigasi pada media pengamatan tersebut.

Akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan kolaborator dapat disimpulkan:

a. siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral ini.

b. siswa mulai terbiasa dengan belajar terpantau, baik oleh guru sebagai peneliti maupun oleh kolborator.

c. siswa mulai menerima perbedaan belajar IPA Biologi konvensional dengan pembelajaran dengan menggunakan Media Tropisme dalam Gelas Air Mineral, terbukti beberapa siswa sudah mulai dapat mengidentifikasi tugas yang diembannya membentuk kesimpulan di White Board.

3. Observasi dan Evaluasi

1. Hasil Observasi

a. Hasil Observasi Unjuk kerja siswa

1) Unjuk kerja tiap kelompok sebagai berikut:

Tabel. 3. Rekapitulasi hasil hasil unjuk kerja siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII.6 di SMP Negeri 1 Barru pada siklus pertama.

Kelompok

Rata-rata pada siklus I

Rata-rata Unjuk Kerja

Keterangan

Interaksi

Kesimpulan

Elaborasi

I

75

75

63

71

II

75

75

63

71

III

75

88

75

79

IV

88

88

75

83

tertinggi

V

63

75

50

63

terendah

VI

75

63

50

63

VII

88

63

88

79

VIII

75

50

88

71

JML

613

575

550

580

Rata-rata

76.6

71.9

68.8

72,43

2) Aktivitas negatif

Aktifitas negatif kelas VIII.6 selama pembelajaran tiga kali pertemuan siklus I berfluktuasi dari 11 orang pada pertemuan I, 16 orang pada pertemuan II dan 13 orang pada pertemuan III.

b. Hasil Observasi siklus pertama; Guru Peneliti dalam pembelajaran

Catatan guru peneliti yaitu; (1) repot dalam menenangkan keingintahuan siswa terhadap media Tropisme dalam Gelas Air Mineral. Hasil obserbvasi guru dalam pembelajaran pada siklus pertama masih tergolong rendah dengan rata-rata perolehan skor 40 atau 71,4% dari skor ideal 56.

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)

Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah:

a. Keberhasilan

1. siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral.

2. aktifitas unjuk kerja siswa, dan keterampilan menginvestigasi mengenai fokus tugas sudah mulai berjalan.

3. aktivitas negatif siswa sudah mulai menurun dibanding awal implementasi tindakan.

4. guru sudah mulai dapat membimbing siswa yang mempunyai kendala implementasi pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral.

b. Kekurangan

1. guru kurang menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada pendekatan pembelajaran kooperatif, membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar individu. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran hanya mencapai 71,4%.

2. sebagian siwa belum terbiasa tampil untuk memperlihatkan unjuk kerjanya di white board. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas unjuk kerja siswa masih ada dua kelompok yang ketinggalan dari kelompok lainnya.

3. masih ada beberapa siswa yang cenderung sibuk belajar sendiri sehingga kurang interaksi.

4. masih ada siswa yang membutuhkan waktu ekstra untuk menyelesaikan interaksinya.

Untuk mempertahankan keberhasilan dan memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus pertama ini, maka pada siklus kedua dapat dilaksanakan perencanaan sebagai berikut:

1) kinerja peneliti dalam mengatur alokasi waktu pembelajaran dan pemberian motivasi pada siswa lebih diintensifkan.

2) lebih intensif membimbing siswa yang mengalami masalah.

3) memberi kesempatan siswa berinteraksi dengan siswa yang mempunyai tugas yang sama.

4) memberi penghargaan pada kelompok yang mempunyai unjuk kerja terbaik (reward) dengan mengesampingkan aktivitas negatif/positif siswa tersebut.

Siklus Kedua (dua pertemuan)

1. Perencanaan (Planning)

Planning pada siklus kedua berdasarkan siklus pertama yaitu:

a. kinerja peneliti dalam mengatur alokasi waktu pembelajaran dan pemberian motivasi pada siswa lebih diintensifkan.

b. lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami masalah.

c. memberi kesempatan pada siswa untuk konsultasi dengan siswa/kelompok yang mempunyai tugas/misi yang sama.

d. memberi penghargaan pada kelompok terbaik (reward)

2. Pelaksanaan (Acting)

a. suasana pembelajaran sudah mulai mengarah kepada pembelajaran kooperatif, suasana sibuk konsultasi dengan rekan semejanya. Siswa yang bermasalah sudah terbangun interaksinya sehingga guru sebagai peneliti tidak terlalu terbebani mengatur alokasi waktu antara diskusi dengan unjuk kerja dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral di white board.

b. hampir setiap elaborasi dari suatu blok akan dilengkapi dari kelompok dari blok lainnya.

c. susasana menyenangkan tercipta, terbukti sering tercipta suasana yang mengundang aplous untuk kelompok tertentu.

3. Observasi dan Evaluasi

a. Hasil Observasi Unjuk kerja siswa

1) Unjuk kerja tiap kelompok sebagai berikut:

Tabel. 5 Rekapitulasi hasil hasil unjuk kerja siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan media Tropisme dalam Gelas Air Mineral pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII.6 di SMP Negeri 1 Barru pada siklus II.

Kelompok

Rata-rata pada siklus I

Rata-rata Unjuk Kerja

Keterangan

Interaksi

Kesimpulan

Elaborasi

I

88

75

75

79

II

75

75

75

75

III

75

75

75

75

IV

63

88

63

71

V

75

75

88

79

VI

88

88

75

83

VII

75

88

75

79

VIII

88

63

63

71

Jml

625

625

588

Rata-rata

78

78

73

76,6

2) Aktivitas negatif

Aktifitas negatif kelas VIII.6 selama pembelajaran tiga kali pertemuan siklus II berfluktuasi dari 9 orang pada pertemuan I, 8 orang pada pertemuan II dan 8 orang pada pertemuan III.

b. Hasil Observasi siklus II; Guru Peneliti dalam pembelajaran

Catatan guru peneliti yaitu; (1) koordiniasi diskusi/konsultasi dengan teman kelompok dengan sendirinya tercipta tanpa terlalu diinterrvensi oleh guru, asisten yang yang ditunjuk sudah menikmati dan terbiasa menerima tugas untuk membantu rekannya. Hasil obserbvasi guru dalam pembelajaran pada siklus kedua sudah meningkat dan tergolong tinggi dengan rata-rata perolehan skor 44 atau 78,6% dari skor ideal 56. Aktivitas guru sudah mengarah pada pemberian motivasi, menciptakan suasana menyenangkan, mengaktifkan siswa tanpa terlalu mengintervensi dan menguasai serta membimbing kelompok dengan kunjungan. Diskusi kelompok sudah berjalan sehingga semua siswa dapat mengerjakan tugas sesuai waktu.

C. Pembahasan

1. Hasil Observasi

a. Aktivitas Unjuk kerja

Grafik 1. Perbandingan Aktivitas unjuk kerja pada siklus pertama dan siklus kedua


Siklus Pertama;

a) Interaksi Siswa; siswa berinteraksi dengan media, baik media yang dibuat sendiri oleh siswa maupun media yang dibuat oleh guru. Pada siklus pertama rata-rata interaksi pada kelas VIII.6 hanya memperoleh nilai 76,6. Hal ini diakibatkan masih ada beberapa orang siswa yang vakum dalam berinteraksi dengan media, terutama membangun konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran yang benar.

b) Kesimpulan kerja siswa; kesimpulan hasil kerja siswa untuk membuat suatu keputusan jawaban sebagai hasil kerja dari tugas yang sudah ditentukan oleh guru yang berdasarkan tujuan pembelajaran mencapai 71,9. Berdasarkan pengalaman penulis pada kelas ini, ini suatu kemajuan yang cukup berarti.

c) Elaborasi hasil kerja siswa; petemuan pertama siklus pertama terjadi beberapa kesalahan dalam elaborasi, misalnya pemilihan persepsi tentang fokus pengamatan. Nilai unjuk kerja elaborasii terakumulasi antara pengamatan guru dan observer dan hasilnya adalah 68,8. Skor rata-rata unjuk kerja kelas adalah 72,43.

Siklus Kedua;

  1. Interaksi Siswa; pada siklus kedua ini guru memodifikasi penggunaan media siswa kelas VIII.6 ke dalam kerja bentuk kelompok. Kelas ini dibagi menjadi delapan kelompok. Interaksi dapat diamati bukan hanya hubungan siswa dengan media, tetapi hubungan interaksi siswa dengan teman kelompoknya. Rata-rata skor perolehan siswa pada kelas ini mencapai 78. Skor ini belum maksimal tetapi suatu prestasi besar untuk kelas VIII.6.
  2. Kesimpulan kerja siswa; kesimpulan yang dihasilkan tiap kelompok sangat menggembirakan kemajuannya, skor yang dicapai adalah 78.

    c) Elaborasi hasil kerja siswa;kemajuan proses belajar terbesar siswa pada unjuk hasil kerja kelompok pada white board dengan menggunakan media tropisme dalam gelas air mineral. Rata-rata skor yang dicapai siswa kelas ini yang tampil untuk mewakili kelompoknya adalah 73. Skor rata-rata unjuk kerja kelas adalah 76,6.

2) Aktivitas Negatif;

Grafik 2. Perbandingan Aktivitas negative siswa pada siklus pertama dan siklus kedua

Hasil pengamatan aktivitas negatif siswa sebagaimana instrumen yang disusun oleh tim peneliti mencatat bahwa, pada pertemuan pertama siklus I (11 orang) dan pertemuan kedua dan ketiga (16 orang dan 13 orang). Ini dimungkinkan karena kurangnya perasaan relevansi mata pelajaran yang digeluti ini pada kehidupan nyata mereka atau kurang percaya diri siswa belum terbentuk. Pada siklus II jumlah siswa yang berprilaku negatif cendrung konstan berprilaku negati pada angka 8 - 9 orang tiap pertemuan. Perilaku negatif semakin berkurang frekuensinya sejak pertengahan pertemuan pertama dan terjadi penurunan aktivitas negatif secara drastis dari 12 menjadi 7 orang siswa pada pertemua kedua siklus pertama. Siswa sudah merasa bahwa apa yang dipelajarai begitu bermakna dalam kehidupan mereka, mereka sudah bekerja secara mandiri sesuai apa yang amati.

b. Guru Peneliti

1) siklus I; Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar pada siklus pertama masih tergolong sedang dengan rata-rata perolehan skor 40 atau 71.4% sedang skor idealnya adalah 56.
Hal ini terjadi karena lebih banyak memberi komando di depan kelas dan kurang mengunjungi kelompok sementara karakteristik mata pelajaran ini banyak membutuhkan konsultasi pribadi.

2) siklus II; Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar pada siklus kedua sudah tergolong tinggi dengan rata-rata perolehan skor 44
atau 78,6% sedang skor idealnya adalah 56.
Aktivitas guru sudah mengarah pada pemberian motivasi, menciptakan suasana menyenangkan, mengaktifkan siswa tanpa terlalu mengintervensi dan menguasai serta membimbing kelompok dengan kunjungan. Diskusi sudah berjalan sehingga semua kelompok dapat mengerjakan tugas sesuai waktu.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas VII.6 SMP Negeri 1 Barru pada mata pelajaran IPA Biologi dengan menggunakan media belajar Tropisme dalam Gelas Air Mineralt' ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan indikator keberhasilan dari arahan rumusan masalah dan tujuan penelitian, hasil tindakan siklus I dan revisi/penyempurnaan tindakan pada siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Media Tropisme dalam Gelas Air Mineral dapat membantu meningkatkan aktivitas unjuk kerja siswa pada siklus II dibanding siklus I maupun sebelum implementasi.

2. Media Tropisme dalam Gelas Air Mineral dapat membantu meningkatkan rata-rata aktivitas belajar siswa dengan skor 76,6, walau demikian peningkatan ini belum signifikan berhasil meningkatkan aktivitas siswa pada aspek Elaborasi yang hanya mencapai skor rata-rata kelas 73. Namun demikian pada kelas ini aktivitas elaborasi tersebut merupakan prestasi yang cukup tinggi.


B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengangkat saran buat Tim revisi KTSP, guru-guru yang tergabung dalam MGMP kabupaten Barru khususnya untuk melanjutkan penelitian media ini untuk digunakan pada model pembelajaran lain misalnya pada implementasi model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), model Team Assited Individuality (TAI), ketuntasan individul/klasikal.


Daftar Pustaka / Rujukan


1. Burhanuddin dkk.Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi melalui Model Pembelajaran Group Investigation Kelas xi ips sma muhammadiyah II Mojosari – mojokerto (Laporan PTK).www.geocitis.com.

2. Depdiknas. Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.Materi Pelatihan Terintergrasi SAINS, 2004

3. Farid Makruf dkk.Panduan Kinerja Ilmiah IPA SMP.Aflah Group.2007.

4. Hasminindar. Peningkatan Hasil Belajar siswa melalui pendekatan Role Play di Kelas III.2 SMP Negeri 1 Barru (Laporan PTK).2006

5. R.Nuryani. Strategi Belajar Mengajar Biologi.Universitas Negeri Malang.Malang. 2005.

6. Standar Kurikulum 2004, Jakarta. Depdiknas

7. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Prenada Media Group.Jakarta.2006

8. Sabri Ahmad H.Drs.MPd.Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Ciputat Press.Ciputat.2007

9. Suhadi. Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Siswa Kelas II SMPN 4 Danau Panggang melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (Laporan PTK).Suhadinet Wordpress

10. Zakaria Abdul.Portabel Media Player (Pmp) Sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran pada Kelas VIII di SMP Negeri 1 Barru (Laporan PTK).2007..