Thursday, October 1, 2009

Implementasi model Pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) dalam meningkatkan minat belajar IPA Biologi pada kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Barru kabupate

This post was published to zakaria2 at 18:49:49 30/09/2009

Account Zakaria
Menyambut permintaan beberap rekan-rekan tentang contoh PTK, berikut saya tampilkan salah satu Penelitian Tindakan Kelas yang belum lama ini kami laksanakan. Tidak ada karya yang sempurna, karena kita ini pada hakekatnya tidak sempurna. Ironis khan..!? jika pembuatnya tidak sempurna, kemudian buatannya sempurna???..
Besar harapan penulis kiranya dapat bermanfaat sebagai perbandingan/rujukan bagi rekan-rekan, tapi masukan konstruktif sangat dibutuhkan dari momen ini..SELAMAT BERKARYA (Learning to do …….)

ABSTRAK

Abdul Zakaria,2009.
Implementasi model Pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) dalam meningkatkan minat dan aktivitas belajar IPA Biologi pada kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Barru kabupaten Barru.Penelitian Tindakan Kelas.SMPN 1 Barru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) dalam meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi pada kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Barru tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian diadakan pada kelas VIII.2 dengan jumlah siswa 35 orang terdiri dari 23 peerempuan dan 12 laki-laki, penelitian ini terdiri dari dua siklus
dengan masing-masing dua kali pertemuan dan setiap akhir siklus diadakan refleksi dengan kolabor/observer. Analisis penelitian secara kuantitatif. Hasil penelitian tindakan menunjukkan bahwa minat dan aktivitas belajar dengan Implementasi Siswa Penyuluh Materi memberikan sumbangsih positif yaitu peningkatan minat belajar pada kondisi perhatian 3,47, relevansi 4,38, percaya diri 3.47, dan kepuasan 42,9 pada siklus I menjadi 4,017 untuk perhatian, 4,59 untuk relevansi, 4,446 untuk percaya diri dan 4,54 dan aktivitas belajar IPA Biologi setelah diadakan siklus kedua dan berhasil menekan prilaku negative.

Kata kunci : Siswa Penyuluh Materi, Minat belajar, kondisi perhatian, kondisi relevansi, kondisi percaya diri, kondisi kepuasan, aktivitas belajar.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memperhatikan anak didik dewasa ini diberbagai sekolah di daerah (terutama SMP di kabupaten Barru) kita akan mendapatkan suatu fenomena yang kurang sehat yang sudah menjadi bentukan dari beberapa dekade manajemen pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah terbiasa dengan kondisi diam memperhatikan-guru menjelaskan, ekspresi komunikasi tidak terbangun, otak siswa dicuci dengan berbagai standar-standar kompetensi yang harus diukur ketuntasannya berupa angka-angka, siswa akan terbiasa dengan menghapal fakta-fakta, konsep dan kurang mnggeneralisasikan konsep tersebut. Masih ada jarak yang jelas antara pendidik dengan peserta didik baik dalam bertingkah laku maupun dalam berkomunikasi. Jika siswa ditanya tentang sesuatu maka dapat dipastikan akan muncul jawaban tertutup tanpa dapat mengembangkan argumennya.

Tawani Rahamma dalam suatu kesempatan menuturkan "Inti dari realitas pendidikan ialah pembuatan pendidikan, dalam arti mendidik dan dididik. Perbuatan mendidik merupakan perangkat kegiatan yang dilakukan pendidik sebagai pihak ke-1 dalam relasi sarat makna/nilai dengan peserta didik (pihak ke-2) demi pemanusiaan (humanisasi) atas manusia muda (harmonisasi)". Manusia muda ini membutuhkan momen pertumbuhan dan perkembangan otak, baik sisi otak yang mengontrol fakta-fakta (otak kiri) maupun bagian yang mengontrol intuisi dan pencitraan (otak kanan). Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, juga merupakan pusat matematika. Sementara otak kanan untuk sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain, serta pengendalian emosi (Ide:5). Maka jelaslah bahwa situasi pembelajaran dewasa ini berfokus pada pencapaian target kurikulum dengan menargetkan ketuntasan instruksional efek tanpa mempertimbangkan nature efek. Terbentuk output lembaga pendidikan masih pada taraf kognitif (instrumen tes UN dan UAS) tanpa mengukur aspek afektif yang mungkin perlu mendapat perhatian untuk didiskusikan di masa akan datang. Pelajar kita terbentuk dengan pola pikir realistik tanpa kemampuan ekspresif. Siswa gantung diri, tawuran, pelecehan guru (sebaliknya juga bisa terjadi), penghormatan siswa terhadap guru dan almamaternya, demonstrasi brutal dan masih banyak lagi kemungkinan akibat menyusutnya fungsi otak kanan.

Pembelajaran yang yang selama ini terlaksana masih didominasi oleh kegiatan yang berujung pada pandangan bahwa belajar adalah seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian strategi belajar ceramah menjadi pilihan utama dalam berbagai konsep pada proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan menerapkan berbagai strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruktivis konsep ilmu dengan mengkolaborasi dengan pengalamannya serta mengkontruksikan konsep dan relevansinya dengan pengalamannya itu di benak mereka sendiri.

Hasil penelitian dari berbagai bidang yang berbeda manyatu dalam satu ide penting, yaitu tanggung jawab dan kemampuan belajar pada diri siswa. Manning, Zimmerman, dan Schunk menyatakan bahwa tidak ada orang yang mampu untuk belajar demi kepentingan orang lain. Satu alasan yang membuat para psikolog tertarik pada manajemen diri siswa adalah karena siswa diajar dengan metode prilaku klasik sehingga sangat jarang menggeneralisasikan hasil belajarnya pada situasi baru (Uno:43). Mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab pada dirinya sehingga tidak perlu selalu dibimbing memang tampak sebagai kegiatan yang kurang efisien. Akan tetapi, hal ini merupakan investasi masa depan yang amat berharga.

SMP Negeri 1 Barru tediri dari delapan kelas dengan karakterisitik kelas VIII.1 dan kelas VIII.2 merupakan kelas unggulan dan selebihnya tersebar dengan karakteristik prestasi yang relative sama pada kelas VIII.3 sampai dengan kelas VIII.8. Berdasarkan hasil diskusi dengan kolabor dipertimbangkan kelas VIII.2 sebagai kelas uji coba model pembelajaran SPM dengan alasan; 1) Siswa Penyuluh Materi (SPM) membutuhkan siswa yang bermotivasi belajar bagus, 2) beberapa siswa sudah dapat berdiskusi, 3) jumlah siswanya 35 orang, 4) jam pelajaran IPA Biologi jam terakhir, 5) pembelajarannya pada hari Rabu sehingga data penelitian rampung sebelum bulan puasa (libur) dan terhindar dari libur HUT kemerdekaan Republik Indonesia. Sangat beralasan jika kelas ini sebagai piloting implementasi model pembelajaran ini karena model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) merupaka model pembelajaran yang baru di uji coba di kelas. Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) membutuhkan 1) interaksi yang hidup antara ketua kelompok dengan anggota kelompoknya, 2) anggota kelompok dapat bertindak sebagai penyuluh materi sebagaimana ketua kelompok, dan interaksi dengan kelompok lainnya membutuhkan kondisi tersendiri untuk diamati.

Materi pelajaran IPA Biologi umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan, dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, saran, atau tanggapan) (Kemp, 1977 dalam Uno:5). Dalam buku yang sama Merril (1977) membedakan isi pelajaran ini terlihat masing-masing jenis pelajaran menjadi 4 jenis, yaitu fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Strategi yang dianjurkan untuk materi berbentuk fakta adalah tanya jawab dan untuk materi berbentuk konsep adalah strategi penugasan dan diskusi kelompok. Kedua strategi ini tercover dalam model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM). Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik meruapakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah CBSA yang diterjemahkan dari SAL (student active training), yang maknanya adalah proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey dalam Uno:6).

Untuk itu anak perlu membangun makna belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok seperti bermain, kiranya anak menjadi senang, waktu tidak terasa dan menyiksa menunggu bel pulang sehingga tumbuhlah minat untuk belajar, khususnya belajar Biologi. Berdasar kondisi ini maka dirasakan perlu suatu inovasi untuk membelajarkan kelas ini, dan setelah diskusi dengan kolaborator/kolega diputuskanlah untuk membelajarkan kelas VIII.2 dengan model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) yang mengcoper pertimbangan dan kondisi kelas ini.

Selain sebagai fasilitator pembelajaran, guru juga sebagai motivator dalam menumbuhkan minat belajar siswa, untuk itu sepatutnyalah juga peka terhadap kondisi minat dan motivasi siswanya dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Kondisi minat ini dapat diamati melalui komponen; (1) perhatian (2) relevansi (3) percaya diri dan (4) kepuasan siswa pada saat dan setelah mengikuti pembelajaran yang diampuh gurunya. Untuk menjawab kondisi ini peneliti dan dengan dibantu rekan-rekan guru yang sejenis mencoba untuk meneliti di kelas VIII.2
SMP Negeri 1 Barru Kab. Barru dengan judul Implementasi model Pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) dalam meningkatkan minat belajar IPA Biologi pada kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Barru kabupaten Barru.

B. Rumusan Masalah

Berlandaskan kondisi di atas maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut:

Bagaimana Implementasi model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) sehingga dapat meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui:

Untuk mengetahui pengaruh implementasi model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) dalam meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi.

D. Manfaat Dan Hasil Penelitian

1.Siswa : Siswa termotivasi sehingga senang belajar IPA Biologi dan dapat memperoleh pengalaman belajar.

2. Guru : Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran.

3. Kepala Sekolah : Untuk menjadi dasar dalam mengambil keputusan/kebijakan terutama pada proses pembelajran di sekolah

4. Peneliti : Penelitian ini menjadi pertimbangan untuk meneliti masalah-masalah yang berkaitan dengan minat dan model pembelajaran.

E. Indikator keberhasilan

Minat belajar dikatakan berhasil dibangun jika:

1. Aktivitas belajar siswa baik atau sangat baik

2. Perhatian Siswa terhadap mata pelajaran cukup atau baik.

3. Relevansi antara materi pelajaran dengan pengalamannya sehari-hari berkriteria baik atau sangat baik.

4. Percaya Diri dan kepuasan siswa cukup atau baik dalam berinteraksi dalam pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN

Now what is a song but how is the singer. Ungkapan ini pantas diajukan dalam pengimplementasian pembelajaran. Kurikulum, daya dukung sekolah dan intake siswa dapat beragam dengan berbagai kondisi sesuai karakteristik. Namun yang pasti guru sebagai ujung tombak pendidikan sebagai penentu keterlaksanaan kurikulum dengan tidak mengenaympingkan unsur yang lainnya. Guru sebagai a singer tentu harus mempunyai kompetensi pedagogic agar dapat membelajarakan peserta didiknya dengan prinsip tidak ada yang dapat belajar untuk kepentingan orang lain. Tantangannya adalah bagaimana agar mau dan merasa butuh untuk belajar (minat), aktivitas dalam proses belajar-mengajar, dan model pembelajaran peserta didik.

A. Minat

Minat ialah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto Agus : 1981). Untuk itu lingkungan perlu dikondisikan guna dapat menimbulkan minat berupa perhatian, perasaan relevansi pengetahuannya dengan dunia nyata, merasa percaya diri dan timbulnya kepuasan siswa setelah proses pembelajaran. Proses belajar memerlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami; Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan, keterampilan, sikap dan wawasan akan kebermaknaan pelajaran di sekolah.

Perubahan prilakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di kelas/lingkungan secara berkelompok.

Sebagai subyek pembelajaran semua siswa berhak untuk memperoleh pendidikan, perhatian yang layak, perlakuan yang adil termasuk nilai dan sikap terhadap suatu fenomena, termasuk proses pembelajaran Model Siswa Penyuluh Materi (SPM).

B. Proses Belajar-Mengajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik Pemar:2001)

Belajar, khususnya pada pendidikan dasar, bukan sekedar transmisi ilmu pengetahuan sebagai fakta tetapi lebih dari itu, mengolah daya penalaran peserta didik sebagai bekal dasar bagi setiap warganegara yang bertanggung jawab. Teori belajar mengatakan proses belajar tidak terjadi dalam ruang kosong. Data, ilmu pengetahuan hanya dapat diserap dalam kaitannya dengan dunia nyata, terutama bagi peserta didik muda dibangku pendidikan dasar. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.

Proses belajar, terutama pada usia muda pada pendidikan dasar, menuntut integrasi dengan lingkungan. Ashley Montagu, seorang antropolog Amerika memperkenalkan pengertian "adaptive zone" yaitu lingkungan primer manusia tempat mahluk manusia mengeksploitasi, mengadaptasi, menantang lingkungan itu untuk hidup. Proses belajar mengajar yang tidak memperhatikan lingkungan, bukan hanya menjauhkan peserta didik dari sadar lingkungan, juga tidak akan membuahkan hasil belajar yang maksimal (Tilaar:hal 42-43).

Perubahan sosial, budaya, politik, ekonomi dan IPTEK memberikan pengaruh terhadap format pembelajaran di sekolah. Sistem pembelajaran di sekolah memiliki peluang baru dengan kehadiran berbagai teknologi yang dapat diaplikasikan untuk memudahkan pembelajaran dalam meningkatkan mutu lulusan sekolah yang berimplikasi terhadap kepribadian siswa yang merupakan sasaran utama pembelajaran di sekolah. Tentu saja perlu dipahami antara kepribadian dan perubahan tingkah laku dalam pengalaman anak yang merupakan proses psikologis. Olehnya perlu dikaji konsep tentang belajar dan pembentukan kepribadian guna mengarahkan pembentukan kepribadian anak sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sesuai harapan orang tua, guru, kepala sekolah dan masyarakat.

Muhiddin Syah dalam Syafaruddin (hal:57) menjelaskan proses perkembangan meliputi:

1) perkembangan motor (motor development) yakni proses perkembangan yang progressif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skill).

2) perkembangan kognitif (conigtive development) yakni perkembangan yang fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak ana, dan

3) perkembangan sosial dan moral (social and moral development) yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Kecendrungan aktivitas pembelajaran siswa dewasa ini terpaku pada perkembangan kedua dan adapun jika lebih luwes akan cendrung pada perkembangan pertama. Artinya perkembangan kepribadian ketiga seakan terabaikan dalam proses pembelajaran di sekolah. Abdullah Pandang dalam suatu kesempatan menegaskan "paradigma pendidikan kita cendrung kuantitatif padahal tujuan dan keberhasilan pendidikan itu adalah kualitatif". Pendidik masih risih untuk selalu memandang proses pembelajaran dari segi proses, semua ingin memandang proses pembelajaran dari segi angka-angka yang dapat diukur secara kuantitatif tapi mengesampingkan proses sosial dan moral.

Siswa akan terbangun perasaan ingin belajarnya jika merasa bahwa apa yang dipelajarinya berguna bagi kehidupan meraka atau selalu mereka temuai dalam keseharian mereka. Kebermaknaan inilah yang selalu didengung-dengungkan kurikulum, tapi konteksnya dalam bentuk ketuntasan dengan parameter kriteria ketuantasan minimal (KKM) dengan menutup mata bahwa KKM yang pendidikan bentuk itu justru asalnya dari kondisi kualitatif.

Pendidik perlu memandang bahwa otak siswa merangsang sel-selnya untuk mengembangkan jaringan-jaringan berbentuk cabang yang disebut dendrit. Dendrit merupakan serabut neuron yang menghubungkan sel saraf dengan sel saraf lainnya. Apa yang kita sebut sebagai "makna yang mendalam" sebenarnya terjadi karena sel-sel semakin terhubung dan menemukan serabut baru yang ke sel-sel lain. jumlah hubungan yang diciptakan dapat dimaksimalkan dengan menyediakan beragam konteks untuk mempelajari suatu hal yang sama (Jensen :3). Melibatkan siswa secara fisik sangat membantu siswa untuk memperkuat dan memperbanyak neuron dibanding pengalaman-pengalaman statis seperti mengkuliahi/ceramah. Keterlibatan siswa secara fisik menghasilkan banyak umpan balik bagi pendidik dan siswa tentang hal-hal yang mereka ketahui dan belum diketahui. Gerakan fisik biasanya sangat memotivasi dan bermanfaat. Umumnya peserta didik mempunyai banyak tenaga dan menyukai suasana belajar yang penuh warna dengan alasan gerakan kinestetik melibatkan perasaan, membangun keterampilan memecahkan masalah, dan membantu proses belajar dengan mengendapkan informasi yang diterima dalam otak untuk mempermudah pengingatannya kelak (Jensen:15).

Proses belajar menciptakan pengetahuan implisit (hal-hal mendasar yang sepertnya kita ketahui begitu saja) karena melakukan sebuah aktivitas dan menggambarkan apa yang kita pelajari. Penelitian menunjukkan bahwa manusia mempelajari ilmu deklaratif (pengetahuan eksplisit yang bisa dibagikan kepada orang lain) dari kegagalan di masa lalu. Sukses pada usaha pertama tidak memberi pelajaran baru, tetapi kegagalan mendorong kita untuk belajar lebih baik di masa akan datang. Penelitian ini pula menggambarkan,banyak terobosan –terobosan yang menakjubkan setelah empat samapi enam kali kegagalan.

Peserta didik perlu dibekali dengan berbagai fenomena-fenomena kehidupan, bahwa hidup ini tidak seindah yang mereka bayangkan. Pendidik harus sportif dan jangan menderita dan membohongi diri di bawah kebahagian dan kesenangan peserta didik. Susatu proses belajar membutuhkan berbagai perasaan; senang, ketawa, kecewa, cemas dan emosi lainnya. Anjuran untuk pembelajaran PAIKEM betul dianjurkan, tetapi memberi penilaian pada suatu kelompok dengan mengecewakan kelompok lainnya itu lebih diperlukan lagi.

C. Berbagai Hasil penelitian Tindakan tentang Model Pembelajaran

Model adalah representasi realitas yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan urutan ( Richey, 1986 ). Model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berekspresi dan berinteraksi aktif misalnya Group investigasi (GI=Sharan, 1992), Jigsaw (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp, 1978), Tim Assisted Individuality (TAI= Richey, 1986).

Beberapa hasil penelitian tindakan terdahulu telah berhasil menampakkan hasil yang positif pada aktivitas belajar siswa. Nadir (2007) melaporkan adanya peningkatan minat belajar siswa kelas VIII.3 di SMP Negeri 1 T. Riaja dengan pembelajaran model Group Investigation. Burhanuddin S.Pd. dalam penelitian tindakannya dengan judul Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi melalui Model pembelajaran Group Investigation Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah II Mojosari – Mojokerto melaporkan telah terjadi peningkatan minat belajar pada siswa SMA tersebut. Hasminindar (2007) melaporkan dalam Penelitian tindakannya bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada kelas IX.1 di SMP Negeri 1 Barru. Nasaruddin (2008) terjadi peningkatan minat belajar IPA Fisika kelas VII.3 SMP Negeri 3 Barru dengan Model Pembelajaran Tim Assisted Individuality (TAI). Abdul Majid dan Abdul Zakaria (2007) melaporkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar siswa kelas VIII.4 siswa SMP Negeri 1 Barru melalui implementasi model pembelajaran Tim Assisted Individuality (TAI).

D. Siswa Penyuluh Materi (SPM) sebagai Model Pembelajaran Inovatif

Penulis mencoba menampakkan sosok model pembelajaran yang terinspirasi dari model-model pembelajaran di atas yaitu Siswa Penyuluh Materi (SPM).

LANGKAH – LANGKA MODEL PEMBELAJARAN

SISWA PENYULUH MATERI (SPM)

1) Kelas dibagi ke dalam 2 blok yaitu blok A dan B. Blok A terdapat kelompok I-IV dan blok B kelompok V-VIII.

2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan membagikan LKS. LKS kelompok I pada blok A= LKS kelompok VI (blok B), demikian pula LKS pada klp II/A=V/B, III/A=VIII/B, dan LKS klp IV/A = VII/B.

3). Tiap kelompok mendapat waktu 10 menit untuk mendiskusikan guna menginvestigasi materi yang tertera di LKSnya dibimbing dan diarahkan oleh ketua kelompok sebagai asisten guru.

4) setiap kelompok mengutus anggotanya menuju kelompok lain pada blok yang sama untuk mempelajari materi kelompok tersebut, dan semua ketua kelompok tetap di tempat sebagai penyuluh siswa tamu. Kegiatan ini selama 10 menit.

5) Siswa tamu (utusan) pamit sambil ucapkan terima kasih pada penyuluhnya (ketua kelompok tuan rumah)

6) pada kelompok asal, ketua kelompok mempersilahkan masing-masing utusannya untuk membiaskan materi yang diperoleh dan diperhatikan/dicatat oleh anggota lainnya (utusan bertindak sebagai penyuluh materi). Kegiatan ini selama 15 menit.

7) Setelah selesai penyuluhan, ketua kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok. Kegiatan ini 10-20 menit.

8) guru memberikan penguatan pada materi dan menyampaikan kesimpulan. 9) Evaluasi

10) Penutup

Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) ini membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membangun hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan model pembelajaran ini minat belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Barru yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman No.12 Barru Kabupaten Barru dengan jumlah siswa 35 orang terdiri 23 laki-laki dan 12 perempuan, dengan latar belakang sosial ekonomi yang heterogen.

B. Prosedur Peneliatian

1. Gambaran umum Penelitian

Penelitian ini melalui 2 siklus dengan tahap-tahap untuk tiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 dan berlangsung selama enam minggu yaitu mulai minggu II Juli sampai minggu III Agustus 2009 dengan alokasi waktu sebagai berikut :

1) minggu II Juli 2009 menyusun persiapan dan revisi

2) minggu III Juli 2009 melaksanakan observasi

3) minggu IV Juli dan I Agustus 2009 siklus I dan isi angket siklus I

4) minggu I Agustus 2009 Refleksi I

5) minggu II dan III Agustus 2009 siklus II dan isi angket siklus II

6) minggu III Agustus 2009 Refleksi II

7) minggu III – IV Agustus 2009 penyusunan laporan

Faktor-faktor yang diselidiki untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

(1) Faktor siswa; akan diselidiki perkembangan minat belajar siswa, dilihat dari kondisi kondisi perhatian, relevansi, percaya
diri dan kepuasan dalam mengikuti pembelajaran.

(2) Faktor Model Pembelajaran khususnya penerapan metode dan teknik pembelajaran.

Kegiatan penelitian dalam setiap siklus dimulai dengan merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan diimplementasikan dalam tahap pelaksanaan tindakan. Selama pengamatan guru mitra sebagai observer memperoleh data dengan mengisi lembar observasi untuk bahan refleksi.

2. Persiapan Penelitian

Untuk memperlancar pelaksanan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, diarsipkan instrumen dan penilaian. Tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai berikut:

2.1. Perencanaan Tindakan

Tahap ini membicarakan atau mendiskusikan dengan guru sejenis baik di lingkungan SMP Negeri 1 Barru maupun kolega dari sekolah lain mengenai hal-hal sebagai berikut:

a. mendiskusi tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA terutama pada jam ke V-VI (jam 10.30 ke atas)

b. mengidentifikasi materi pelajaran IPA Biologi yang akan diajarkan selama penelitian berlangsung

c. menyiapkan angket untuk mengumpulkan data minat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan

d menelaah program semester dan program tahunan untuk mengatur sedemikian rupa sehingga kompetensi dasar (KD) dapat terkolerasi dengan model pembelajaran yang diajarkan selama 2 kali pertemuan.

e. menyampaian kepada siswa untuk ikut serta menyiapkan segala sesuatunya untuk proses pembelajaran.

2.2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan segala perencanaan dari hasil diskusi dengan berbagai rekan-rekan dan observer.

2.2.1. Rincian Kegiatan Siklus I meliputi :

A. Pendahuluan

Mempersiapakan konsep materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran yaitu :

Kompetensi Dasar

1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

Indikator

  1. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
  2. Menyimpulkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.
  3. Membedakan metamorfosis dan metagenesis.

B. Langkah Utama

1). Guru mengecek keseimbangan jumlah anggota dalam kelompok, minimal dalam kelompok terdapat 4 anggota kelompok.

2). Guru sebagai peneliti menjelaskan model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM).

3) Kelas dibagi ke dalam 2 blik yaitu blok A dan blok B. Blok A terdapat kelompok I-IV dan Blok B kelompok V-VIII.

4) Guru menjelaskan maksud pembelajaran yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara berkelompok.

5). Tiap kelompok mendapat waktu 10 menit untuk mendiskusikan materi yang tertera di LKSnya dibimbing dan diarahkan oleh ketua kelompok sebagai asisten guru.

6) anggota kelompok menuju ke kelompok lain pada blok yang sama untuk mempelajari materi kelompok tersebut, dan semua ketua kelompok tetap di tempat sebagai penyuluh siswa tamu. Kegiatan ini selama 10-15 menit.

7) Siswa tamu pamit sambil ucapkan terima kasih pada penyulunya (ketua kelompok tuan rumah)

8) ketua kelompok mempersilahkan masing-masing utusannya untuk membiaskan materi yang diperoleh dan diperhatikan oleh anggota lainnya (utusan bertindak sebagai penyuluh materi).

9). Setelah selesai penyuluhan, ketua kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.

C. Langkah Penutup

Merefleksi, memberikan penghargaan pada kelompok terbaik, dan memberikan tugas untuk tetap memelihara bibit yang diamati.

2.2.2. Rincian kerja tindakan guru dan observer pada Siklus I:

1) Guru menjelaskan skenario pembelajaran agar semua peserta didik siap mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

2) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP

3) Observer mengamati pembelajaran dengan mengisi lembar observasinya.

4) setelah penutup pada pertemuan terakhir siklus I, peserta didik di evaluasi untuk mendapatkan informasi kemajuan hasil belajarnya mengenai materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Mahluk Hidup.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan satu hingga dua pertemuan berupa pengumpulan data awal sebagai bahan diskusi dengan dengan beberapa rekan guru dan masing-masing siklus I dan II diadakan pertemuan sebanyak 2 kali termasuk evaluasinya. Rinciannya sebagai berikut:

Siklus I

1. Dua kali pertemuan pada siklus I (4 X 40') dengan tujuan pembelajaran: pertemuan pertama (2 X 40') tujuan pembelajaran 1) pengertian pertumbuhan dan perkembangan (Klp I/A dan Klp VI/B) , 2) pengertian metamorfosis (Klp II/A dan Klp V/B), 3) Pengertian Metagenesis (Klp III/A dan Klp VIII/B), 4) Tahap pertumbuhan pranatalis hewan/manusia. Pada pertemuan kedua siklus I (2 X 40') membahas lebih lanjut tujuan pembelajaran pertemuan terdahulu berupa: 1) Hormon pertumbuhan pada tumbuhan (Klp I/A dan Klp VI/B), 2) Siklus hidup katak (Klp II/A dan Klp V/B), Siklus hidup tumbuhan paku (Klp III/A dan Klp VIII/B), 4) Tahap pertumbuhan manusia (Klp IV/A dan Klp VII/B). Akhir pertemuan kedua siklus I adalah pengisian angket.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada minggu II Agustus 2009 sebanyak 2 kali pertemuan, materi yang diajarkan pada siklus II adalah Standar Kompetensi


1. Memahami Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup

Kompetensi Dasar

1.2 Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

Indikator

  • Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa
  • Membedakan ciri anak-anak dan remaja

Tindakan-tindakan siklus II sebagai berikut:

a. Melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada siklus pertama yang dianggap sudah positif demikian pula yang masih negative tapi yang diterapkan adalah hasil refleksi dengan kolabor.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber data

sumber data dari penelitian ini diperoleh dari observer, berupa isian lembar observasi, peneliti sendiri dan yang utama adalah hasil angket.

b. Jenis data

jenis data dikumpulkan yaitu data kuantitatif, dan kualitatif berupa deskripsi pembelajaran.

c. Cara pengambilan data

Data kuntitatif diperoleh dari tanggapan angket dan hasil lembar obesrvasi, data kualitatif berupa catatan proses observasi guru dan observer.

E. Teknik Analisa Data

Data tentang tanggapan angket siswa dianalisis secara kuantitatif. Analisis data kuantitatif data responden yaitu memakai tekhnik Keller (1978) yaitu Rekap skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam Angket

a. Minat Siswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju,3 = ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.

2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = raguragu,4 = tidak setuju, dan 5 = sangat tidak setuju.

3. Mengitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap kondisi, kemudian menentukan katagorinya dengan ketentuan skor rata-rata 1,00-1,49 = tidak baik, 1,50-2,49 = kurang baik, 2,50-3,49 = cukup baik, 3,50-4,49 = baik, dan 4,50 - 5,00 = sangat baik.

b. Analisis data secara kualitatif hasil lembar observasi aktivitas belajar siswa; proses yang diamati pada proses pembelajaran ada 3 yaitu; interaksi, elaborasi dan kesimpulan dengan interval penilaian A ekuivalen dengan angka 4; B . ekuivalen dengan angka 3; C ekuivalen dengan angka 2; dan D ekuivalen dengan angka 1. Hasil akumulasi nilai lembar observasi ini akan dipakai untuk mendapatkan kelompok terbaik tiap pertemuan.

Aktivitas unjuk kerja siswa dalam pembelajaran IPA Biologi dengan menganalisa tingkat keaktifan siswa tersebut dalam pembelajaran dari segi:

1) Interaksi dalam dan di luar kelompok,

2) Diskusi Kelompok

3) Presentasi/Diskusi Pleno

1) Aktivitas siswa dapat duraikan sebagai berikut:

a) Interaksi/koperatif; keputusan instrumen interaksi dapat diamati dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan berikut:

- mengerjakan LKS

- mendengar aktif,

- Bertanya/menjawab pertanyaan dalam/luar kelompok

- memeriksa ketepatan kerja kelompok.

b) Elaborasi; keputusan instrumen Elaborasi dapat diamati dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan berikut:

- merupakan hasil kerja yang dinyatakan jelas,

- merupakan keputusan hasil kerja kelompok sebagai bentuk pemahaman materi.

- kualitas sosial seperti kecepatan volume, artikulasi dan antusiasme dengan baik saat memabcakan hasil kerja kelompok.

c) Kesimpulan; keputusan instrumen kesimpulan dapat diamati dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan berikut:

- secara tepat menjelaskan konsep yang ditentukan pada LKS,

- merupakan hasil diskusi dalam kelompok,

c. Siswa dalam pembelajaran IPA Biologi dengan menganalisa tingkat keaktifan siswa tersebut dalam pembelajaran, demikian pula tentang aktivitas negative dan positif siswa. Data ini kemudian dikategorikan dalam klasisfikasi tinggi, sedang dan rendah. Untuk analisis data kualitatif, digunakan teknik kategori skala lima. Adapun kategorisasi dari hasil analisis deskriptif yang berdasarkan pengkategorian data oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan skala 5 (Depdikbud, 1993). Kategorisasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Skor

Kategori

0 – 34

Sangat Rendah

35 – 54

Rendah

55 – 74

Sedang

75 – 84

Tinggi

85 – 100

Sangat Tinggi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) ini masih asing bagi siswa SMP Negeri 1 Barru, karena secara terstruktur belum pernah diterapkan sepenuhnya.

Pengolaan dan pembahasan hasil penelitian ini hanya sebatas hasil analisis kuantitatif dari; (1) angket siswa tentang minat belajar dan (2) aktivitas belajar siswa, (3) hasil observasi pembelajaran dari observer dan peneliti. Hasil kuantitatif di sini adalah gambaran tingkat keterlaksanaan elemen yang diamati dalam bentuk angka-angka untuk menghasilkan suatu pernyataan.

Data yang diperoleh dari angket dan lembar observasi dari observer dianalisis per item sebagai berikut:

Siklus I (pertama)

Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi serta replainning.

1. Perencanaan

a. mendiskusi tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA terutama pada jam ke V-VI (jam 10.30 ke atas)

b. mengidentifikasi materi pelajaran IPA Biologi yang akan diajarkan selama penelitian berlangsung

c. menyiapkan angket untuk mengumpulkan data minat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan

d menelaah program semester dan program tahunan untuk mengatur sedemikian rupa sehingga kompetensi dasar (KD) dapat terkolerasi dengan model pembelajaran yang diajarkan selama 2 kali pertemuan.

e. menyampaian kepada siswa untuk ikut serta menyiapkan segala sesuatunya untuk proses pembelajaran termasuk pembentukan delapan kelompok secara acak.

2. Pelaksanaan (Acting)

Awal siklus pertama pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan rencana, hal ini dimungkinkan;

a. Pembelejaran terlambat 5 menit karena jarak antara Laboratorium dengan kelas cukup memakan waktu tempuh, penegasan tentang waktu belajar belum ditanamkan siswa yang tidak hadir adalah Nis 89235, 89277 (sakit), dan 89220 (alpa).

b. Pada beberapa kelompok yang kurang dari 4 orang sementara masih ada yang kelompok yang beranggota 5 orang, perlu diseimbangkan.

c. Ada dua kelompok yaitu (kelompok II dan VIII) masih terbebani oleh tanggungjawab sebagai pembelajar yang kooperatif, termasuk terjadi jarak tempat duduk antar gender terutama pada kelompok VI.

d. sebagian penyuluh masih risih tamunya tamunya. Sebagian penyuluh menyuruh tamunya menyalin saja hasil kerja LKS tuan rumah kecuali kelompok VII membacakan tamunya mendengarkan dan kelompok I menjelaskan tamunya mendengarkan.

e. pada saat kembali ke kelompok asal, ucapan terima kasih tamu pada tuan rumah beragam; ada ucapan dada, ucapan terima kasih dan ada sampai jabat tangan+cium tangan (seperti guru-siswa).

f. sebagian siswa masih beradaptasi, sebagian masih pada penyakitnya klasiknya yaitu menggambar/coret-coret di bukunya.

Menghadapi fenomena yang kurang menguntungkan ini peneliti melakukan upaya sebagai berikut:

a. peneliti dengan intensif memotivasi semua kelompok untuk saling bekerja sama, bergotong royong, bermusyawarah untuk memecahkan masalah yang diberikan.

b. peneliti mengibaratkan nara sumber anggota kelompok yang bertindak sebagai penyuluh teman-teman kelompoknya adalah guru.

c. peneliti menegaskan bahwa segala aktivitas kelompok akan dipantau untuk dipertimbangkan dalam predikat kelompok terbaik.

Akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan kolaborator dapat disimpulkan:

a. siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar dengan kelompok penyuluh ini.

b. siswa mulai terbiasa dengan belajar terpantau, baik oleh guru sebagai peneliti maupun oleh kolaborator.

c. siswa mulai menerima amanah dalam kelompok sesuai dengan materi kelompok yang dikunjungi.

3. Observasi dan Angket

1) Observasi Aktivitas Unjuk Kerja Siswa dan Guru

a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam kelompok pada pembelajaran siklus pertama dapat dilihat sebagai berikut:

Kelompok

Rata-rata pada siklus I

Rata-rata Unjuk Kerja

Keterangan

Interaksi

Penyuluh

Kesimpulan

I

63

63

75

67

Tertinggi-

II

50

63

75

63

terendah

III

63

63

75

67

IV

63

63

63

63

V

75

75

88

79

tertinggi

VI

88

63

63

71

VII

75

63

88

75

VIII

88

63

50

67

Jml

565

514

577

614

Rata-rata

70,56

64,19

72,06

69

Tabel 4. Rekapitulasi hasil aktivitas unjuk kerja pada pembelajaran Model Siswa Penyuluh Materi (SPM) pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Barru pada siklus I.

b. Hasil Observasi siklus Pertama; Guru Peneliti dalam pembelajaran

Catatan observer untuk guru peneliti yaitu; (1) peneliti masih repot dalam mengkoordinir anggota kelompok karena penyuluh yang yang ditunjuk masih ragu untuk menerima tugas tersebut. Hasil obserbvasi guru dalam pembelajaran pada siklus pertama masih tergolong rendah dengan perolehan skor 37 atau 66,1% dari skor ideal 56. Hal ini terjadi karena lebih banyak memberi komando di depan kelas dan kurang mengunjungi kelompok sementara model pembelajaran ini butuh konsultasi pribadi. Catatan kelemahan lainnya berupa; (1) penggunaan alokasi waktu untuk mengungkapkan hasil kerja tiap kelompok guna memberi waktu pada kelompok lain demikian pula pada pengaturan waktu alokasi untuk diskusi. (2) diskusi masih sering terjadi penyuluhan dan membiarkan ada anggota kelompok yang tidak terlibat aktif (kelompok III).

2) Hasil Tanggapan Angket

Tanggapan siswa sebagai responden peneliti berupa dokumen otentik tentang penerapan Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM). Jawaban responden itu digolongkan berdasarkan kondisi
kemudian ditentukan kriterianya.

Tabel 5. Rekapitulasi hasil angket siswa tentang pembelajaran Model Siswa Penyuluh Materi (SPM) pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Barru pada siklus I.

No

Kondisi

Pernyataan Posistif

Rata-rata

Pernyataan Negatif

Rata-rata

Gabungan Rata-rata

Kriteria

1

Perhatian

119,3

3,62

110

3,33

3,47

Cukup

Perhatian

2

Relevansi

146

4,42

143

4,33

4,38

Relevansi

Baik

3

Percaya diri

114,33

3,46

115

3,48

3,47

Cukup Percaya diri

4

Kepuasan

142

4,30

140

4,24

4,29

Kepuasan

Baik

Tabel 5 di atas menunjukkan rekapitulasi hasil angket siswa tentang kondisi Perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan pada pembelajaran dengan model Siswa Penyuluh Materi (SPM).

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)

Keberhasila dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah:

a. Keberhasilan

1. siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran SPM

2. aktivitas negatif siswa sudah mulai menurun dibanding awal implementasi tindakan (pertemuan pertama).

3. siswa sudah mulai menerima berbagai tugas yang diemban dan siswa sudah mulai merasa punya tanggung jawab untuk memberi penyuluhan pada rekan kelompoknya.

4. motivasi siswa sudah mulai terbangun pada kondisi relevansi materi dengan kondisi dunia nyata mereka.

5. guru sudah mulai dapat membimbing siswa yang mempunyai kendala implementasi pembelajaran model SPM.

b. Kekurangan

1. guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada pendekatan pembelajaran kooperatif model Siswa Penyuluh Materi
(SPM) karena model ini baru diterapkan. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran hanya mencapai 61,36%.

2. sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar kooperatif model SPM. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas unjuk kerja kelompok masih ada dua kelompok yang ketinggalan dari kelompok lainnya.

3. masih ada 4 orang anggota kelompok yang menyeberang blok saat pengutusan (seharusnya pada blok yang sama). Semua kelompok membutuhkan waktu ekstra untuk menuju kelompok tujuan.

4. motivasi siswa pada kondisi perhatian pada pembelajaran, percaya diri siswa dalam proses pembelajaran dan kepuasan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran masih perlu dibangun dan ditingkatkan.

Untuk mempertahankan keberhasilan dan memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus pertama ini, maka pada siklus kedua dapat dilaksanakan perencanaan tindakan sebagai berikut:

1) kinerja peneliti dalam mengatur alokasi waktu pembelajaran dan pemberian motivasi pada siswa lebih diintensifkan.

2) lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami masalah.

3) memberi penghargaan pada kelompok terbaik (reward)

4) agar lebih jelas anggota kelompok yang belum mengerti sirkulasi pengutusan ke kelompok lain pada blok yang sama, setiap siswa harus mempunyai Lebel karena siswa tidak mempunyai atribut papan nama. Misalnya lebel kelompok I; IA=ketua, IB, IC, ID dan seterusnya untuk kelompok yang lain.

Siklus Kedua (dua pertemuan)

1. Perencanaan (Planning)

Planning pada siklus kedua berdasarkan siklus pertama yaitu:

a. kinerja peneliti dalam mengatur alokasi waktu pembelajaran dan pemberian motivasi pada siswa lebih diintensifkan.

b. lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami masalah.

c. memberi penghargaan pada kelompok terbaik (reward)

d. menginstruksikan membuat Lebel/atribut diri masing lalu jepit pada kera baju atau pakai gantungan. Misalnya lebel kelompok I; IA=ketua, IB, IC, ID demikian juga untuk kelompok yang lain.

e. membuat perangkat Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM).

2. Pelaksanaan (Acting)

a. siswa sudah siap sebelum laboratorium dibuka pasca istirahat (memang dianjurkan datang cepat ke Lab. Pasca Istirahat). Siswa hadir 100% pada pertemuan pertama siklus II dan 2 orang sakit pada pertemuan kedua pasca perayaan HUT RI. Pembagian LKS dan diskusi kelompok tertib, pada saat pengutusan ke kelompok lain pada blok yang sama, masih ada dua orang siswa yang kesasar menuju pada kelompok yang bukan bloknya yaitu siswa Lebel VIII.C kesasar ke kelompok III dan siswa Lebel V.B kesasar ke kelompk I. Tapi suasana pembelajaran sudah mulai mengarah kepada pembelajaran kooperatif, suasana sibuk merespon penyuluhnya. Penyuluh tidak canggung lagi terhadap teman kelompoknya, demikian pula anggota kelompok sudah mulai menerima perbedaan. Tugas yang diberikan kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja siswa mampu dikerjakan. Kelompok yang bermasalah sudah terbangun interaksinya sehingga guru sebagai peneliti tidak terlalu terbebani mengatur alokasi waktu diskusi.

b. tidak ada siswa yang kesasar blok, saat bertamu siswa tamu membuat poin-poin materi hasil penyuluhan tuan rumah. Ada dua anggota kelompok penyuluh (ketua kelompok/tuan rumah) yang datang konsultasi privat dengan guru (mungkin kewalahan) membantu temannya yaitu ketua kelompok V dan kelompok VII.

c. susasana menyenangkan tercipta, terbukti sering tercipta suasana yang mengundang aplous untuk kelompok tertentu.

3. Observasi dan Angket

Hasil observasi selama siklus kedua dapat dilihat seperti berikut:

a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus kedua sebagai berikut:

Tabel 6. Rekapitulasi hasil aktivitas unjuk kerja pada pembelajaran Model Siswa Penyuluh Materi (SPM) pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Barru pada siklus II.

Kelompok

Rata-rata pada siklus I

Rata-rata Aktivitas

Keterangan

Interaksi

Penyuluh

Kesimpulan

I

75

75

75

75

Tertinggi-

II

63

88

75

75

III

75

75

75

75

IV

50

88

75

71

terendah

V

75

75

88

79

VI

88

88

63

79

tertinggi

VII

75

88

75

79

VIII

88

63

63

71

Jml

588

638

588

Rata-rata

74

80

73

76

b. Hasil Observasi siklus kedua; Guru Peneliti dalam pembelajaran

Catatan guru peneliti yaitu; (1) koordiniasi anggota kelompok dengan sindirinya tercipta tanpa terlalu diinterrvensi oleh guru, penyuluh yang yang ditunjuk sudah menikmati dan terbiasa menerima tugas untuk membantu rekan kelompoknya. Hasil obserbvasi guru dalam pembelajaran pada siklus kedua sudah meningkat dan tergolong tinggi dengan perolehan skor 43 atau 76,8% dari skor ideal 56. Aktivitas guru sudah mengarah pada pemberian motivasi, menciptakan suasana menyenangkan, mengaktifkan siswa tanpa terlalu mengintervensi dan menguasai serta membimbing kelompok dengan kunjungan. Diskusi sudah berjalan sehingga semua kelompok dapat mengerjakan tugas sesuai waktu.

2. Hasil Tanggapan Angket

Jawaban responden tentang Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 7. Rekapitulasi hasil angket siswa tentang pembelajaran Model Siswa Penyuluh Materi (SPM) pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Barru pada siklus II.

No

Kondisi

Rata-rata

Pernyataan Posistif

Rata-rata

Pernyataan Negatif

Rata-rata

Gabungan Rata-rata

Kriteria

1

Perhatian

148

3,7

143

4,33

4,017

Perhatian

2

Relevansi

163,67

4,09

149

4,515

4,595

Sangat

Relevansi

3

Percaya diri

139,33

4,22

155

4,70

4,4596

Kepercayaan diri Baik

4

Kepuasan

182,33

4,56

181

4,525

4,542

Kepuasan Sangat Baik

Tabel 7 di atas menunjukkan rekapitulasi hasil angket siswa tentang kondisi Perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan pada pembelajaran dengan model Team Assited Individuality (SPM).

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)

Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus kedua adalah:

a. Keberhasilan

1. siswa semakin terbiasa dengan model pembelajaran SPM

2. aktivitas negatif siswa sudah mulai menurun dibanding awal implementasi tindakan.

3. siswa sudah mulai dapat menjadi penyuluh, jadi terpaku diskusi pada satu orang saja.

4. motivasi siswa sudah mulai terbangun pada kondisi relevansi materi dengan kondisi dunia nyata mereka.

5. guru hanya membimbing siswa yang mempunyai kendala pada materi tidak pada implementasi pembelajaran model SPM lagi.

b. Kekurangan

1. kesimpulan sebagai hasil proses perlu dipublikasikan, minimal dalam kelas, agar motivasi kompetisi siswa semakin ketat.

2. sebagian siswa yang cepat selesai proses pembelajaran cenderung berpeluang untuk beraktivitas negatif, sehingga perlu ada kegiatan tambahan untuk kelompok seperti ini.

3. kelompok II masih membutuhkan waktu ekstra untuk menyelesaikan tugas kelompoknya, hal ini terlihat dengan perolehan nilai 50 dari skor maksimal 100 untuk interaksi dalam kelompok.

4. minat siswa pada kondisi percaya diri dalam proses pembelajaran masih perlu dibangun dan ditingkatkan.

B. Pembahasan

1. Hasil Observasi

a. Aktivitas Aktivitas


Grafik 1. Kemajuan aktivitas aktivitas siswa kelas VIII.2 pada pembelajaran dengan model Siswa Penyuluh Materi (SPM)
di SMP Negeri 1 Barru

Siklus I;

a) Interaksi Siswa; siswa berinteraksi dengan rekan kelompok, bahan ajar, baik modul, maupun bahan ajar pendamping. Bahan ajar ada berupa cetak, ada juga bahan tulisan tangan untuk beberapa siswa. Perlu ada perhatian khusus pada kelompok II untuk aktivitas ini karena hanya berhasil memperoleh nilai 50 dari maksimal 100. Pada siklus pertama rata-rata interaksi pada kelas VIII.2 hanya memperoleh nilai 70,56. Hal ini diakibatkan masih ada beberapa kelompok yang vakum dalam berinteraksi dengan anggotanya, media, dan bahan ajar.

b) Penyuluh; anggota kelompok yang bertindak seabagai penyuluh/pembantu guru untuk membantu secara individual dalam kelompok masing-masing masih mengalami kesulitan untuk mengatur teman-temannya. Penyuluh/pembantu guru cenderung untuk sibuk untuk 1 atau 2 orang saja, sementara anggota yang harus dibantu sebanyak 3 atau 4 orang. Nilai rata-rata kelas bantuan individual dalam kelompok hanya 64,19. Kenyataan ini terjadi karena hampir semua kelompok masih ragu untuk menjalankan tugasnya sebagai penyuluh. Guru sudah sering memperingatkan untuk selalu bekerja sebagai penyuluh tetapi kelompok ini tetap pada model semula sehingga nilai aktivitas aktivitas Penyuluh untuk tujuh kelompok mendapatkan nilai di bawah standar yaitu 63 dan hanya kelompok V yang memperoleh nilai di atas standar yaitu 75 dari nilai maksimal 100.

c) Kesimpulan kerja siswa; kesimpulan hasil kerja siswa untuk membuat suatu keputusan jawaban sebagai hasil kerja dari tugas kelompok yang sudah ditentukan oleh guru yang berdasarkan tujuan pembelajaran mencapai 72,06. Berdasarkan pengalaman penulis pada kelas ini, ini suatu kemajuan yang cukup berarti.

Aktivitas aktivitas siswa kelas VIII.2 pada pembelajaran IPA Biologi dengan implementasi Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) di SMP Negeri 1 Barru pada siklu pertama masih terkategori sedang dengan skor rata-rata kelas 69 dari nilai skor maksimal 100.

Siklus II;

a) Interaksi Siswa; interaksi dalam kelompok, bahan ajar, baik modul, maupun bahan ajar pendamping sudah terbangun dan terbentuk pola bertanya, menjawab, dan menggunakan media untuk memperoleh dan membangun suatu konsep sesuai tujuan pembelajaran. Pada siklus kedua rata-rata interaksi pada kelas VIII.2 berhasil memperoleh nilai 74,0 dengan catatan perlunya bimbingan untuk aktivitas berinteraksi pada kelompok II dan IV yang hanya memperoleh nilai 62 dan 50. Hal ini diakibatkan masih ada beberapa anggota kelompok yang vakum dalam berinteraksi dengan anggota kelompok, media, dan bahan ajar.

b) Penyuluh; anggota kelompok yang bertindak seabagai penyuluh/pembantu guru untuk membantu secara individual dalam kelompok masing-masing masih mengalami kesulitan untuk mengatur teman-temannya. Penyuluh/penyuluh cemerlang dalam mengimplementasikan arahan dari guru peneliti. Kelompok II, IV, VI, dan VII mengalami lompatan yang sangat signifikan dari nilai 63 menjadi 88 kecenderungan untuk sibuk sendiri untuk 1 atau 2 orang saja sudah tidak kelihatan lagi pada kelompok ini, mereka sudah mulai bekerja sebagai tim dibawa bimbingan rekan mereka sendiri. Rata-rata aktivitas kelas mengalami kemajuan yaitu 80 dari nilai maksimal 100.

c) Kesimpulan kerja siswa; kesimpulan hasil kerja siswa untuk membuat suatu keputusan jawaban sebagai hasil kerja dari tugas kelompok yang sudah ditentukan oleh guru yang berdasarkan tujuan pembelajaran mencapai 73,0. Berdasarkan pengamatan guru dan observer kelompok VI, dan VIII yang hanya memperoleh nilai masing-masing 63 perlu bimbingan lebih lanjut untuk membuat kesimpulan hasil pembelajaran kelompok.

Aktivitas aktivitas siswa kelas VIII.2 pada pembelajaran IPA Biologi dengan implementasi Model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) di SMP Negeri 1 Barru pada siklus II termasuk kategori tinggi dengan skor rata-rata kelas 76 dari nilai skor maksimal 100.

b. Aktivitas Negatif;

Akumulasi aktivitas negative siswa selama dua siklus penelitian tindakan pengamatan ini dapat dilihat ada grafik berikut:


Grafik 2. Keadaan aktivitas negatif siswa kelas VIII.2 pada pembelajaran dengan model Siswa Penyuluh Materi (SPM)
di SMP Negeri 1 Barru

Hasil pengamatan aktivitas negatif siswa sebagaimana instrumen yang disusun oleh tim peneliti mencatat bahwa, pada pertemuan pertama siklus I 11 orang dan pertemuan 13 orang. Ini dimungkinkan karena kurangnya perasaan relevansi mata pelajaran yang digeluti ini pada kehidupan nyata mereka atau kurang percaya diri siswa belum terbentuk. Pada siklus II jumlah siswa yang berprilaku negatif cendrung konstan berprilaku negati pada angka 7 – 8 orang tiap pertemuan. Siswa sudah merasa bahwa apa yang dipelajarai begitu bermakna dalam kehidupan mereka, mereka sudah bekerja secara mandiri sesuai apa yang ditugaskan.

b. Guru Peneliti

1) siklus I; Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar pada siklus pertama masih tergolong sedang dengan perolehan skor 37 atau 66,1% sedang skor idealnya adalah 56.
Hal ini terjadi karena lebih banyak memberi komando di depan kelas dan kurang mengunjungi kelompok sementara model pembelajaran ini butuh konsultasi pribadi.

2) siklus II; Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar pada siklus kedua sudah tergolong tinggi dengan perolehan skor 43
atau 76,80% sedang skor idealnya adalah 56.
Aktivitas guru sudah mengarah pada pemberian motivasi, menciptakan suasana menyenangkan, mengaktifkan siswa tanpa terlalu mengintervensi dan menguasai serta membimbing kelompok dengan kunjungan. Diskusi sudah berjalan sehingga semua kelompok dapat mengerjakan tugas sesuai waktu.

2. Hasil Angket

Rekapitulasi Minat Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VIII.2 pada SMP Negeri 1 Barru

Kondisi

Siklus I

Kriteria

Siklus II

Kriteria

Perhatian

3,47

Cukup Baik

4,02

Baik

Relevansi

4,38

Baik

4,60

Sangat Baik

Kepercayaan diri

3,47

Cukup Baik

4,46

Baik

Kepuasan

4,29

Baik

4,54

Sangat Baik

Siklus I

2.1. Kondisi Perhatian

Kondisi perhatian rata-rata responden menjawab setuju cukup tinggi
(rata-rata = 3,62)
tapi jawaban ragu-ragu, sangat setuju relatif sama
dan jawaban tidak setuju relatif rendah serta tidak ada jawaban sangat tidak setuju untuk pernyataan positif dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab tidak setuju (rata-rata = 3,33). Sehingga kriteria kondisi siswa pada pembnelajaran model SPM adalah cukup perhatian dari kondisi ideal perhatian pada materi pelajaran dengan model pembelajaran SPM.

2.2. Kondisi Relevansi

Kondisi relevansi jumlah jawaban sangat setuju dari responden relatif tinggi
dan jawaban setuju lebih tinggi dibanding jawaban ragu-ragu. Jawaban tidak
setuju sangat rendah serta tidak ada jawaban sangat tidak setuju (rata-rata = 4,42) untuk pernyataan positif, dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab sangat tidak setuju (rata-rata = 4,33). Sehingga kriteria kondisi siswa pada pembelajaran model SPM adalah
Relevansi
baik dari kondisi ideal Relevansi baik materi pelajaran dengan kondisi dunia nyata siswa dengan penyajian materi model pembelajaran SPM.

2.3. Kondisi Percaya Diri

Item angket untuk Kondisi percaya diri siswa; jumlah jawaban responden menjawab setuju dan jawaban ragu-ragu relatif cukup tinggi. Jawaban ragu-ragu, tidak setuju relatif sama dan relatif rendah (rata-rata = 3,46) untuk pernyataan positif, dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab tidak setuju (rata-rata = 3,48). Sehingga kriteria kondisi siswa pada pembelajaran model SPM adalah cukup percaya dari kondisi ideal percaya diri dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SPM.

2.4. Kondisi Kepuasan

Item angket untuk Kondisi kepuasan jumlah jawaban responden menjawab setuju dan jawaban sangat setuju persentasenya relatif
cukup tinggi. Jawaban ragu-ragu, dan tidak setuju relatif rendah (rata-rata = 4,30) untuk pernyataan positif, dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab tidak setuju (rata-rata = 4,24). Sehingga kriteria kondisi siswa pada pembelajaran model SPM adalah puas dari kondisi ideal sangat puas setelah mengikuti pembelajaran model pembelajaran SPM.

Siklus II

1. Kondisi Perhatian

Kondisi perhatian rata-rata responden menjawab setuju cukup tinggi
(rata-rata = 3,7)
tapi jawaban ragu-ragu, dan sangat setuju relatif sama
dan jawaban tidak setuju relatif rendah dan tidak ada jawaban sangat tidak setuju untuk pernyataan positif dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab tidak setuju (rata-rata = 4,33). Sehingga kondisi perhatian siswa pada pembelajaran dengan model SPM kriteria perhatian dengan rata-rata skor gabungan (4,017).

2. Kondisi Relevansi

Kondisi relevansi jumlah jawaban sangat setuju dari responden relatif tinggi
dan jawaban setuju lebih tinggi dibanding jawaban ragu-ragu, jawaban tidak
setuju sangat rendah serta tidak ada jawaban sangat tidak setuju (rata-rata = 4,09) untuk pernyataan positif, dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab sangat tidak setuju (rata-rata = 4,515). Sehingga kondisi Relevansi materi dengan kondisi nyata siswa pada pembelajaran dengan model SPM kriteria Relevansi
Sangat Baik dengan rata-rata skor gabungan (4,595).

3. Kondisi Percaya Diri

Item angket untuk Kondisi percaya diri siswa; jumlah jawaban responden menjawab setuju dan jawaban ragu-ragu relatif sama dan
cukup tinggi. Jawaban ragu-ragu, tidak setuju relatif sama dan relatif rendah (rata-rata = 4,22) untuk pernyataan positif, dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab tidak setuju (rata-rata = 4,70). Sehingga kriteria kondisi siswa pada pembelajaran model SPM adalah cukup percaya dari kondisi ideal percaya diri dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SPM Sehingga kondisi Relevansi materi dengan kondisi nyata siswa pada pembelajaran dengan model SPM kriteria Percaya Diri Baik dengan rata-rata skor gabungan (4,4596).


4. Kondisi Kepuasan

Item angket untuk Kondisi kepuasan jumlah jawaban responden menjawab setuju dan jawaban sangat setuju relatif sama dan
cukup tinggi
dan jawaban ragu-ragu, dan tidak setuju relatif sama dan relatif rendah (rata-rata = 4,56) untuk pernyataan positif, dan untuk pernyataan negatif rata-rata menjawab tidak setuju (rata-rata = 4,525). Sehingga kriteria kondisi siswa pada pembelajaran model SPM adalah puas dari kondisi ideal sangat puas
setelah mengikuti pembelajaran model pembelajaran SPM Sehingga kondisi Relevansi materi dengan kondisi nyata siswa pada pembelajaran dengan model SPM kriteria Kepuasan Sangat Baik dengan rata-rata skor gabungan (4,542).

Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran Model Siswa Penyuluh Materi (SPM) sudah ada gejala peningkatan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran, ini mungkin sebagian dari mereka masih dalam taraf pertunjukan wajah 'bagus' pada observer, belum dari dalam diri mereka yang sebenarnya.

Data di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kearah positif sebagai hasil perbaikan tindakan antara siklus pertama dengan Siklus kedua terutama pada semua kondisi.

BAB V

PENUTUP

  1. Kesimpulan

    Hasiln penelitian tindakan implementasi model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) ini, menunjukkan beberapa simpulan sebagai berikut:

  • Aktivitas belajar kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Barru dari segi interaksi, elaborasi, dan kesimpulan materi siswa meningkat dibanding sebelum diadakan tindakan
  • Minat belajar siswa VIII.2 SMP Negeri 1 Barru dari kondisi perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan diri meningkat dibanding sebelum diadakan tindakan.
  • Implementasi model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi (SPM) di kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Barru tahun ajaran 2009/2010 mendapat respon positif dari siswa dari hasil angket.

Kesimpulan yang dapat ditarik pada kegiatan penelitian model pembelajaran ini ialah minat dan aktivitas belajar mengalami peningkatan tetapi model pembelajaran Siswa Penyuluh Materi masih membutuhkan beberapa lagi uji coba sebelum sosialisasi pada rekan-rekan guru yang lain.

  1. Saran-saran

    Sebagai guru yang selalu menghadapi siswa yang mempunyai karakteristik yang beragam, hendaknya pendidik harus memiliki berbagai macam inovasi-inovasi pembelajaran. Dengan memperhatikan hasil penelitianini, maka dapat diungkapkan saran-saran sebagai berikut:

  • Siswa penyuluh materi dapat dipertimbangkan sebagai model pembelajaran yang patut dipertimbangkan untuk diuji lebih lanjut oleh pihak-pihak akademisi.
  • Hasil pendidikan bukan hanya diukur dengan angka-angka, tetapi bagaimana peserta didik berkomunikasi, bergaul dengan sesamanya siswa, guru, orang tua, dan masyarakat. Komunikasi ini perlu dikembangkan dan menjadi perhatian oleh Instansi dan lembaga pendidikan.
  • Guru hendaknya jangan terpaku pada satu atau dua model pembelajaran saja, semakin kaya model pembelajaran semakin inovatif pembelajaran seorang guru..

No comments :

Post a Comment

Tabe' dibutuhkan Komentar yang konstruktif ......;;...