JAWABAN YANG BELUM TERJAWAB
Abdul Zakaria
Posel:zakariasmp1@gmail.com
Seorang kontetstan
sebagai penanya dengan penguatan body-lingua yang meyakinkan menyoroti indahnya
konten dan struktur perencanaan pembelajaran yang akan mengatur segala skenario
kegitan selama aktion di kelas. “Kita tidak bisa pungkiri bahwa di sekolah kita
sarangnya instruktur mata pelajaran, kiblatnya sekolah di kabupaten,
perencanaan pembelajaran sudah diakui bagus oleh berbagai pihak termasuk
pengawas sekolah...tetapi mengapa prestasi akademik siswa di sekolah kita masih
dikalahkan oleh beberapa sekolah lain?” pertanyaan ini sepertinya mendapat
suppor dari beberapa audiens. Seorang peserta lainnya lebih gamblang
mengutarakan pengalamannya “kita sudah memeriksa hasil pekerjaan ulangan siswa,
tetapi pada akhirnya kita harus mengadakan katrol nilai dalam bentuk konversi
nilai karena tuntutan sekolah!” penanya ini berusaha mengungkap fakta tetapi
masih berlindung di balik kata “kita”. Tentunya dapat dipahami bahwa jika ada
sesuatu masalah, maka yang terlibat adalah “kita” artinya kebijakan berjamaah.
Pemateri dengan tenang memilah dan menilik dari mana harus masuk untuk
mengolerasikan antara tema materi dengan statusnya sebagai tenaga profesional.
Materi saat itu
adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.
Kondisis saat itu adalah kondisi dimana terbaca bahwa kurikulum 2013 dengan
model perencanaan pembelajarannya dirasakan belum berefek positif dalam
memajukan prestasi belajar peserta didik secara umum atau keseluruhan. Hal ini
dapat dimaklumi bahwa jika hanya mendapatkan 5 gr emas dari mendulang 980 ton
tanah dan pasir, maka langkah bijak yang pantas jangan diteruskan usaha itu.
Lain halanya jika hanya mendulang 100 ton tanah dan pasir walau yang didapat
hanya satu gram saja tetapi langkah bijak selanjutnya bisa saja berbeda. Artinya
adalah menempah 980 orang dengan menghasilkan 5 orang masih terlalu sedikit dan
hampir tidak terlihat hasilnya. Masih terlalu dini mengatakan bahwa ada yang
gagal dan itu adalah kurikulum.
Sebagai pemateri
yang sudah akrab dengan audiens yang meletup-letup dan sangat bersemangat untuk
mendapat solusi, catatan pertanyaan dikumpulkan hingga tujuh orang karena
dibatasi oleh moderator. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan waktu.
Sebenarnya pemateri masih siap mencatat pertanyaan-pertanyaan berikutnya, hal
itu ditandai dengan dibukanya halaman berikut pada buku agenda yang selalu
dibawahnya tetapi batal menulis karena sesi pertanyaan ditutup. Jika sesi
pertanyaan ditutup tentunya adalah sesi mendengarkan pemateri dalam mengungkap
fakta dan solusi atau pertimbangan-pertimbangan yang patut dijadikan pijakan
dalam mengatasi dan menjawab permasalahanan. Namun yang terjadi adalah beberapa
guru yang merasa diri senior tetap bersuara dan mengeluhkan keadaan dan kondisi
siswa yang sangat jauh dari harapan mereka.
Pemateri memberi
kesempatan audiens agar tetap ribut hingga batas kepuasan mereka. Maksudnya
adalah agar mereka puas mengungkap apa yang menjadi ganjalan di hati mereka.
Moderator mencoba menenangkan namun suara 40 orang guru didominasi oleh
guru-guru tertentu dalam mengungkap kegalauannya. “sebaik apapun pembelajaran,
nilainya nanti tetap entah dari mana...!” terdengar pertanyaan yang ditujukan
pada semua rekannya sendiri.
“ baik, sudah bu....pak? bisa kita lanjutkan? Dengan
lembut pemateri minta jedah untuk melanjutkan kegiatan yaitu sesi mendiskusikan
dan mengidentifikasi masalah.
“ pokoknya nilai siswa tidak bisa
dipertanggungjawabkan...” sela seorang ibu guru.
“ Baiiikk...itu sudah dicatat ibu...” pemateri tetap
tenang menanggapi
Selang beberapa
saat kemudian suasana mulai redah dan tenang, pemateri mulai berdiri menuju
depan meja pemateri. Ternayata dia mengajak peserta audiens untuk berdiri juga.
Sesi ice breaking dilaksanakan untuk
tetap menjaga hubungan keyspeaker dengan audiensnya. Icebreaking “kalau suka
hati...tepuk tangan, jentik jari, hentak kaki dan semuanya...” mampu membuat
suasana kembali kondusif untuk menjalani sesi menjawab pertanyaan. Menjawab
pertanyaan? Siapa yang menjawab pertanyaan? Apak pemateri? Alangkah tidak
bijaknya jika lain yang punya masalah tetapi lain yang menjawab. Artinya
bagaimana kebermaknaan jawaban dalam mengatasi masalah yang dialami sang
penanya jika jawabannya langsung tersuguhkan dari pihak lain?. Tentunya yang
lebih menyentuh adalah braindstorming antara pemateri dengan audiens sebagai
pengungkap permasalahan ril di sekolahnya.
“Baik bapak ibu sekalian peserta inservis training
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sama berbahagia....kita mulai
mengurai dan mengidentifikasi permasalahan kita sore ini”. Dari tujuh
pertanyaan yang masuk saya coba mengidentifikasi dan mengelompokkan ke dalam
dua rumusan masalah: 1) Mengapa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang bagus
tetapi tidak berbanding lurus dengan
hasil pembelajaran, 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kontradiksi dengan
hasil belajar sehingga guru harus turun tangan agar sesuai standar sekolah.
Beberapa orang
peserta masih saja sibuk berbisik-bisik namun suara sudah tidak terdengar.
Sedemikian parah permasalahan ini pikir pemateri, sehingga diambil keputusan bahwa
pertanyaan-pertanyaan peserta tidak akan dijawab, karena jawaban apapun tidak
akan berarti bagi mereka. Langkah pertama adalah: 1) harus menuntun mindset
mereka dalam menghargai pembicara, 2) harus
dituntun dan diciptakan suasana dan kondisi bahwa mereka sangat ingin
memecahkan masalah mereka sendiri. Bagaimana mungkin mereka bisa memecahkan
masalah sendiri sementara mereka sendiri bermasalah karena belum mengerti
masalahnya sendiri dan nyaman dengan masalah tersebut.
“Bapaaak....ibuuu...Sebenarnya yang bermasalah adalah bapak
dan ibu sendiri!” kata-kata ini bagaikan gelegar dalam ruangan. Serentak audiens
hening, nampak beberapa pasang alis mengernyit hampir ketemu antara alis kiri
dan kanan. Ternyata ketersinggungan membuat suasana tegang, beberapa suara
kaget sempat terlontar “hi..!, “kenapa?!”..”loh..!”.
Pemateri tidak
mengendurkan suaranya dan mengalihkan pembicaraan guna mengikis ketersinggungan
sebagian peserta dengan mengangkat daya dukung sekolah tersebut ke hadapan
warga sendiri yang saat itu sebagai audiens. Dengan percaya diri bagai seorang mentor dan berjalan di
sela-sela meja para guru, namun tidak terlalu jauh ke ujung peserta karena
keterbatsan kabel pelantang suara.
“Data hasil penelitian di sekolah ini: 1) ada tujuh
instruktur mata pelajaran, 2) 90% guru sudah sertifikasi, 3) buku dengan siswa
adalah 1 : 2, 4) Pelaksanaan proses
pembelajaran berbasis standar proses di sekolah ini sudah memenuhi semua
kriteria pelaksanaan pembelajaran dan yang paling penting dari hasil penelitian di sekolah
ini adalah Penilaian proses pembelajaran berbasis standar proses
di sekolah ini belum memenuhi standar proses
terutama pada indikator mekanisme dan prosedur penilaian, penilaian oleh
pendidik dan penilaian oleh satuan pendidikan”.
“Mengenai mekanisme dan prosedur penilaian yaitu: 1) guru belum menyampaikan hasil ulangan harian
sebelum diadakan ulangan harian berikut, 2) bentuk tindak lanjut pada siswa berupa
remedial dan pengayaan setelah ulangan yang belum terprogram, 3) guru
belum mengadakan remedial dan pengayaan karena guru berorientasi pada pemenuhan
jam wajib 24 jam untuk persyaratan penerimaan tunjangan sertifikasi, 4) untuk
penilaian oleh pendidik yaitu guru belum mengembalikan hasil pemeriksaan
pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik, dan
5) untuk penilaian oleh satuan pendidikan yaitu guru
menentukan KKM belum sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari Pusat Kurikulum
untuk menentukan KKM yang harus memperhatikan tiga aspek yaitu karakteristik
mata pelajaran, daya dukung sekolah dan intake (kemampuan awal) siswa”.
Mendengar fakta dan hasil olah data dari pemateri,
suasana hening dan beberapa guru yang kepergok menganga karena terlambat
menutup mulutnya saat terjadi eye contact. Tidak terasa sore semakin
menyinsing, namun kondisi itu ternyata belum disadari oleh peserta, atau masih
mau mendengar fakta dan hasil olah data sekolah mereka yang belum diangkat
sebagai bahan pertimbangan kebijakan?
“Bapak ibu sekalian....data dan fakta di atas adalah
hasil dari penelitian dua orang warga terbaik sekolah ini dalam kurun waktu
yang berbeda. Berbeda waktunya tetapi hasilnya sama....artinya apa? Suara
pemateri tetap tinggi yang dikuatkan dengan penguatan akselarasi body lingua
yang meyakinkan. Tulisan ini menjawab lebih dari semua pertanyaan yang
terlontar hari ini bapak ibu...! dan kalian sudah tau di mana memperolehnya”.
“Baik!, sebagai pengantar menuju jawaban pertanyaan dan
peredam kegalauan bapak dan ibu....silahkan tulis pertanyaan berikut: Apakah
semua pertanyaan hari ini Anda sudah tulis semua?, apakah pada inservis ini ada
notulen sebagai dokumen inservis training?, apakah di ruang guru ini ada ruang
baca? Berapa kali Anda ke Perpustakaan sekolah, Berapa buku yang Anda baca
dalam satu bulan?, Bagaimana kondisi perbandingan buku siswa di sekolah ini?, mengapa
belum terlaksana penilaian proses pembelajaran sesuai standar penilaian di
sekolah ini?, megapa tidak terprogram dan telaksana rencana tindaklanjut
penilaian berupa remedial dan pengayaan?.
Sebagian besar menurut untuk menuliskan
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh key speaker, namun masih ada juga
yang memilih untuk mengemasi tasnya. “bagaimana bapak
ibuuu....pertanyaan-pertanyaannya sudah ditulis...! teriak pemateri
“sudaaahh...!” teriak audiens. “Apakah bapak ibu bisa menjawabnyaa...!” sejenak
diam, hening sambil mengamati catatan kumpulan pertanyaan yang ditulis
dipenghujung pertemuan sore ini. Selang beberapa saat kemudian, satu demi satu
mulai muncul suara “biisaa...”. Baiklah jika bapak dan ibu bisa menjawabnya,
artinya bapak dan ibu mempunyai semangat literasi.....dan semoga semangat itu
mengarahkan dan membawa warga sekolah ini menjawab permasalahan
yangteridentifikasi hari ini...!” Kunci pemateri sambil menutup sesi tanya
jawab yang dijawab dengan sekumpulan pertanyaan pula. Apakah dengan menjawab
pertanyaan dari pemateri dapat menjawab pertanyaan yang teridentifikasi hari
itu? Semua kembali ke warga sekolah dalam memaknai data yang diperoleh.
Barru, Februari 2018
No comments :
Post a Comment
Tabe' dibutuhkan Komentar yang konstruktif ......;;...